08

838 157 11
                                    

Seorang perempuan berbaring dengan tenang di atas bangkar rumah sakit. Matanya yang tertutup dengan tenang dan damai pertanda ia sedang tidur lelap itu sangat manis.

Namun, tiba-tiba saja ketenangannya itu terusik saat merasakan hawa yang berbeda dari sebelumnya. Sebuah benda dingin dan nafas seseorang yang sangat dekat dengannya bisa ia rasakan. Hanya kehadiran orang tersebut, Jean bisa merasakan suasana yang mencengkam itu.

Perlahan Jean membuka matanya. Samar-samar ia masih bisa melihat ruangan kamarnya yang kosong seperti biasanya, tidak ada siapapun. Dirinya ingin kembali tidur, namun saat ia menoleh ke kiri, matanya langsung membulat sempurna, nafasnya tercekat begitu sesak saat benda dingin dan tajam itu makin ditekan ke lehernya.

"Sssttt." Orang tersebut meletakkan jari telunjuk di bibirnya, menyuruhnya untuk diam.

Jean, tubuh gadis itu mendadak kaku, seperti tidak bisa digerakkan sedikitpun. Matanya terpaku menatap sosok yang ada di sampingnya itu dengan penuh takut.

Kamar rumah sakit yang gelap karena Jean tidak bisa tidur dengan lampu menyala membuat wajahnya tampak begitu menyeramkan. Orang tersebut menatap Jean dengan tatapan iblis.

Jean menarik nafas dalam-dalam, menghembuskannya dengan getaran hebat bersama buliran bening yang keluar secara tiba-tiba dari matanya. Hanya menghembuskan nafasnya, dadanya masih terasa sesak. Tubuhnya panas dingin ketika orang tersebut makin menekankan pisau itu ke lehernya.

Jean tercekat.

"Ssst," kata orang itu lagi berusaha untuk mengancam Jean untuk tidak berteriak.

Jean, yang dilakukan gadis itu hanya diam mematung dengan sorot mata takut. Tangannya yang harusnya melawan hanya bisa meremat erat-erat selimut putihnya.

Bibirnya sedikit terbuka, namun tidak mengeluarkan suara sama sekali karena ketakutannya lebih besar. Jean melirik pisau itu lagi dan membuatnya makin meremat erat-erat selimut itu.

"Kan udah gue bilang jangan kasi tau siapa-siapa," kata orang tersebut dan fokus membuat seluruh tubuh Jean dingin dan makin bergetar.

Orang tersebut makin menekan pisaunya membuat leher gadis itu tertekan kedalam yang membuat gadis itu mulai mengeluarkan suara isakan.

Pisau itu tidak benar-benar langsung menyentuh kulit gadis itu, melainkan tangan besar yang hangat. Orang tersebut menggenggam erat pisaunya dan masih membatasinya dengan kulit Jean.

Jean menggeleng pelan dengan kepalanya yang kaku saat pemuda tersebut tersenyum begitu manis kepadanya.

"Lo ngasi tau Sunghoon, kan? Gue tau dia dateng kesini kemarin," kata pemuda tersebut lagi.

Jean spontan menggelengkan kepalanya dan fokus membuat pemuda tersebut marah.

Pemuda tersebut langsung menekan erat-erat leher Jean. "DIEM! Gue gak suka orang bohong!"

Mendengar itu, Jean menggelengkan sedikit kepalanya untuk melonggarkan tekanan tangan itu dari lehernya. Ia mulai sesak. Tangannya beralih menyentuh tangan orang tersebut karena merasa sesak.

Bukannya melepaskan pegangannya, pemuda tersebut malah tersenyum sedikit. Tak peduli dengan wajah Jean yang merah padam. "Janji, gak?"

Spontan Jean mengangguk dengan mulut terbuka lebar karena merasa sakit dan sesak pada lehernya.

Melihat Jean mengangguk, pemuda tersebut melepaskan tangannya dari leher Jean, membiarkan gadis itu bernafas dengan tenang. Namun, saat baru mengambil tiga tarikan nafas dalam, pemuda tersebut menempelkan pisau yang ia bawa ke pipi Jean.

"Ssstt." Pemuda itu kembali memberikan kode kepada Jean untuk diam. "Kalo lo ngasi tau orang lagi, siapapun itu. Lo tau kalo gue bisa bikin Kakak lo gak bernafas untuk selamanya, kan?"

Mendengar itu, Jean makin mematung. Jantungnya berhenti untuk sedetik saat mendengar kata 'Kakak' disebutkan.

"Lo nggak mau kan kalo Heeseung mati?" tanya pemuda itu lembut dan langsung membuat Jean menggeleng spontan.

Pemuda tersebut tersenyum manis.

"Good girl." Pemuda tersebut menarik pisaunya dari pipi Jean kemudian mengembangkan senyuman hangatnya, menepuk-nepuk kepala Jean.

Pemuda tersebut kemudian berdiri tegak sebelum akhirnya pergi melalui jendela rumah sakit.

Jean, gadis itu mematung memandangi jendela rumah sakit yang terbuka begitu lebar. Gorden rumah sakit itu berkibar kencang karena angin malam yang kencang.

Saat angin itu menyentuh tubuhnya, mendadak tubuhnya kembali bergetar. Matanya kosong namun berkaca-kaca menatap lurus jendela tersebut.

TIING TIING TIING TIING

Jean menekan-nekan bel rumah sakit sebanyak-banyaknya dengan tubuh yang bergetar hebat. Hembusan nafasnya pun bergetar merasakan takut yang teramat.

BRAKK

Suara pintu dibuka menampilkan seorang suster yang biasa merawatnya. Perawat itu langsung berlari kearah Jean dengan raut wajah khawatir.

"Jean! Jean! Kamu kenapa?" tanya sang perawat sambil menangkup wajah Jean.

Jean, gadis itu dengan cepat mengambil buku dan pena yang ada di nakas samping kasurnya dan menuliskan sesuatu dengan cepat dan acak-acakan. Karena takut sehingga tubuhnya yang bergetar itu tidak bisa menulis tulisan dengan rapi.

Jean langsung memberikan buku tersebut kepada perawat, mempersilahkan perawat untuk membaca tulisannya.

Perawat tersebut lantas mengerutkan keningnya ketika melihat tulisan Jean.

"𝘼𝙠𝙪 𝙢𝙖𝙪 𝙥𝙪𝙡𝙖𝙣𝙜. 𝘼𝙠𝙪 𝙜𝙖𝙠 𝙢𝙖𝙪 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙣𝙞. 𝘼𝙠𝙪 𝙩𝙖𝙠𝙪𝙩..."






















Semoga masih belum ketebak ya pembunuhnya🥹

Room Hate | EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang