Chapter 10 : Menyambutmu

1.4K 202 49
                                    

Happy Reading 💕
.
.
.
Enjoy 💕
.
.
.
❤❤❤

"Bright. Jawab aku. Dimana ini?" Geramnya kasar.

Bright mengendikkan bahunya santai.

"Bukankah kau ingin pulang?"

Win mengerutkan keningnya. "Jangan bercanda."

Bright menyeringai. Menatap lekat kedua manik mata Win yang penuh akan kegelisahan.

"Selamat datang di rumahku." Ujarnya menyeringai.

.

.

.

"Ini bukan waktunya untuk bercanda." Geram Win.

"Terserah padamu mau percaya atau tidak?" Bright melangkah mundur, lalu menghilang dibalik semak belukar.

"BRIGHT! Kau mau kemana? Tunggu aku!" Win berteriak panik, tungkainya segera melangkah, berlari diantara semak belukar dan pepohonan.

Ia menoleh kesana kemari mencari pria yang barusan bersenggama dengannya.

Gelap menyelimuti hutan itu. Angin berhembus kencang. Dan suara malam kini menyambutnya.

"Bright! Kau dimana! Kumohon jangan bercanda! Ini tidak lucu! Kembali Bright!" Win berteriak, memanggil nama Bright berkali-kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bright! Kau dimana! Kumohon jangan bercanda! Ini tidak lucu! Kembali Bright!" Win berteriak, memanggil nama Bright berkali-kali. Tungkainya kian melemas, langkahnya kian melambat. Win memilih duduk diatas batubesar yang berlumut.

Nafasnya yang terengah, tenggorokan yang kering, seakan suaranya telah habis karena terus memanggil nama Bright. Win mencoba untuk mengumpulkan energinya sebelum kembali melangkah. Entah kemana.

Namun tiba-tiba tanah bergetar. Sontak Win terperanjat, melompat ke tanah lalu melangkab mundur dengan tergesa.

Pupil matanya melebar seiring dengan detak jantungnya yang berpacu semakin cepat. Sekujur tubuhnya bergetar ketakutan, namun tungkainya tak mau bergerak.

"T-to-tolong!!!!" Pekiknya bergetar.

"Graaarrrrrwwwwwhhhhhh!!!!"

Monster itu, tidak! Bukan!

Batu yang Win duduki kini telah berubah menjadi raksana besar dan menjulang tinggi. Seluruh tubuhnya terbentuk dari batu besar dan begitu menyeramkan.

"J-jangan bu-nuh aku!" Rintih Win masih tak bisa bergerak. Ia menyumpahi dirinya sendiri yang terlihat bodoh. Tubuhnya tak mau bekerjasama dengannya.

 Tubuhnya tak mau bekerjasama dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gudang Keramat [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang