BAB 20: Pre-Wedding Gone Wrong

17.4K 1.8K 106
                                    

Read well. Enjoy the Story.

***

BAB 20: Pre-Wedding Gone Wrong

.
.
.
.
.

"Kita masih punya waktu kurang lebih satu minggu untuk foto pre-wedding. Mama saya kasih dua pilihan. Dia yang mengurus atau kita urus sendiri. Kalau Mama saya yang urus, kita harus berangkat ke Mesir besok pagi."

"Hah?!"

Raya yang saat itu sedang asik-asiknya membaca bahan riset, membeku di meja kerja saat Raskal membuka pintu kamarnya dan memberitahu hal itu.

"Ke Mesir? Gila ya? Kita mau foto sama muminya Firaun?" tanya Raya sinis.

"Kamu menyebut mamaku gila?" balas Raskal, tersinggung.

"Bukan mamamu yang gila, tapi idenya!"

"Ya, itu sama saja!"

"Please, deh. Saya lagi nggak mood berantem sama kamu."

"Kalau begitu, cepat pilih. Kita yang urus atau Mama saya yang urus."

"Kalau saya enggak milih dua-duanya dan kita nggak usah pre-wed, gimana?" tanya Raya.

"Berarti kita harus berangkat ke Mesir besok pagi."

"Kamu pasti bercanda, 'kan, Raskal?" tanya Raya, menyelidik pria yang berdiri di depan pintu kamarnya itu.

"Iya, sebenarnya Mama pengin kita pre-wed di Eropa," jawab Raskal, menyedekapkan tangannya.

Raya mengembuskan napas panjang, menahan diri untuk tidak melempari Raskal dengan buku-buku tebalnya.

"Cepat, Raya. Saya tidak punya waktu untuk menunggu jawabanmu," tegur Raskal.

"Kita urus sendiri saja! Saya nggak mau ke luar negeri bareng kamu, apalagi harus pura-pura mesra di depan fotografer," balas Raya, bergidik membayangkan itu semua.

Kali ini giliran Raskal yang menghela napas. "Kalau begitu, kamu yang pikirkan konsepnya. Saya mau mandi dulu," katanya, lalu pergi dari hadapan Raya.

Sembari membanting bukunya di atas meja, Raya mengendus kasar. Ia penasaran mengapa Najwa dan Hera bersikeras untuk tetap mengurus pernikahannya dengan Raskal tanpa bantuan siapapun dari pihak keluarga. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana lelahnya mereka dalam mengurus perhelatan yang sejatinya bukan untuk mereka. Sementara Raya, baru memikirkan konsep pre-wedding saja ia sudah lelah.

Kalau saja Raya disuruh mengonsep hal lain, seperti karangan, puisi, atau sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan pernikahan, pastilah gadis itu akan dengan senang hati mengerjakannya. Jika ada bau-bau pernikahan sepeti ini, bukan setengah hati lagi ia mengerjakannya, tetapi secuil hati, tidak ada semangat sama sekali. Jangankan konsep foto untuk pengantin, disuruh menyunting novel romansa aja ia bisa nekat kabur dari tanggung jawab. Duh, haruskah ia kabur saja agar tidak jadi menikah sekalian? Ah, jangan, nanti gagal semua rencananya.

Setelah setengah jam melamun tanpa mendapatkan ide sama sekali, pintu kamarnya kembali terketuk. Kali ini, setelah satu-dua ketukan suara Bi Surti terdengar. Tanpa berpikir panjang, gadis itu bangkit dan membuka pintu kamarnya.

"Ada apa, Bi?" tanya Raya lemah.

"Loh, Non Raya sakit?" tanya Bi Surti.

Raya menjawabnya dengan gelengan kepala, lalu sekali lagi ia bertanya. "Ada apa, Bi?"

I am (not) Into It (UNDER REVISION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang