18

798 138 11
                                    

Seorang gadis kurus dengan baju serba hitam berlari secepatnya di lorong rumah sakit yang ramai. Bajunya yang besar membuat dirinya harus menarik sedikit bajunya keatas.

Jean baru saja dari rumah duka Jungwon. Padahal pemakamannya belum selesai, namun ia sudah berada di rumah sakit.

Namun yang membuat gadis itu berlari menuju rumah sakit adalah karena ia tidak mendapati kehadiran seseorang di rumah duka milik Jungwon itu.

Ia tidak mendapati kehadiran Jay. Pemuda itu tidak ada disana.

Jean makin melangkahkan kakinya secepatnya dengan dada sesak. Bulir-bulir air mata terus lolos namun tak menghentikan langkahnya. Rasa khawatir, sesak, takut itu bercampur menjadi satu.

BRAKK

Pintu kamar inap milik Heeseung terbuka lebar. Seseorang dengan pakaian serba hitam berdiri tepat di samping Heeseung. Laki-laki itu menoleh spontan dan langsung terkejut.

Jean, gadis itu langsung berlari secepatnya dan berteriak ketika melihat sang Kakak mulai menimbulkan gerak-gerik yang aneh. Heeseung kejang-kejang.

"KAKAK!"

Secara tiba-tiba teriakan itu keluar dari mulutnya saat ia berlari kearah Heeseung. Suaranya keluar. Ia bisa berbicara.

Jay langsung berlari kearah Jean dan menahan gadis itu dengan cara mendekapnya.

Jay tertawa sinis. "HAHAHA, udah gue bilang, kan? Jangan kasi tau siapa-siapa."

Jean terus memberontak. Matanya terasa makin panas. Pandangannya memburam menatap Heeseung yang terus kejang-kejang dengan alat pernafasan yang ada di mulutnya.

"KAKAK! KAK HEESEUNG!" teriak Jean lagi.

Namun, saat ia ingin berteriak lagi, dengan cepat Jay membekap mulutnya, membuat suara teriakannya teredam.

"Diem! Kakak lo udah sekarat haha..." Jay tertawa bahagia. Menyenangkan melihat Jean menangis karena sang Kakak.

BUGHH

Jean menyikut leher Jay dengan sikunya membuat Jay mengerang dan spontan melepaskan dekapannya. Sontak Jean langsung berlari menghampiri Heeseung.

Jean meliri panik menatap semua alat yang mulai berbunyi bising itu. Kepalanya menoleh sana-sini bingung dan panik. Apa yang telah Jay lakukan?

"JAY! KAK HEESEUNG LO APAIN!" teriak Jean menoleh kearah Jay sekilas yang masih mengerang memegangi lehernya kemudian kembali menatap mesin-mesin yang ada disana.

Ia tidak mengerti. Mesin-mesin itu terus berbunyi, namun tidak ada perawat maupun dokter yang datang.

"JAY!" teriak Jean dengan penuh kesesakan melihat sang Kakak yang tidak berhenti bergerak.

Heeseung terus menggerakkan badannya, khas orang kejang-kejang. Namun kedua matanya tak kunjung terbuka.

"KAK HEESEUNG!" teriak Jean lagi sembari mengguncangkan lengan milik Heeseung. "KAK!"

Jay masih meringis memegangi lehernya yang disikut Jean. Pemuda itu juga langsung terduduk di tembok saat Jean menyikutnya membuat dirinya tak terlalu memperhatikan teriakan Jean.

Saat rasa sakit itu mulai mereda, Jay mendongak, menatap seorang gadis yang terus berteriak dan terlihat panik. Sontak Jay berdiri, pemuda itu langsung berlari cepat kearah Jean. Tangannya menarik kuat-kuat rambut Jean.

"GUE GAK SUKA ORANG YANG UDAH NGEHALANGIN GUE BUAT DAPETIN LO!"

BUGHH

Jay melempar kepala Jean ke tembok. Bunyi benturan yang begitu kuat itu terdengar diantara bisingnya suara mesin.

"AKHHH!"

Kepalanya terantuk begitu kuat di tembok, membuat rasa sakit dan pening luar biasa disana. Penglihatannya berbayang dan memburam. Perlahan tubuhnya merosot kebawah sampai tubuh kurus itu terduduk.

Darah tercetak ditembok ruang inap milik Heeseung.

Samar-samar dengan penglihatan yang nyaris tertutup, Jean bisa melihat Jay yang mengambil kasar bantal yang ada di kepala Heeseung, menarik kasar alat pernafasan yang ada di mulut Heeseung.

TIITT

Suara mesin yang tadinya bising kini hanya menimbulkan satu suara yang panjang. Jay menutup wajah Heeseung dengan bantal dan menekannya kuat-kuat sampai tubuh Heeseung tidak menunjukkan pergerakan dan pernafasan sama sekali.

"K-Kak..." lirih Jean dengan seluruh kesadaran yang ia punya.

Jay, pemuda itu terdiam sejenak. Tak melepaskan bantal itu dari wajah Heeseung. Tangannya perlahan melepaskan bantal tersebut, menatap wajah Heeseung lamat-lamat.

Kemudian pemuda itu tertawa. "HAHAHAH!"

BRAKK

"HEESEUNG!"

Tiga perawat dan satu dokter datang dan langsung mendobrak pintu. Dan empat orang itu fokus membulatkan matanya, membuka mulutnya lebar-lebar ketika melihat seorang laki-laki tak dikenal berada di samping Heeseung dengan sebuah bantal ditangannya.

Kemudian wajah mereka makin terkejut ketika melihat sosok perempuan terduduk di tembok dengan kesadaran yang sudah hilang. Yang membuat mereka terkejut adalah darah yang ada pada tembok.

Saat mereka ingin melihat kearah Heeseung, laki-laki yang ada disamping bangkar Heeseung itu menghilang.

Jendela rumah sakit terbuka lebar. Kibaran gorden yang kuat itu membuat mereka semua langsung berlari kearah jendela, kecuali dokter yang langsung berlari untuk memeriksa Heeseung.

"PANGIL POLISI CEPAT!" teriak dokter yang kini beralih mengambil Jean setelah memeriksa keadaan Heeseung yang sudah tak bernyawa.





























LANJUT DI PART SELANJUTNYA BESTIE. TUNGGU HARI RABU AHAHAHA

Room Hate | EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang