Malam hari yang dingin, ruang kamar inap rumah sakit yang sunyi membuat seorang pemuda dengan mata sipit berwajah pucat itu menarik selimutnya keatas.
Tubuhnya terus bergetar dan dingin, namun sebenarnya Sunoo demam. Suhu tubuhnya sudah sedikit menurun semenjak ia dirawat di rumah sakit.
Ia tidak bisa tidur nyenyak. Ia tidak pernah bisa tidur dengan nyenyak setelah kejadian itu. Kejadian dimana ia melihat Sunghoon mati tepat dihadapannya.
Ia tau kabar Sunghoon yang meninggal dari sang Mama, namun ia tidak dapat menghadiri pemakaman Sunghoon karena kondisinya. Ia juga tak bisa menghadiri pemakaman sahabatnya itu karena rasa bersalahnya. Ia merasa bersalah kepada Sunghoon.
Harusnya ia menolong Sunghoon saat itu, bukan hanya bersembunyi dan melihat Sunghoon mati dengan cara seperti itu. Harusnya ia ke kantor polisi untuk mengatakan yang sebenarnya. Harusnya ia bersaksi atas kematian Sunghoon.
Namun yang ia lakukan hanyalah berbaring lemah di rumah sakit dengan perasaan bersalah dan takut. Pantaskah ia disebut sahabat?
DUKK
Sunoo langsung membuka matanya dan menatap kearah jendela. Jendela terbuka lebar. Bukannya menutup jendela tersebut, Sunoo malah kembali menenggelamkan dirinya kedalam selimut tebal itu. Ia membiarkan jendela tersebut terbuka dengan gorden berkibar karena terlalu lemah hanya untuk sekedar berjalan.
Saat beberapa detik menutup matanya, mendadak pemuda itu merasakan suasana yang berbeda. Suasananya mendadak menjadi tegang dan mencekam.
Pemuda itu sontak membuka matanya lebar-lebar dan kembali menatap kearah jendela yang masih terbuka lebar dengan posisi yang setengah terduduk. Tidak ada siapa-siapa disana.
Pemuda itu kembali membaringkan tubuhnya, namun saat ia berbalik ke arah kiri, tubuhnya langsung menegang. Detak jantungnya terhenti selama satu detik. Matanya membulat dengan sorot mata takut. Tangannya bergetar hebat memegang erat selimutnya.
Laki-laki sebaya yang merupakan 'sahabatnya' berada tepat disampingnya, berdiri dengan raut wajah datar.
"Ssstt..." kata laki-laki tersebut sambil menempelkan jari telunjuknya ke bibir tipis milik Sunoo.
Sunoo, pemuda itu makin membulatkan matanya saat jari hangat itu menyentuh bibirnya. Matanya terpaku menatap temannya itu yang berdiri disana.
Tak lama kemudian mata Sunoo mulai berkaca-kaca saking takutnya dirinya akan kehadiran temannya itu.
"Lo liat gue bunuh Sunghoon, kan?" kata laki-laki tersebut tenang dengan sorot mata datar. Tatapannya seperti seorang psikopat sekarang menurut Sunoo.
Sunoo terdiam. Tubuhnya bergetar hebat ketika laki-laki tersebut melayangkan pertanyaan itu. Matanya seakan-akan disihir untuk menatap mata iblis itu.
Melihat Sunoo terdiam, laki-laki itu tersenyum miring. "Kenapa? Kaget?" Akhir katanya diakhiri kekehan yang membuat Sunoo tak bisa bernafas.
"P-pliss..." lirih Sunoo dengan suara serak dan kecil. Suaranya sebisa mungkin ia keluarkan, namun hanya suara seperti bisikan yang bisa keluar.
Pemuda tersebut tersenyum. "Plis? Plis apa? Plis ketemu Sunghoon?"
Sunoo menggeleng spontan dan bersamaan dengan itu juga, sahabatnya itu mendorongnya membuat Sunoo terbaring di kasur. Dengan cepat lengan dan sikunya itu ia gunakan untuk mencekik leher Sunoo.
Sunoo, pemuda itu seketika tercekat. Lehernya terdorong kedalam membuat suaranya makin tak bisa keluar. Hanya matanya yang berkaca-kaca bisa mengekspresikan perasaannya saat itu.
"Sorry, ya. Tadinya gue gak niat buat nyingkirin lo. Tapi lo tau, yaudah," pemuda tersebut menjeda ucapannya sejenak. "Bukan gara-gara ini juga, sih. Lo tau, selain Sunghoon, gue juga suka sama Jean. Ck."
Sunoo, pemuda itu memukul-mukul lengan orang yang mencekiknya dan membuka mulutnya lebar-lebar untuk mendapat pasokan udara. Wajahnya yang pucat berubah menjadi merah padam, begitu juga dengan matanya yang mulai menampakkan urat-urat merah. Leher Sunoo-pun menonjolkan urat ungu kebiruan.
"Kalo lo tau gue suka sama Jean, harusnya lo gak usah nempelin dia!"
Pemuda tersebut makin menekan tekanannya membuat Sunoo makin memukul keras lengannya dan sedikit terbatuk saat cekikan itu ia lepaskan.
"HAHHH! HAHH!" Sunoo mengambil nafas sebanyak-banyaknya dan terus terbatuk-batuk memegangi lehernya yang terasa sakit.
Laki-laki itu hanya memandangi Sunoo yang terus terbatuk-batuk sembari memegangi lehernya. Kemudian, saat Sunoo sedikit berbalik membelakanginya, laki-laki tersebut mengambil bantal milik Sunoo.
"Good bye, Kim Sunoo. See you in heaven."
Detik itu juga, suara-suara teriakan yang teredam terdengar. Laki-laki itu menutup wajah Sunoo dan menekan bantal tersebut kuat-kuat di wajah Sunoo.
Ia harus mati.
Aaaa makasii buat 1k readersnya😫🫶🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Room Hate | Enhypen
FanfictionSejak malam itu, Jean tidak bisa berbicara. Ia tidak dapat mengeluarkan suaranya barang sedikitpun saat melihat sang Kakak tertusuk tepat dihadapannya. Dan yang membuatnya takut adalah orang yang menusuk Heeseung terus menerornya. "𝐒𝐬𝐬𝐭, 𝐮𝐝𝐚�...