"Jean, kamu bisa bilang ke Mama sama Papa! Siapa pelakunya! Pasti bukan omong kosong kamu doang, kan! Pasti pelakunya ada diantara temen kamu itu, kan! Kamu jujur kan, nak? Kamu gak bohong kan—"
"Sayang, udah! Jean lagi sakit, jangan ditanya-tanya gitu. Kasian dia." Sang Papa perlahan menarik sang Mama yang terus mengguncang-guncangkan pundak Jean.
Jean hanya diam dengan tatapan kosong yang mengarah pada tembok putih dihadapannya. Gadis itu tidak mengeluarkan suara lagi setelah enam temannya datang. Ia benar-benar tidak mau berbicara dan menganggap orang yang berada dihadapannya saat ini hanyalah angin lalu.
Pelakunya memang datang menjenguknya tadi. Orang yang menusuk sang Kakak tadi benar-benar datang. Orang tersebut menyamar dengan sangat baik.
"Udahh." Sang Papa kembali menarik sang Mama menjauh dari tubuh Jean.
Sang Mama menangis histeris. Hatinya sakit melihat anak sulungnya yang terbaring lemah di rumah sakit tanpa adanya pergerakan sedikitpun. Hatinya menjadi rapuh melihat Jean yang merupakan saksi tak mau berbicara mengenai apa yang terjadi kepada Heeseung.
"Kamu gak kasian sama Kakak kamu, Jean! Kakak kamu koma di rumah sakit! Gak sadarkan diri dan hampir mati! Tapi kamu gak mau ngomong!" Sang Mama mulai meninggikan intonasi suaranya dengan bulir-bulir cairan bening yang terus lolos.
Mendengar itu, perlahan Jean menoleh kearah sang Mama masih dengan tatapan kosong.
"Kak Heeseung..." gumamnya lirih sembari menatap kosong ubin lantai rumah sakit.
"Udah sayang udah! Jean bukannya gak mau ngomong. Tolonglah, jangan kayak gini. Yang sakit bukan cuman Heeseung doang. Jean juga lagi sakit. Dia shock. Jangan kamu gertak gitu. Jean juga kasian..." bela sang Papa yang langsung membuat keadaan sang Mama sedikit tenang.
"Jean, tolong Mama sayang..." lirih sang Mama kemudian duduk dilantai sembari memegang tangan Jean. Meletakkan tangan yang putih pucat itu di keningnya layaknya sedang memohon.
Jean, gadis itu hanya menatap kosong ubin lantai, tak memedulikan dengan sang Mama yang kini sedang memohon kepadanya. Pendengarannya ia tulikan.
"Mmm, aku ganggu, ya? Maaf, aku dateng ntar lagi."
Sosok laki-laki berkulit putih pucat datang lengkap dengan seragam sekolah. Tangannya yang besar menenteng tas hitam sekolah miliknya.
Lantas sang Mama yang tadinya duduk dilantai memohon kepada Jean langsung menghapus air matanya dan berdiri tegak, seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
"Eh, Sunghoon? Enggak kok. Mau jenguk Jean, kan? Gapapa kok, tante juga mau keluar sekalian." Mama Jean kemudian memberi isyarat kepada sang Papa untuk segera pergi. Keduanya melemparkan senyum kepada Sunghoon sebelum benar-benar pergi.
Sunghoon membungkuk sopan ketika kedua orang-tua Jean meninggalkannya berdua dengan Jean.
Kedua orang tuanya membiarkan Sunghoon masuk tanpa pengawasan karena mereka percaya kepada Sunghoon bahwa Sunghoon bukan pelaku yang menusuk Heeseung. Mereka tau bahwa Jean langsung ketakutan saat empat orang temannya masuk, bukan saat Sunghoon masuk. Jadi Sunghoon aman.
"Jean..." panggil Sunghoon menatap sosok perempuan yang menatap kosong ubin lantai rumah sakit.
Sunghoon-pun mendekati Jean yang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Laki-laki itu lengkap dengan seragam sekolah pagi ini. Ya, Sunghoon tidak pergi ke sekolah, melainkan pergi ke rumah sakit untuk memastikan sesuatu.
Tadi Sunghoon sempat pergi ke sekolah, tapi hanya sampai parkiran kemudian ia kembali keluar.
"Je, kalo lo masih gak mau ngomong, lo bisa tulis jawaban yang gue tanya di kertas kayak kemarin pas lo bilang ke perawat kalo ada orang yang nusuk Kak Heeseung dateng," ujar Sunghoon tenang.
Mendengar nama Heeseung, sontak Jean mendongak pelan. "Kak Heeseung?"
Hanya itu kata yang ia ucapkan. Tidak ada kata lain lagi selain menyebutkan nama sang Kakak.
Sunghoon mengangguk ketika Jean merespon ucapannya. "Iya, Kak Heeseung."
Mendengar nama itu diperjelas, mendadak bibirnya bergetar. Matanya memanas, sangat panas ketika mengingat kejadian tiga hari lalu yang membuat sang Kakak tak sadarkan diri dan dirawat di rumah sakit. Matanya mulai berkaca-kaca. Detak jantungnya berpacu begitu kuat sampai membuat dadanya sesak dan tak lama kemudian, sebulir cairan bening lolos begitu saja.
"K-Kakak..." lirih Jean dengan air mata yang lolos tanpa aba-aba.
Melihat reaksi Jean, Sunghoon memegang kedua pundak Jean dan sedikit membungkuk untuk menyamai tinggi mereka.
"Kemarin pelakunya beneran ada disini, kan?"
aku lupa updateeee😭🙏🏻🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Room Hate | Enhypen
FanfictionSejak malam itu, Jean tidak bisa berbicara. Ia tidak dapat mengeluarkan suaranya barang sedikitpun saat melihat sang Kakak tertusuk tepat dihadapannya. Dan yang membuatnya takut adalah orang yang menusuk Heeseung terus menerornya. "𝐒𝐬𝐬𝐭, 𝐮𝐝𝐚�...