Kini Gevano dan Xerena sudah sampai didepan pintu unit apartement milik Xerena dengan Gevano yang masih setia menggendong Xerena ala bridal style. Gevano dengan lembut tidak membiarkan Xerena jatuh sedetik pun.
"Turun." Dengan perlahan, Xerena akhirnya turun dari gendongan Gevano.
SYUTTT!
Membelalakan matanya serta mengelus dadanya perlahan, beruntung saja Gevano dengan sigap menarik tangan Xerena sehingga tubuhnya tidak terjatuh di lantai. Maklum, kehilangan keseimbangan akibat kakinya yang masih terasa sakit akibat serangan Melozy tadi di sekolah.
"Pegangan pada lenganku." Xerena sih menurut saja pada perkataan Gevano, melingkarkan lengannya pada lelaki ini agar tidak terjatuh.
Tangan Gevano mengisyaratkan meminta kartu kunci apartement milik Xerena. Xerena merogoh saku ranselnya dan memberikan kartu kunci unit apartementnya pada telapak tangan Gevano.
Dengan cepat Gevano mengambil dan membuka pintu lalu menuntun Xerena memasuki apartementnya. Menyalakan lampu agar ruangan yang terang tersebut terlihat lebih gelap.
"Cepat, ambil handuk, baju gantimu, dan segera mandi." Xerena hanya mengangguk menurut, tidak berniat untuk mengeluarkan satu kata pun. Sedikit terkejut ketika Gevano mengambil ransel yang masih Ia gendong, menaruhnya di sofa Xerena.
Setelah menaruh ransel Xerena diatas sofa, Gevano ikut terduduk di sofa tersebut dengan mengambil posisi santai. Meninggalkan Xerena yang masih berdiri mematung di depannya itu.
"Cepatlah, kau ini lambat sekali!" Xerena melototkan matanya, dengan perlahan dirinya pun memasuki kamarnya untuk mandi membersihkan dirinya sendiri di kamar mandi yang ada di kamarnya itu.
Tentu saja, itu sangat membutuhkan waktu yang sangat lama untuk membersihkan noda lipstick, bedak dan efek lengket coke pada beberapa bagian tubuhnya. Merasa sedikit miris melihat beberapa luka dan memar yang ada pada tubuhnya.
Sudah terasa bersih setelah mengambil sesi mandi yang sangat panjang, Xerena keluar dengan keadaan memakai kaus berlengan pendek putih polos dengan celana pendek berwarna army. Mengusap-usap pelan rambutnya yang basah dengan handuk agar kering.
"Kemari." Xerena berjalan perlahan kearah Gevano yang terduduk di sofa dengan memangku sekotak P3K. Memposisikan tubuhnya terduduk di samping Gevano.
"Ulurkan kedua tanganmu ke diriku." Gevano membuka obat luka dan meneteskan cairan obat luka tersebut keatas selembar kapas.
Tetap diam, Xerena mengulurkan kedua tangannya. Membiarkan Gevano menggeser tubuhnya mendekat kearahnya sehingga tubuh mereka saling menempel. Dengan perlahan Gevano mengobati luka-luka cakaran yang berada pada lengan Xerena.
"Aw-!"
"Jangan cengeng, diam atau aku akan menekannya lebih kuat." Merasa jengkel, Xerena memukul pelan pundak Gevano. Gevano pun melanjutkan mengobati luka-luka pada lengan Xerena, mengabaikan pukulan Xerena. Xerena sedikit tetkejut tatkala Gevano mengganti posisinya duduk dibawah, berhadapan dengan lututnya.
"Diam dan jangan bergerak." Gevano mulai mengobati luka yang terdapat pada lutut Xerena. Tangan Xerena yang jahil pun meraih rambut Gevano dan mengelusnya pelan.
'Ternyata rambutnya halus dan lebat juga.' Batin Xerena seraya mengubrak-abrik rambut Gevano lebih dalam, merasa gemas.
"Jangan dipegang-pegang, tanganmu kotor dan bau."
Rasa gemas Xerena pun berubah menjadi jengkel, dengan kasar dirinya pun menjambak rambut Gevano. Membuat Gevano mengaduh kesakitan lalu melipat kedua tangannya di depan dadanya, mengalihkan pandangan matanya mengindari tatapan tajam Gevano.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Our Universe : I Hate U |✔ JENRINA BLUESY JENO X KARINA
RomanceSepasang laki-laki dan perempuan diciptakan dengan nama Gevano Leeverton dan Xerena Yvonne. Mereka hanya diciptakan, namun yang menentukan kisah kehidupan mereka adalah mereka sendiri. Mereka akan menemukan Gevano dan Xerena mereka sendiri. Bagaim...