Pamit

149 5 2
                                    

***

Sesampai di kamar Zahra, mata Zulaikha menangkap sosok gadis dengan mata yang sembab, rambut acak-acakan dan masih sesegukan. Hati Zulaikha semakin menciut namun tak memadamkan niatnya untuk menenangkan sahabatnya.

"Assalamu'alaikum Zahra."

"Makan dulu yuk, ini aku bawa bubur ayam kesukaan kamu."

"Hmmm...yaudah kalo gak mau makan, aku yang makan nih."

"Kalo gak mau makan kita jalan yuk."

"Terserah kamu deh mau jalan kemana, aku ngikut aja."

Usaha Zulaikha untuk mengajak Zahra bicara nihil. Gadis yang ada di depannya hanya diam dengan tatapan kosong.

"Zulaikha...hiks...hiks." Hanya itu yang diucapkan Zahra sambil memeluk Zulaikha.

"Yang sabar sayang...kamu kuat dan kamu mampu, Allah ngasih kamu ujian seperti ini karena Allah udah bilang kamu bisa melewatinya. Ada hadiah yang lebih indah yang Allah siapkan untuk kamu." Ucap Zulaikha lembut sambil mengusap air mata Zahra.

"Ta..tapi sakit sekali hati aku, hiks...hiks... Mas Yusuf tega." Ucap Zahra tidak terima perlakuan Yusuf.

"Ini semua juga karena perempuan sialan itu. Mas Yusuf hanya cinta kepadanya. Aku akan memberinya pelajaran yang tidak akan pernah bisa dia lupakan" Lanjut Zahra Lagi dengan nada marah.

Seketika Zulaikha meneguk ludah pahit. Hatinya terasa sesak, Zahra telah tenggelam dalam kesalah pahaman. Tetapi dia tidak mampu meluruskan kesalah pahaman Zahra karena ia takut Zahra akan membencinya setelah mengetahui bahwa wanita yang ia cari ada dihadapannya sekarang.

Beberapa jam kemudian. Setelah Zahra tertidur, Zulaikha pamit pulang dengan bunda Zahra. Shalat ashar sebentar lagi dan Zulaikha singgah di masjid untuk shalat. Setelah mengambil wudhu, telinganya mendengar kumandang adzan yang mengalun merdu dan seperti tidak asing bagi Zulaikha.

"Astaghfirullah..." Batin Zulaikha. Mencoba menetralkan pikiran dan hatinya.

Setelah selesai shalat, gadis itu membuka mushaf berwarna pink yang selalu ia bawa kemana-mana kemudian mulai membacanya. Suara merdu, mata hazel dan wajah berseri karena sapuan air wudhu kini bersama Zulaikha menambah keanggunan dan kecantikannya.

Setelah selesai, Zulaikha ingin pulang. Sesampainya diparkiran masjid, dia merasa ada sesuatu yang dilupakannya. Tasnya sudah ia geledah tetapi tidak ada. Kemudian ia berjalan kembali ke dalam masjid. Tiba-tida langkahnya terhenti. Ingin mutar balik tetapi sudah terlanjur dilihat. Orang yang ada di hadapannya pun sepertinya juga kaget lalu menunduk.

"Ekhhm...assalamu'alaikum." Ucap orang itu.

"Wa'alaikumussalam." Balas Zulaikha.

"Ini punya kamu." Ucap orang itu sambil menyodorkan kepada Zulaikha.

"Ohh iya syukron. Saya pamit dulu, assalamu'alaikum." Hanya itu yang dikatakan Zulaikha kemudian meraih buku diarynga lalu berlari pergi. Dia tidak ingin berlama-lama ada disana, hatinya kiro benar-benar tidak enak.

"Wa'alaikumussalam." Ucap Yusuf yang kini melihat Zulaikha sudah hilang di hadapannya.
Dia ingin berbicara banyak kepada Zulaikha. Terlebih persoalan apa alasan dia membatalkan pernikahannya dengan Zahra. Yusuf tidak mau jika Zulaikha menyalahkan dirinya sendiri dan menganggap dirinya adalah penyebab gagalnya pernikahan sahabatnya. Oleh karena itu dia berlari keluar masjid ingin menyusul Zulaikha.

"Zulaikha, tunggu." Ucapnya.

"Ada apa lagi mas?." Ucap Zulaikha dengan pandangan dialihkan.

"Mas cuma mau bilang kalau semua ini bukan salahmu. Aku membatalkan pernikahanku dengan Zahra karena diriku sendiri yang salah. Ya...aku salah karena aku hanya mencintaimu. Tolong maafkan aku karena telah lancang." Ucap Yusuf dengan suara bergetar dan merasa bersalah.

"Sudahlah mas. Jangan samakan aku dengan Zulaikha yang dulu. Aku pamit." Setelah mengucapkan itu Zulaikha membalikkan badannya dan betapa kagetnya dia ketika melihat Zahra ada disana dan sedang menatapnya dengan tatapan benci dan marah.

"Zahra....".  Ucap Zulaikha lemah. Saat itu badan Zulaikha seketika menjadi lemas. Air matanya mulai jatuh.

"Dasar sahabat tidak tahu diri! Ohhh....jadi ini diri kamu yang sebenarnya, Selama ini kamu memakai topeng murahan dan sok suci di depan  orang-orang. Tetapi busuk dan munafik di belakang." Ucap Zahra dengan kepala yang memanas dan melayangkan tamparan keras ke wajah Zulaikha.

"Hiks...hiks...ini tidak seperti yang kamu bayangkan Za...aku tidak pernah mau merebut Yusuf dari kamu. Wallahi aku tidak pernah ada niatan. To...tolong maafkan aku hiks..hisk.." Ucap Zulaikha mendekati ingin memeluk Zahra namun didorong oleh Zahra sampai terjatuh.

"Astaghfirullah Zahra, istighfar. Jangan sampai amarah menguasai dirimu. Ini semua bukan salah Zulaikha. Kamu hanya salah paham. Sekarang pergilah dari sini! Kamu sudah sangat keterlaluan." Ucap Yusuf tegas karena kaget melihat tindakan Zahra dan merasa teriris hatinya melihat Zulaikha diperlakukan seperti itu.

Mendengar Yusuf berbicara seperti itu Zahra semakin marah.

"Aku tidak akan pernah memaafkanmu sampai kapanpun Zulaikha." Ucap Zahra sambil menunjuk kearah Zulaikha dengan mata yang memerah. Kemudian pergi meninggalkan Zulaikha dan Yusuf.
Hatinya terasa sakit sekali ketika mengetahui Zulaikha adalah dalang dari semua kesedihannya. Dia tidak percaya bahwa orang yang dia anggap sebagai saudaranya ternyata menusuk hatinya dari belakang.

Sementara itu. Zulaikha mulai berdiri mengusap air matanya dan terus mengucapkan istighfar. Allah sekarang sedang mengujinya dan dia harus bersabar.

"Kamu baik-baik saja? Mau saya antar pulang?" Ucap Yusuf khawatir.

"Saya pulang sendiri saja mas. Lagi pula mau ngantar dengan cara apa. Tolong jangan Cari saya lagi. Assalamu'alaikum." Hanya itu yang di ucapkan Zulaikha dengan suara lemah kemudian berlalu meninggalkan Yusuf.

"Wa'alaikumussalam." Yusuf merasa bersalah membuat perhabatan Zahra dan Zulaikha menjadi retak. Tapi dia yakin Allah adalah sebaik-baiknya pembuat skenario kehidupan.

***
Setelah selesai shalat tahajjud dan membaca Al-Qur'an, Zulaikha melanjutkan tulisannya didalam buku diarynya. Menunangkan segala apa yang telah ia lalui hari ini.

Bismillah....
Maafkan aku...
Aku berhenti...
Aku jahat...
Aku tega...
Aku berdosa pernah mengagumimu melebihi penciptamu.
Aku berharap kamu membaca kata "pernah" itu.
Penanda bahwa kagumku hanya ada dimasa lalu. Lalu bagaimana dengan sekarang? Sekarang aku tidak memiliki keberanian sedikitpun untuk mengagumi. Karena aku pernah kagum dan disaat itu juga aku remuk.
Tak akan kuceritakan mengapa aku hampir membunuh hatiku karena rasa yang salah.

Aku menyerah dan aku pamit.
Rasa bersalahku semakin besar ketika aku menjadi sebab hati sahabatku menjadi remuk, air matanya jatuh dan itu membuatku sesak.
Betapa tidak, aku telah menjadi luka baginya.

Sekarang aku bukan orang yang sama seperti di masa lalu karena untuk mengagumimu aku tahu diri dan aku malu kepada Rabbku.

Aku pernah menyebut namamu dalam do'aku dan kamu menyebut nama lain dalam do'amu.
Lucu yah...

Dan sekarang kenapa kamu kembali mengujiku...menguji rasa yang sudah aku kubur dengan susah payah.

Saat ini izinkan aku hanya mencintai Allah...
Sampai pada akhirnya Allah sendiri yang mengizinkanku untuk mencintaimu...

Ailah Zulaikha






Jangan lupa Vote, comment dan share yah teman-teman😊

Dalam Dekapan IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang