20

860 134 40
                                    

"JEAN! CEPET LARI!"

Ni-ki muncul dari belakang Jay dengan sebuah balok kayu berada di tangannya. Jay langsung tersungkur ketika Ni-ki memukulnya dengan benda keras tersebut.

Jean, bukannya lari, gadis itu malah terdiam mematung. Bibirnya yang bergetar hebat ingin mengucapkan sepatah kata namun tidak bisa.

"CEPET!" kata Ni-ki lagi dengan nada suara yang lebih tinggi lagi.

Jay masih tersungkur, namun kesadarannya masih ada. Yang Jay lakukan hanya terbaring merasakan rasa sakit yang begitu luar biasa pada lehernya. Ya, Ni-ki memukulnya tepat di leher.

Jean menggeleng pelan, namun bukan ditujukan untuk Ni-ki. Gadis itu masih tak sadar dengan apa yang terjadi. Yang ada dipikirannya hanya kedua orangtuanya.

Ni-ki dengan wajah panik sedikit meringis, kemudian berdecak ketika melihat Jay yang berusaha untuk bangun.

BUGHH

"AKHHH!"

Ni-ki menginjak kepala dan punggung Jay dengan sepatunya membuat pemuda itu mengerang kesakitan. Kemudian Ni-ki melangkahi Jay untuk menarik tubuh Jean.

"BURUAN!"

Ni-ki menarik pergelangan tangan Jean dan menarik paksa gadis yang belum sepenuhnya mencerna apa yang terjadi itu keluar. Membiarkan Jay yang terus berteriak dan mengerang kesakitan.

"JEAN! BALIK GAK LO!" teriak Jay sebisa mungkin.

Ni-ki terus menarik Jean yang terus menoleh ke belakang. Ni-ki tak memedulikan teriakan Jay yang menyuruh mereka kembali, ia terus menarik Jean sampai keduanya tiba di depan gerbang rumah milik Jean.

Ada mobil hitam terparkir disana.

"MASUK!" gertak Ni-ki ketika Jean berusaha menahan tubuhnya untuk tidak masuk.

Jean menggeleng. "Mama sama Papa masih di dalam!"

"MASUK! KITA KE KANTOR POLISI DULU BUAT NYELAMATIN NYOKAP BOKAP LO!"

Kemudian Ni-ki mendorong paksa Jean masuk ke mobil. Lebih tepatnya ke kursi tengah, karena di depan sudah ada Jake yang mengendarai mobil dan Ni-ki yang duduk di kursi penumpang.

"GASS!" teriak Ni-ki tak santai membuat Jake spontan melajukan mobilnya.

"GAK USAH TERIAK-TERIAK NAPA! GUE KAGET!" gertak Jake balik dengan mata lurus memandangi jalanan.

"GUE TAKUT BODOH!"

"YA SAMA! GUE JUGA!"

"LO CUMAN BAWA MOBIL! GUE HAMPIR DIKEJAR JAY!"

"LO PIKIR BAWA MOBIL CUMAN PAKE OTAK SAMA TENAGA! PAKE MENTAL JUGA ANJIR!"

Keduanya terus berdebat karena keduanya sama-sama takut. Keduanya was-was. Detak jantung keduanya juga tak beraturan. Mereka benar-benar takut.

Sedangkan Jean, sesekali ia menoleh ke belakang melihat rumahnya yang mulai tak terlihat. Jantungnya was-was memikirkan kedua orangtuanya.

Namun akan lebih was-was lagi jika Jay mengikuti mereka.

"Nyokap bokap gue—"

"LO GAK USAH MIKIRIN ITU DULU NAPA! GUE TAKUT INI!" gertak Ni-ki masih berusaha mengontrol perasaannya.

Ia marah. Ia kesal. Ia juga takut.

"Udah gapapa, gapapa. Yang jelas kita ke kantor polisi dulu. Kita laporin semuanya," kata Jake berusaha setenang mungkin, walaupun tubuhnya panas-dingin.

Jean mengangguk paham. Menggigit ibu jarinya kuat-kuat untuk mengurangkan rasa takutnya. Wajah gadis itu sembab dan penampilannya berantakan. Sangat mendeskripsikan kondisi gadis itu.

Room Hate | EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang