enjoy, darling <3
***
Pemuda gemuk itu menyeret kakinya yang dilindungi sepatu mahal. Barusan, ia dibuang tanpa hormat dari sebuah mobil mewah oleh teman-temannya. Mereka tak sudi ditumpangi. Lalu dengan seringai lebar, mereka berseru, jalan kaki adalah olahraga yang cocok untuk mengecilkan perut. Dan pemuda gemuk itu menyetujuinya. Ia marah kepada perutnya yang buntal, juga kesal terhadap tangan dan kakinya yang gempal, ingin sekali menghukum tubuhnya dengan rasa pegal yang tak terkira.
Murung ia berjalan di atas paving block trotoar yang sudah mendingin, terik yang membakar aspal telah bersembunyi di balik awan. Sepanjang perjalanannya yang tak tentu arah, pikirannya mengembara. Ia berpikir akan menyetujui tawaran ayahnya perihal menyewa pelatih pribadi agar tubuhnya bisa kurus lagi. Tentu menyewa seorang pelatih pribadi tidak akan menimpaskan uang sang ayah, bahkan menyewa selusin pun tidak mengapa.
Namun, bukan di situ permasalahannya. Bukan pada keseganannya memakai uang orang tua untuk keinginan pribadi, melainkan pada respons khalayak tentang kondisi tubuh yang ia miliki. Tentang sang ayah yang menganggapnya obesitas, tentang teman-temannya yang menganggapnya tak pantas diterima, dan tentang sang ibu yang terlalu memanjakannya. Sekuat apa pun ia membatasi, ibunya selalu bisa menjebol batas itu dengan alasan yang klasik: menyayangi anak sepenuh hati.
Ia tahu bahwa tak ada seorang pun yang bisa disalahkan selain dirinya sendiri. Namun, salahkah apabila ia ingin memproyeksikan rasa kecewa pada orang-orang yang mengoloknya? Menarik kerah mereka yang menganggap bahwa sempurna adalah sebuah fitrah manusia.
Hanya saja, cuma menarik kerah tidak akan membuat mereka jera, bukan? Pikirnya, bila saja Tuhan menciptakan manusia seragam, seperti bunga mawar di pekarangan rumah yang tengah ia tatap kini, apakah ia akan berakhir seperti ini? Pulang ke rumah berjalan kaki karena diusir oleh teman-temannya yang hobi mendiskriminasi?
Laki-laki itu menelan getir sambil menarik tali ranselnya, mengeratkan jas merah yang menunjukkan identitas sekolahnya, dan berhenti di depan sebuah rumah besar bercat putih yang pekarangannya terlihat sejuk, dipenuhi semak-semak berbunga mawar yang tertanam indah, pagarnya dijalari tanaman anggur liar, begitu menyegarkan mata.
Merangsek ke kiri, pemuda itu menaungkan diri di bawah pohon mangga kasturi.
Seperempat jam, dengan tenang ia menunggu di area perumahan sepi itu. Namun, sepertinya, ketenangan memang jarang berlangsung lama. Begitu sebuah mobil melewatinya dengan cepat, di rumah besar bercat putih itu, seorang anak perempuan muncul dari pintu. Ketakutan, larinya lintang-pukang seolah ada serigala raksasa yang mengejarnya di belakang. Makin dekat anak itu dengan gerbang, wajahnya terlihat makin tidak karuan. Sebuah pulau biru-ungu melingkupi sebelah matanya yang membengkak hebat.
Pemuda itu menontonnya dari seberang jalan. Keningnya menggelombang, benaknya bertanya: Ada apa dengan anak itu?
Tak lama kemudian, seorang pria dewasa ikut menerobos pintu. Sambil menggenggam ikat pinggang berbahan kulit, ia melangkah besar-besar mengejar si anak kecil. Itu dia si serigala raksasa yang mengejarnya.
"Bajingan! Anak nakal!" Teriakan pria itu terdengar hingga seberang jalan. Pria itu meraih tengkuk si anak perempuan, mencekik dan menyeretnya bak seekor rusa buruan.
Sebelum mereka berbalik sempurna, si pemuda beralmamater merah tua sempat menangkap anak perempuan itu mengeja sesuatu.
"T-o-l-o-n-g." Tanpa suara, anak itu menggerakkan mulutnya, menatap melalui pundak kecilnya.
Si pemuda membeku di tempatnya. Tidak pernah menyangka bahwa adegan kecil itu akan membekas di benaknya hingga bertahun-tahun kemudian.
***
.
.
.
.
.
Author note:
saya akan mempublish 10 part secara bersamaan.
jangan lupa komenn yaaa😉 terima kasih sudah membaca cerita ini :)
jumpa lagi di next chapter!
.
.
.Revised version published in December 2022
I Am (Not) Into It by Trila Maulinda©
KAMU SEDANG MEMBACA
I am (not) Into It (UNDER REVISION)
Romance[NEW VERSION] Bisa jadi masih ada banyak kecacatan penulisan dalam cerita ini. Mohon dimaklumi. (MATURE CONTENT! MOHON BIJAK DALAM MEMBACA, PILIHLAH BACAAN SESUAI USIA!) ********************************************************************** "Born A...