sorry for any typos and grammar errors.
happy reading.
***
BAB 25: If We Could Swap The Roles
.
.
.
.
.
Resepsi pernikahan Raya dan Raskal dilaksanakan di ruang terbuka, di bawah taburan bintang dan langit yang bebas dari awan, begitu terang dan menyejukkan. Mungkin Hera dan Najwa sudah menyewa pawang hujan? Atau mungkin Tuhan merestui pernikahan mereka sehingga tidak didatangkan hujan besar disertai badai? Tidak ada yang tahu.
Para tamu dari berbagai macam kalangan hadir di pesta itu, mengenakan pakaian terbaik mereka. Ada ibu-ibu borjuis yang langsung sun pipi kanan dan kiri dengan Hera dan Riana, ada pula bapak-bapak klimis yang memeluk singkat Harris dan Galih. Mereka semua mengucapkan selamat atas pernikahan Raya dan Raskal.
Aroma daging panggang dan harum berbagai macam bunga memenuhi lokasi, membuat semua orang betah berada di sana.
Pernikahan dua anak pengusaha itu merupakan salah satu perhelatan termegah yang menjadi perbincangan saat ini, semua orang penasaran mengapa pernikahan putra tunggal Harris Prayoga dilaksanakan begitu tiba-tiba. Saat ia tengah menyendiri dan menyesap tembakau di tepi venue, Raskal bisa menyaksikan apa saja yang terjadi di tengah para tamu undangan. Sambil mencicipi hidangan mewah yang dimasak langsung oleh koki-koki profesional dengan arahan koki terkenal, mereka berkumpul, berbisik, bertanya-tanya mengapa Galih Suryono, pengusaha tambang yang cukup tersohor itu menyembunyikan putri sulungnya. Belum lagi dengan berita absennya dari sesi akad pagi tadi. Gosip jadi lebih menggila karena Galih hadir di resepsi malam ini. Pria itu kini sedang bersama anak gadis bungsunya,
Raskal tertawa miris, jika dari awal ia tahu bahwa ketidakhadiran ayah mertuanya itu akan menjadi bahan pembicaraan seperti ini, ia tidak akan mengklasifikasi tamu undangan berdasarkan kedekatan. Toh, yang dekat pun belum tentu dapat dipercaya. Seharusnya, ia undang saja semua orang ke acara tadi pagi.
"Left your wife already? Huh?"
Mendengar suara perempuan yang begitu familier di telinganya, Raskal menoleh dan tersenyum lebar kala mendapati siapa yang berbicara.
"Shit, stop smiling, everyone would think you cheat on your wife with me," kata perempuan itu, memukul lengan Raskal dengan sangat akrab.
"No way, they knew you're not my type," balas Raskal, menggelengkan kepala sembari mengisap rokoknya.
"Sialan," balas perempuan itu sambil mencebik, kemudian mengangkat rok panjang gaun satinnya yang berwarna hijau zambrud, melangkah lebih dekat ke arah Raskal dengan high heels mewah edisi terbatasnya.
Perempuan itu memeluk Raskal singkat.
"Congratulations! Both for your wedding and your new position in the company," ucapnya, menepuk kencang punggung Raskal hingga membuat si empunya mengaduh kesakitan.
"Jadi perempuan kok nggak ada lembut-lembutnya!" Raskal memprotes. "But, thanks."
"Gimana? Lo udah siap buat RUPS bulan depan?" tanya perempuan itu tiba-tiba.
Mendengar pertanyaan serius itu, Raskal langsung menginjak puntung rokoknya, kemudian berdecak. "Tolong jangan bawa-bawa soal perusahaan dulu, I'm not interested to blow my head off on my wedding day."
KAMU SEDANG MEMBACA
I am (not) Into It (UNDER REVISION)
Romantizm[NEW VERSION] Bisa jadi masih ada banyak kecacatan penulisan dalam cerita ini. Mohon dimaklumi. (MATURE CONTENT! MOHON BIJAK DALAM MEMBACA, PILIHLAH BACAAN SESUAI USIA!) ********************************************************************** "Born A...