OMG😭aku hampir lupa update😭🙏🏻
•••Keadaan kamar inap milik Jean kini dipenuhi oleh beberapa perawat yang penasaran serta beberapa polisi yang langsung datang ke rumah sakit ketika mendapat kabar bahwa Jean membuka suara.
Mereka berenam, Jay, Sunghoon, Jake, Sunoo, Jungwon dan Ni-Ki duduk di kursi panjang yang ada di depan kamar inap milik Jean. Mereka semua menunduk.
Ada perasaan panik sekaligus takut pada diri mereka masing-masing karena takut dituduh sebagai tersangka karena reaksi Jean barusan.
BRAKK
Bunyi pintu ditutup membuat mereka semua menoleh. Seorang polisi dengan name-tag Kim Taehyung itu keluar dan langsung mendapat berbagai pertanyaan dari para perawat yang ada disana.
"Gimana, Pak? Pembunuhnya beneran ada disini?" tanya salah seorang perawat dengan wajah panik.
Kim Taehyung selaku polisi yang bertugas atas kasus kali ini itu tersenyum tipis. "Kalian bisa tenang, ya. Gak ada apa-apa kok, tenang aja."
Mendengar itu, seketika Sunghoon langsung berdiri. "Gimana, Pak? Maksudnya gak ada pelaku disini apa, ya?"
Suara Sunghoon yang cukup lantang dan datar itu membuat para perawat yang berkumpul disana dan Kim Taehyung itu menoleh. Sontak Taehyung berjalan pelan ke arah Sunghoon yang menatap polisi itu datar.
"Udah, gak ada yang perlu dikhawatirin."
"Maksudnya?" tanya Jay dengan wajah yang menantang polisi tersebut.
Taehyung menghela nafas. "Kalian tau, kan? Kalo mentalnya lagi keguncang? Dan ini pertama kalinya dia ketemu sama orang selain orang-tuanya dan perawat, jadi pikirannya masih berantakan—"
"Gimana kalo yang teman saya bilang itu beneran ada. Pelakunya ada diantara kita?" Jungwon berdiri. Auranya yang begitu tegas itu membuat sang polisi tak mampu menatap pemuda itu.
Perawat yang merawat Jean itu langsung memberikan tulisan Jean kepada sang polisi sebagai barang bukti. Jadi polisi tau apa yang dimaksud oleh Jungwon.
"Orang dengan mental yang belum stabil itu omongannya suka ngelantur. Jadi kalian tenang aja."
•••
"Kalian percaya kalo pelakunya adalah salah satu diantara kita?" tanya Jay ketika mereka semua telah tiba di rumah milik Sunghoon untuk berkumpul.
Sekarang mereka semua duduk di sofa yang ada di kamar milik Sunghoon. Mereka duduk sesuai posisi sofa yang melingkar layaknya tengah mengikuti sebuah debat.
Ni-Ki yang baru saja mengambil snack itu berbicara. "Gue sih enggak. Omongannya polisi tadi masuk akal sih."
Mendengar itu, semuanya beralih menatap Ni-Ki dengan tatapan bermacam-macam.
"Apa? Kan gue cuman ngeluarin opini gue," kata Ni-Ki enteng sembari memasukkan potongan snack kedalam mulutnya. "Emang lo semua percaya?"
"Percaya gak percaya aja sih kalo gue," jawab Jay ragu. "Tapi bener sih kata lo Nik. Masuk akal juga omongan polisi tadi."
Ni-Ki mengangguk heboh. "Bener, kan!"
"Tapi kalo misalnya emang bener gimana?" Pertanyaan Jungwon membuat Ni-Ki yang heboh tadi seketika diam. "Ini kalo misalnya."
"Ya, gitudeh," jawab Jake tak acuh dan kembali membaca bukunya. Laki-laki itu terlalu jenius sampai harus membawa buku kemana-mana.
Sunoo memutar bola matanya malas mendengar jawaban Jake. "Yi gitidih! Lo kayaknya dari kemarin kayak cuek aja tentang Jean! Lo sama Ni-Ki dari kemarin kayak gak peduli gitu! Mana jawaban lo berdua menggiring opini yang lain!"
Mendengar itu, sontak Ni-Ki mendelik, memelototi Sunoo yang berujar seenaknya. Jake yang tadinya melanjutkan membaca-pun langsung mendongak ke arah Sunoo, membenarkan posisi kacamatanya sebelum menjawab.
"Kan gue sama Ni-Ki cuman beropini aja. Gimanasih? Masa ngeluarin pendapat gitu gak boleh? Sejak kapan ngeluarin pendapat itu dilarang?" jawab Jake tenang. "Gue gak bermaksud menggiring opini yang lain. Mungkin aja pendapat mereka sama kayak gue cuman gak enak buat bilang."
Ucapan Jake itu membuat Jungwon, Sunoo dan Sunghoon hanya menatapnya dalam diam. Sedangkan Ni-Ki langsung manggut heboh dan sedikit meledek Jungwon yang dibuat bungkam. Jay hanya menganggukkan kepalanya pelan.
"Lagian kan kemarin gue bilang kemungkinan. KEMUNGKINAN loh ya gue bilangnya. Terus omongan polisi tadi bener kok secara psikologis," jawab Jake tenang. Pemuda itu menjelaskan dengan cara yang khas orang layaknya berpendidikan tinggi.
"Menurut psikologi, orang yang kena gangguan mental atau mentalnya keguncang itu gak bisa berpikir jernih dan udah pasti pikirannya berantakan yang ngebuat memorinya keacak gitu, jadi omongannya ngelantur." Jay menambahi membuat seluruh atensi menghadap padanya. "Tapi lo beneran percaya omongan polisi tadi?"
Dan pertanyaan Jay terakhir itu membuat beberapa dari mereka mendelik. "Dih? Jadi lo percaya apa enggak?"
Jay mengedikkan bahunya. "Ya gatau. Yang kayak lo bilang tadi. Kemungkinan iya kemungkinan enggak."
Jay mengedikkan bahunya tak acuh dan kemudian menyilangkan tangannya didepan dada.
"Kalo gue percaya," ucap Sunghoon yang membuat atensi kini beralih ke pemuda berkulit putih pucat itu. "Gue percaya kalo pelakunya emang bener-bener ada diantara kita—"
"Karena apa? Karena lo suka sama Jean? Karena lo percaya sama Jean?" Jay menyeletuk membuat Sunghoon menjeda ucapannya.
Sunghoon menghela nafas dan menatap kelima temannya itu tenang. "Bukan. Karena Jean langsung takut pas liat lo berempat masuk."
Ucapan Sunghoon itu fokus membuat Jay, Jake, Jungwon dan Ni-Ki menoleh satu sama lain dan menunjuk diri mereka masing-masing.
"Iya, lo berempat," kata Sunghoon memperjelas ucapannya. "Pas gue sama Sunoo masuk Jean biasa aja."
Seketika tubuh mereka menegang kecuali pelaku sebenarnya yang hanya diam menyimak.
"Jadi, pelakunya diantara kalian berempat?"
Antara mereka berempat? Yakin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Room Hate | Enhypen
FanfictionSejak malam itu, Jean tidak bisa berbicara. Ia tidak dapat mengeluarkan suaranya barang sedikitpun saat melihat sang Kakak tertusuk tepat dihadapannya. Dan yang membuatnya takut adalah orang yang menusuk Heeseung terus menerornya. "𝐒𝐬𝐬𝐭, 𝐮𝐝𝐚�...