Di tempat lain, tampak Rai sedang asik menatap ke arah jendela. Tetapi, ia dibuat terkejut ketika ia melihat langit di sisi barat laut menghitam. Tiba-tiba, jantungnya berdegup satu kali. Ia langsung paham sebab jantungnya berdegup ditambah langit yang menghitam itu. Tanpa ia sadari, ia menggumam dan itu membuat Regis dan Seira melirik ke arahnya.
"Frankenstein...."
Tidak hanya Rai, M-21 dan Takio juga melihatnya. Mereka berdua yang sedang berdiri di atap gedung kelas satu terkejut lalu mereka berdua saling pandang.
"Itu...langitnya...." ucap Takio menggantung.
"Sepertinya Frankenstein sedang memanggil Dark Spear," jawab M-21."Itu artinya terjadi pertarungan di sana. Maksudku masalah."
"Haruskah kita menghampirinya?"
"Kurasa Frankenstein bisa mengatasi ini.""Baiklah, kita akan menanyakan perihal ini kepadanya nanti."
"Ya."Sesuai keputusan mereka berdua, mereka tidak mengejar Frankenstein. Mereka memilih berjaga di sekolah karena mereka takut ada musuh yang datang menyerang sekolah ketika mereka pergi. Mereka pun berpisah guna mengawasi bagian sekolah lainnya. Takio ke Barat sementara M-21 ke utara. Mereka pun menghilang, tidak terlihat lagi dan atap gedung kelas satu berubah menjadi sepi. Hanya semilir angin yang terdengar suaranya karena semakin tinggi posisinya, maka semilir angin akan jauh lebih terasa dan terdengar suaranya.
Sementara itu di sisi lain, Tao mengamati wilayah di sekitar Frankenstein melalui kamera CCTV yang ia retas. Tampak ia mengamati pertarungan itu. Sayangnya, di CCTV itu tidak terpasang speaker sehingga ia hanya bisa melihat saja. Ia amati pertarungan Bosnya melawan Sorte dan tiba-tiba, Tao membelalakkan kedua matanya.
"Dia....mirip dengan almarhum Yuri. Mirip, benar-benar mirip. Itu karena kupikir dia datang kemari bukan untuk bertarung melainkan melihat situasi. Hm...."
.
.
.
°°°°°°°°°°°°°°° N∅b|£§§€ °°°°°°°°°°°°°°°°°
.
.
."Hoo, Dark Spear. Sudah lama aku tidak melihatnya."
"Kau tahu tentang ini?"
"Tentu saja.""Hoo, menarik. Aku jadi semakin penasaran denganmu."
"Haha, aku pun sama. Tetapi sayangnya, aku benar-benar harus undur diri. Kali ini, bukannya aku mau jadi pengganggu kalian berdua, tetapi karena ada hal yang harus ku lakukan."
"Apa?" ucap Lunark terkejut."Huh, paling kau hanya ingin kabur karena ketakutan melihat senjataku ini."
"Oh, bukan, bukan begitu."
"Lalu?""Jujur saja, akupun ingin bertarung lebih lama denganmu. Tetapi sayangnya, itu bukanlah misiku."
"....""Aku yakin waktu yang tepat akan segera tiba. Setelah tiba, kita bisa bertarung sepuas kita sampai salah satu diantara kita tidak mampu bertarung lagi baik karena mati ataupun terluka parah.
"...."
"Jadi, sampai bertemu lagi, Tuan Frankenstein."Sembari tersenyum, Sorte menghilang menjadi butiran cahaya berwarna putih dan kuning. Frankenstein menggenggam erat Dark Spear sementara ia meringis kesal. Kedua matanya menajam sementara Lunark hanya diam sembari menunduk dengan raut wajah sendu. Tanpa mereka sadari, Cyan masih berada di tempatnya. Ia juga turut menunduk dan raut wajahnya berubah sendu. Namun, itu tidak bertahan lama karena setelahnya, ia menengadah dengan raut wajah terpana karena ia mendengar suara seseorang melintas dengan cara melompat.
WUT WUT WUT
Siapapun orang itu, ia merasa bahwa ia harus segera pergi dari tempatnya berada sekarang. Oleh karenanya, ia pun menghilang dengan cara menjadi butiran cahaya berwarna biru tua dan putih. Rupanya, benar yang ia pikirkan. Nyatanya, ada seseorang yang melintas dengan cara melompat di sekitar tempatnya berdiri tadi. Seseorang itu adalah Muzaka. Ia melompat dari satu atap gedung ke atap gedung lainnya lalu ia mendapati Frankenstein bersama wanita berambut cokelat terang di sebuah atap gedung. Siapa lagi kalau bukan Lunark?
KAMU SEDANG MEMBACA
Noblesse: Between Past & Now
FanfictionFrankenstein, Kepala Sekolah SMA Ye Ran sekaligus pengikut dari sang Noblesse yaitu Cadis Etrama Di Raizel, pergi guna mencari sebab tuannya hidup kembali. Di samping itu, SMA Ye Ran dipimpin sementara oleh Tao, yang sebelumnya adalah otak dari Raiz...