Happy Reading 💕
.
.
.
Enjoy 💕
.
.
.
❤❤❤Dua hari berlalu. Setelah kejadian panas di dalam mobil itu. Win selalu menghindari Bright. Mau seberapa besar usaha Bright untuk berbicara dengan Win. Dia tak pernah berhasil.
Setelah dua hari lalu mereka membawa peralatan ke lokasi Bakti Sosial. Win tak mau menumpang di mobil Bright lagi. Dia memilih menumpang di mobil Ohm. Walaupun ia tau, bahwa dirinya hanya menjadi obat nyamuk diantara Ohm dan Nanon. Setidaknya dia aman karena tak bersama Bright. Si Ketua BEM mesum.
.
.
."Semua sudah siap?" Ujar Tay lantang.
Saat ini semua panitia bakti sosial sedang berkumpul di aula fakultas teknik. Mereka bersiap untuk berangkat ke lokasi Bakti Sosial yang akan diadakan selama 3 hari di desa Muntu.
"Siaapp kapten!" Sahut semuanya serempak.
"Bagus! Pastikan semua barang sudah kalian bawa. Jangan sampai ada yang tertinggal."
"Siap!"
"Oke kita berangkat sekarang. Silahkan masuk ke dalam bis dengan disiplin. 10 menit lagi kita berangkat. Untuk anak perkap dan keamanan yang saya tunjuk. Silahkan masuk ke mobil." Titah Tay
.
.
.Win memilih duduk di kursi nomor 4 dari depan. Syukurlah urutan kursi tak diatur sehingga ia bebas memilih kursi mana yang ia hendaki.
"Hai? Masih menghindariku?" Sapa seseorang yang tak lain adalah Bright.
Win tak bergeming. Ia beranjak untuk mencari kursi lain.
"Duduk disini." Cegah Bright.
"Apa ini hobimu?"
"Huh?" Bright tak paham dengan maksud Win.
Win melirik pergelangan tangannya yang dicekal oleh Bright.
"Oh... ini maaf?" Bright melepas cengkramannya.
"Minggir." Ujar Win.
Namun Bright tak mau mendengarkan. Dia menarik tangan Win hingga pemuda itu kembali duduk di sampingnya.
Win berdecak.
"Kubilang minggir! Biarkan aku pergi."
"Tak akan. Duduk dan diam disini!"
Win berdecak kesal. Tak ada gunanya ia menolak. Lagipula semua kursi telah penuh. Maka disinilah dia, kembali terjebak dengan si ketua bem mesum yang tak ingin ia lihat kembali.
"Kenapa kau menghindariku?"
Win tak bergeming.
"Apa aku harus melakukannya disini?" Bisik Bright sontak Win menoleh. Sepasang alisnya menukik tajam. Tangannya mendorong dada Bright, yang kini terkekeh karena raut wajah Win yang terlihat menggemaskan saat marah.
"Dasar mesum!"
"Aku hanya ingin minta maaf padamu. Itu kau sebut mesum---aw! Kenapa kau mencubitku?"
"Sekarang, kau lebih berisik dariku." Tukas Win.
"Jadi, kau menyukaiku yang berisik atau yang pendiam?" Win tak menjawab.
"Atau..." Bright sedikit menggoda.
"Kau menyukaiku yang kasar?---aww! Sakit!"
"Rasakan! Harusnya kucuci otakmu yang kotor itu!"
"Dengan senang hati, my bunny." Bisiknya serak.
"Sial! Menjauh dariku!"
Bukannya menjauh, pria yang disebut mesum itu semakin merapatkan tubuhnya. Lalu merebahkan kepalanya di bahu pemuda yang sibuk mencebik di sampingnya.
"Bri--"
"Sssstt, diamlah. Aku ngantuk."
"Tapi jang---"
"Ssstt! Jangan berisik." Bright menaruh jari telunjuknya tepat di bibir Win. Lalu ia kembali menyandarkan kepalanya di bahu Win.
Win menghela nafas kasar. Lalu membiarkan pria di sampingkan melakukan apapun yang dia mau. Termasuk mencium lehernya sesekali ketika Win lengah.
Dan tanpa Win sadari, Bright tersenyum puas tiap kali berhasil mencuri ciuman di leher Win.
Selama perjalanan. Mereka berdua tertidur lelap dengan posisi Bright yang menyandarkan kepala pada bahu Win.
.
.
.
Bis telah sampai pukul 2 siang setelah menempuh 4 jam perjalanan. Setelah selesai menaruh perlengkapan pribadi aula desa, tempat mereka menginap. Mereka pun sibuk mempersiapkan segala keperluan dan tempat untuk acara besok di balai desa.
Sedari sore hingga malam, mereka masih sibuk dengan tugas masing-masing.
Sejak mereka tiba di lokasi siang tadi. Bright tak dapat menemukan Win. Bright terlalu sibuk berunding dengan para perangkat desa dan panitia inti. Hingga malam tiba ia tak bertemu dengan Win.
"Kau melihat Win?" Bright bertanya pada salah satu panitia.
"Tidak." Hanya jawaban itu yang selalu Bright dapat dari setiap orang yang ia temui.
Bright tak putus asa, ia terus mencari di sekitar balai desa hingga ke aula tempat mereka menginap.
Tak berselang lama, Bright melihat teman-temannya berlarian.
"Hei ada apa?" Tanya Bright pada salah satu panitia.
"Ada yang kesurupan!" Seru Mix menunjuk ke arah barat daya dengan senter yang menyala.
"Siapa?"
"Tidak tau, sudah ayo kesana cepat!" Seru Mix yang langsung berlari tanpa menunggu Bright.
Bright belum juga beranjak, ia masih berdiri di tempat seraya melihat teman-teman panitia berlarian. Bright berharap melihat Win disana, namun hanya panitia yang lain yang ia lihat. Pada akhirnya Bright memilih pergi menyusul para temannya ke lokasi kejadian.
Bright berlari menuju pinggir danau tepatnya area Candi. Malam begitu gelap, angin berhembus kencang, belum lagi tanah yang becek.
Area Candi kini telah ramai akan mahasiswa. Lebih tepatnya mahasiswa yang menjadi panitia. Bright melihat First yang kelimpungan.
"Hei! Ada apa ini?"
"Kesurupan! Ada yang kesurupan! Aku harus mencari pak dukuh!" Seru First panik.
Bright membiarkan First pergi begitu saja. Pemuda itu telah berlari bersama keempat temannya yang lain.
Bright berusaha menembus kerumunan.
"HAHAHAHA...HAHAHAH...AARGHHHHH!!" Suara tawa dan teriakan histeris terdengar.
"Tidak mungkin." Desis Bright.
"Minggir!" Seru Bright.
Sedikit lagi....
"Menjauh! Jangan mendekat!" Teriak Tay.
Bright membeku, melihat apa yang terjadi di hadapannya.
"Tidak. Win...."
.
.
.
-TBC-
800 word
7/12/2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Gudang Keramat [ON GOING]
Fiksi PenggemarSiang itu seseorang terdengar mendesah di dalam gudang kosong di belakang gedung Fakultas Olahraga. Tepat di belakang Lapangan tua di bawah pohon beringin. Win tak bisa menahan hasratnya. Dia dengan tanpa rasa takut, masuk ke dalam gudang kosong it...