Chapter 29 : Api Suci

519 78 23
                                    

Hai... Hai... Haiiiiii Apakabar semuaaaaa.... Lama Tak Berkabar yah
Terima kasih atas antusias kalian dalam membaca fanfic yang agak absurb ini. Terima kasih juga sudah setia menunggu...

Dan sekarang saatnya aku bangkit dari kubur...
eh Maksudnya keluar dari goa


Yaudah tanpa basa basi lagi cussss sambung cerita ini


Happy Reading
.

.

.

Enjoy



"Hormatku Yang Mulia Ratu." Mew bersujud di hadapan Narada dengan tubuh Win di bahunya.


Narada melirik dengan tajam, bibirnya mengulas senyum licik. Dia begitu puas melihat apa yang dibawa menantunya padanya.

"Bagus. Kau melaksanakan tugas dengan baik. Sekarang bawa dia padaku." Titah sang Ratu.


Mew mengangguk patuh, lalu bangkit dan berjalan perlahan ke arah sang Ratu. Ia menggeletakkan tubuh Win di depan Sang Ratu. Membiarkan pemuda manis itu terkulai lemas di lantai yang dingin.

Perlahan sang Ratu mengulurkan satu tangannya ke udara. Bibirnya mengucap mantra hingga sihirnya mulai bekerja. Dengan kekuata sihirnya, membuat tubuh Win perlahan melayang ke udara. Dari mulutnya, Narada meniupkan angin berwarna kemerahan lalu membentuk gelembung raksasa dan melahap seluruh tubuh Win hingga masuk ke dalam gelembung itu.


"Perintahkan semua orang berkumpul di Gelanggang Arcana. Aku ingin semua orang melihat siapa sebenarnya pemuda ini." Titah Narada.


"Baik Yang Mulia." Mew mengangguk lalu pergi meninggalkan sang Ratu dan Win.


Narada menarik sudut bibirnya, ia menyeringai puas. "Sebentar lagi, semua orang akan tau siapa kau sebenarnya anak muda. Kuharap kau memang benar reingkarnasi Elena. Karena hanya kau yang bisa mengendalikan Batu Permata Mutiara dan melenyapkan kutukan pada kedua putraku." 



**


Gelanggang Arcana adalah gelanggang terbuka seperti stadion namun 5x jauh lebih besar dari stadion biasa. Biasanya gelanggang Arcana digunakan untuk pelatihan para ksatria dan prajurit kerajaan. Juga tempat untuk menghukum para pengkhianat dengan membuatnya bertarung melawan para hewan buas yang disaksikan oleh semua masyarakat.


Dan sekarang, Narada memilih Gelanggang Arcana sebagai tempat pembuktian calon pengantin raja mereka. Jika Win memanglah pengantin Sang Raja, maka dia akan selamat dari ujian ini. Namun ujian dari Narada, tentu saja bukan ujian biasa. 

Nyawa adalah taruhannya.


**


Narada memerintahkan prajurit tingkat 5 untuk menyiapkan kayu bakar dan menumpuknya seperti gunung.  Kemudian ia menyemburkan api dari mulutnya hingga tumpukan kayu itu terbakar hebat. Kobaran api suci dari Sang Ratu Samudra Selatan memang tidak bisa diremehkan.


Masyarakat yang sudah datang memenuhi tribun gelanggang bersorak heboh. Mereka tidak tau apa sebenarnya yang akan terjai. Masyarakat hanya diarahkan untu datang menonton pertunjukan, tanpa tau pertunjukan apa yang dimaksud.


Narada mengarahkan tubuh Win yang masih melayang di dalam gelembung raksasa itu keatas kobaran api. 


"Bangunlah anak manja" gumamnya membuat Win perlahan membuka matanya.


"APA YANG KAU LAKUKAN!" teriak Win saat dirinya benar-benar tersadar. Tubuhnya benar-benar melayang diatas kobaran api. Panasnya luar biasa hingga rasanya tubuhnya terbakar bahkan sebelum dilahap sang jago merah.


"Bebaskan aku!!! Kumohon!" Teriak Win mencoba melepaskan diri dari gelembung sihir Narada.

"Kau tidak akan bisa keluar anak manja. Katakan padaku siapa kau sebenarnya. Aku tidak akan sembarangan menikahkan anakku dengan pemuda yang tidak jelas asal-usulnya sepertimu."

"Aku Win! Aku hanya manusia biasa. Aku tidak ingin menikah dengan anakmu. Lepaskan aku! Kumohon! Aku tidak melakukan kesalahan apapun. Kumohon bebaskan aku." Ringis Win meminta tolong.


"Baiklah, jika kau tidak mau mengaku. Maka biarkan api suciku yang membuktikannya."

"Tidak! Jangan lakukan itu! Kumohon hentikan! Ampuni aku. Kumohon ampuni aku. Aku akan melakukan apapun untukmu. Tapi tolong jangan bunuh aku."

"Cih! Yang bisa kau lakukan hanya membuktikan, apakah kau memang pantas menjadi suami dari anakku. Atau kau hanya manusia biasa yang tak berarti."


Narada dengan tanpa ragu menarik tangannya, hingga gelembung sihir itu pecah dan membuat tubuh Win terjatuh ke dalam kobaran api yanG melahapnya hidup-hidup.


"TIDAKKKKKK!!!!! AARHRGGGGGHH" Hanya teriakan kesakitan Win  yang terdengar. 


Kobaran api semakin besar, membakar tubuh Win yang kini semakin yang berbentuk. Jeritan mengerikan itu kian pelan, hingga akhirnya tak terdengar.


Tak ada suara yang terdengar dari masyarakat. Semuanya diam, hening tanpa sepatah katapun. Semuanya taku dan kasihan. Tak ada yang berani membantah apalagi menghentikan sang Ratu.


"WINNNN!!!!!" 


Narada menoleh dan melihat anaknya berlari dengan panik.


"Berhenti Bright!"


"Ibu. Apa yang ibu lakukan! Dia pengantinku! Kenapa kau melakukan ini!" 


"Ini demi kebaikanmu."

"Kau gila bu! Kau membakar pengantinku! Kau membunuh orang yang kucinta! Begini kau sebut kebaikan?"


"Bright, kau akan segera mengerti."

"Persetan! Aku akan menyelamatkanmu Win."


Bright sudah lelah dengan ibunya. Lebih baik dia menyelamatkan kekasihnya. Dengas cepat ia berlari ke arah api, namun seketika kobaran api itu meledak seperti bom. Membuat tubuh Bright dan Narada terpental ke tanah.


"A-apa itu?" 



-TBC-

Gudang Keramat [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang