BAB 27: Another Rules

16.2K 1.5K 37
                                    

i'm sorry if you found any typos and grammar errors.

happy reading❤️

***
BAB 27: Another Rules

.
.
.
.
.

Raya menatap vas bunga transparan yang terletak di atas meja berbahan besi di depannya. Vas berisi bunga mawar putih itu memantulkan pemandangan langit dari jendela. Sadar bahwa sudah rembang petang, Raya menjulurkan menghadap ke jendela tebal berbentuk oval di sampingnya. Semburat oranye sedikit demi sedikit menyebar dari kaki langit, mewarnai langitnya yang berpendar biru keunguan. Perempuan itu tersenyum tipis, terpukau dengan pemandangan yang baru pertama kali ia lihat. Selama ini, ia hanya melihat fenomena senja dari daratan dan ternyata pemandangan senja di udara lebih indah dari pada yang ia bayangkan. Pemandangan itu cukup untuk membuatnya sejenak melupakan situasinya saat ini.

Bulan madu di Hawaii, berangkat menggunakan jet pribadi, dilayani dengan baik oleh kru kabin, mendapatkan pemandangan alam yang indah karena mereka terbang di waktu yang tepat. Sempurna. Kehidupan kaum borjuis yang dompetnya sulit menipis. Sungguh jauh dari gaya hidupnya.

Sejak tadi Raya pura-pura menyibukkan diri, sementara Raskal sama sekali tidak membuka suara, kecuali saat meminta sesuatu pada pramugari-pramugari yang cantik dan seksi.

Keheningan di dalam kabin tentu membuat pramugari yang melayani mereka berbisik-bisik ketika ada kesempatan. Raya bisa melihat itu semua bahkan sebelum pesawat ini lepas landas. Mungkin mereka merasa aneh, sebab pada umumnya, pengantin baru akan terlihat sangat mesra dan bahagia ketika berangkat honeymoon, sementara pasutri yang satu ini saling cuek dan tidak menunjukan adanya ketertarikan satu sama lain.

"Do you need anything else, sir?" Raya menoleh ke sumber suara, meninggalkan pemandangan yang sejak tadi ia tatap, pramugari bertubuh semampai dengan rambut pirang tersenyum menggoda pada Raskal, perempuan itu menegakkan punggungnya, membuat buah dada yang terbentuk sempurna oleh seragamnya yang ketat itu terlihat lebih menonjol. Raya melirik Raskal, hendak melihat reaksinya.

Pria itu hanya menggeleng dan menyuruh pramugari tersebut pergi.

"Do you own anything else, sir?" tanya Raya dengan nada meledek. Raskal yang sejak tadi sibuk menunduk menatap Ipad-nya langsung menegakkan kepala dan menaikkan salah satu alisnya.

"Private jet, multi-million companies, expensive cars, unlimited credit cards, and ... what else?" tanya Raya.

"Kamu sudah mulai tertarik dengan harta saya?" tanya Raskal, meletakkan Ipad-nya, menggunakan kedua matanya untuk menatap Raya secara penuh.

"Not really. Just asking, on behalf of her," jawab Raya, menunjuk pramugari yang baru saja meninggalkan mereka dengan lirikan matanya.

Raskal menghela napas, lalu tanpa menanggapi Raya lebih lanjut, pria itu kembali mengotak-atik Ipad-nya.

"Kamu ingat sesuatu nggak, Raskal?" tanya Raya tiba-tiba setelah sunyi sesaat.

"Apa?"

"Kamu belum ajukan peraturan untuk kesepakatan kita," jawab Raya. "Saya sudah punya dua, tapi kamu belum buat satu pun," lanjutnya.

"Untung kamu mengingatkan! Saya baru saja hendak mengajukan peraturan pertama saya sekarang," Raskal menurunkan benda pipih berukuran sembilan inci itu di atas meja dan kembali menatap Raya, tubuhnya lebih condong ke arah Raya yang duduk di hadapannya.

"Di antara kita, tidak ada yang boleh melempar sarkas."

Wajah Raya langsung berubah tak bersahabat.

"Are we living in a Royal court or something?"

I am (not) Into It (UNDER REVISION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang