22. Decision (1)

8 0 0
                                    

Satu hari kemudian setelah perang melawan para pengkhianat berakhir....

Di Lukedonia....

Perbaikan di hutan Lukedonia masih berlangsung. Banyak Central Order yang selamat sedang mengurusi pohon-pohon yang tumbang. Mereka menebang pohon yang gosong, menanam pohon yang tumbang dengan bibit yang baru. Sementara pohon-pohon gosong yang telah ditebang atau tumbang sendiri dihancurkan sampai tidak bersisa. Pekerjaan tersebut diawasi oleh seluruh kepala keluarga dari Kepala Keluarga Ru sampai Kepala Keluarga Tradio. Oleh karena itu, di Istana hanya tersisa empat orang yaitu Lascrea, Gechutel, Cyan, dan Kakek Sowon. Tampak mereka sedang makan bersama di ruang makan istana. Setelah selesai makan, mereka minum teh bersama.

"Saya harap pekerjaan ini cepat selesai," ucap Gechutel membuka pembicaraan setelah ia dan yang lainnya diam saja selama beberapa waktu lamanya. Ia letakkan cangkir teh di tatakan di depannya lalu ia menatap ke arah Lascrea.

"Hampir 95% hutan di sini terbakar akibat bom-bom itu. Perlu waktu lama untuk memulihkan kembali hutan tersebut. Jadi, saranku sabar saja," jawab Cyan lalu ia meminum tehnya sembari menutup mata, sok cool.

"Aku bersabar, kok," jawab Gechutel lalu ia menatap sebal ke arah Cyan.
"Buktikan," ucap Cyan lalu ia meletakkan cangkirnya di tatakan.
"Apa?"

"Sudah berapa kali kau mengeluhkan itu di hari ini? Belum lagi kemarin. Ya ampun," ucapnya lalu ia menepuk dahinya.
"Kau!" seru Gechutel kesal. Ia pun berdiri dan menggebrak meja.

BRAKKK

"Gechutel, hentikan!" tegur Lascrea lalu ia menatap tajam ke arah Gechutel.
"Ma-maafkan saya, Lord," ucap Gechutel menyesal. Ia pun duduk dengan pelan karena ia gugup.

"Cyan adalah tamu kita yang datang setelah beratus-ratus tahun lamanya menghilang. Jadi, jaga sikap dan tutur katamu setiap kau berbicara meski kau kontra dengan ucapannya sekalipun."
"...."

"Lagipun, aku sependapat dengannya."
"Lord, a-apa-"

"Kita hanya bisa menunggu dengan sabar untuk memulihkan hutan di tanah kita."
"...."

"Memang, sihir bisa menumbuhkan pohon dengan cepat. Tetapi, itu perlu memakan banyak sekali energi apabila kita mengandalkannya 100%. Kita hanya akan mati kelelahan. Jadi...."
"...."

"Kita akan mengandalkan sihir sedikit demi sedikit ketika pohon yang kita tanam sudah tumbuh. Kita akan menumbuhkannya tengah-tengah. Tidak lama namun tidak sebentar."
"Baik, Lord," ucap Gechutel mengangguk patuh.

Dan pembicaraan mereka berakhir. Sepi menghampiri mereka berempat. Yang terdengar oleh mereka hanya suara cangkir yang bertemu tatakan karena mereka berkali-kali minum dan meletakkan cangkir teh mereka. Setelah merasa momennya tiba, Lascrea berdehem lalu ia melirik ke arah Cyan.

"Cyan Cannedia...."
"Ya, Lord," ucap Cyan sopan.
"Apa kau sudah memikirkan tawaran yang ku sampaikan dua hari yang lalu?"

"Eh? Tentang apa?" tanya Cyan terkejut dan juga heran.
"Tentang tawaranku dimana kau mengabdi kepadaku dan menjadi kepala keluarga Cannedia."

"I-itu...." ucap Cyan gugup. Ia menunduk, membuang muka guna menghindari tatapan Lascrea sehingga mereka tidak bertemu mata lagi. Gechutel yang melihatnya sweatdrop lalu ia berdehem kemudian ia bersuara.

"Kenapa tidak menjawab pertanyaan Lord?"
"Itu...."
"...."
"...."
"...."
"Cyan-"

"Maaf, saya belum memikirkannya karena saya fokus dengan keadaan kita kemarin," jawab Cyan menyesal namun ia tetap bernada sopan.
"...."

"Lagipula, saya kira anda hanya bergurau."
"Sayangnya, aku tidak bergurau."
"Saya mengerti."
"...."

"Saya perlu bicara dengan kakek Sowon dan Seonju. Dan saya juga perlu waktu untuk memikirkannya sendiri secara matang-matang. Mohon beri saya waktu, Lord," ucapnya menunduk meminta kelonggaran waktu pada Lascrea.

Noblesse: Between Past & NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang