BAB 1: Gossip and Chief

40K 2.5K 69
                                    

enjoy, gorgeous❣️

***

BAB 1: Gossip and Chief

.
.
.
.
.

Ada satu kebiasaan seru yang selalu menjadi alasan berseteru. Sepengamatannya, karyawan di Laksara Publishing—kantor penerbitan profit yang terletak di kawasan bisnis ibukota—sering sekali bergosip pada waktu istirahat. Bahan gosipnya beragam dan bersatu. Seperti campuran asal sayur-mayur yang dimasak di atas tungku. Apapun bisa dijadikan topik diskusi, mulai dari yang segar sampai yang basi, dari yang penting sampai yang tak punya isi.

Contoh nyatanya ada pada sekelompok karyawan yang duduk di sisi-sisi meja persegi panjang, menyantap makan siang. Mereka berhadapan satu sama lain, tiga perempuan dan tiga laki-laki. Salah seorang dari mereka bernama Radit, si gudang informasi. Pemuda itu sangat solid dengan perempuan berambut cokelat bernama Sheira dalam hal bergosip, mereka seperti burung merpati yang terbang kesana-kemari, lalu bertengger untuk menyampaikan isu-isu terkini.

Siang itu, kabar burung yang dilepaskan oleh Radit adalah tentang rumah tangga Pimred Departemen Non-Fiksi yang katanya sedang terguncang. Dengan seru mereka membicarakan hal itu, menyumpahi suami Mbak Asri—Pimred Departemen Non-Fiksi—yang katanya selingkuh di Bali. Raya menyimak semua rumor itu sambil sibuk mengunyah sate maranggi. Sebenarnya, Raya tidak begitu tertarik dengan problema rumah tangga atasannya.

Daripada isu perceraian, ia lebih senang apabila Radit dan Sheira membahas penulis yang memaki-maki editor karena idenya hancur saat proses revisi. Menurutnya, masalah rumah tangga seseorang tidak patut dibicarakan di tempat kerja seolah privasi tidak ada pentingnya lagi di dunia ini. Gosip tentang pekerjaan masih lebih pantas dibahas. Namun, Raya tidak mau mencari masalah, makanya ia sejak tadi hanya mendengar tanpa berkomentar. Di hadapannya, Arvin sepertinya juga tak tertarik dengan gosip tentang Mbak Asri.

Hingga kemudian datanglah seorang pria yang akan langsung menjadi topik panas di meja itu. Saat pintu ganda berbahan kaca terbuka, pria berpenampilan nyentrik menunjukkan diri. Sepatunya pantofelnya menginjak lantai kafetaria yang baru dipel oleh seorang office boy, kemeja satinnya yang berwarna merah jambu begitu mencolok, anting-anting yang tercucuk di hidung dan telinganya berkilau. Dengan percaya diri ia melangkah menuju sebuah coffee shop terkenal, mengantungi kedua tangannya dalam saku celana cutbrai, tak mengindahkan tatapan mata yang mengikutinya sampai ke depan gerai.

Radit yang sejak tadi pandangannya mengekori pria itu langsung kembali menoleh ke lima temannya dan tersenyum semringah.

"Lo semua percaya nggak kalau Pak Janu doyan laki-laki?" tanya Radit, mulai menggosipi pria nyentrik bernama Janu itu.

"Anjir!" umpat Sheira, terlihat sangat antusias dengan gosip itu. "Gue pernah denger katanya dia pacaran sama anak konglomerat."

Kali ini, bukan hanya Sheira, Bila, dan Ibra saja yang tertarik dengan pembahasaan itu, Arvin yang sejak tadi diam dan mengamati Raya pun ikut menajamkan telinga. Sebab, gadis yang ia amati juga sedang berlaku demikian.

"Konglomerat mana?" tanya Bila penasaran.

"Yang punya perusahaan induk!"

"Serius lo? Berarti anaknya Harris Prayoga, dong?"

Sheira menganggukkan kepala kuat-kuat.

Perusahaan pusat yang mereka maksud adalah Prayoga Group, konglomerasi yang menaungi Laksara Publishing. Pemiliknya adalah Harris Prayoga, salah satu konglomerat yang sudah punya nama besar di Indonesia.

I am (not) Into It (UNDER REVISION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang