BAB 31: Perspective

15.4K 1.5K 186
                                    

⚠️⚠️⚠️WARNING! ADA ADEGAN SELFHARM, JADI SAYA MOHON, JIKA KALIAN PUNYA SESUATU MUNCUL KARENA ADEGAN ITU, LEBIH BAIK SKIP PART INI.

maaf kalau ada typo.

selamat membaca, jika ada kritik dan saran, silakan dm saya❤️

***

BAB 31: Perspective

.
.
.
.
.

"I've tried ...."

Arleen yang baru saja mematikan mesin mobil menoleh ke arah Raskal yang bersandar pada jendela, matanya terpejam. Pria itu memang sudah meracau sepanjang perjalanan pulang, tetapi dari banyaknya racauan yang pria itu lontarkan, satu-satunya yang tidak terdengar konyol hanyalah kalimat barusan.

"But it's too fast, isn't it?"

Arleen menunggu racauan selanjutnya, tetapi setelah lima menit, tidak ada lagi pergerakan dari pria itu. Sudahlah, mungkin itu hanya racauan tak berarti, pikirnya. Gadis itu pun turun dari SUV yang ia kendarai, memutarinya untuk membantu Raskal.

Dengan agak terlonjak akibat ia tidak mengira bahwa Raskal akan seberat ini di pundaknya, Arleen menyeret pria itu masuk ke dalam vila yang sepi. Entah kemana Raya dan Yohan, mereka sama sekali tidak terlihat.

"I'll wait," gumam Raskal dalam papahan Arleen. "I'm sorry."

Arleen tak lagi mendengarkan gumaman Raskal, gadis itu barangkali sudah kelelahan membawa badan yang mungkin tiga kali lipat lebih besar dari tubuhnya, jadi ia hendak menyimpan energinya agar ia bisa membawa pria ini dengan selamat. Napasnya terputus-putus begitu sampai di depan pintu masuk. Lalu, saat dirinya hendak kembali melangkah, tubuh Raskal menjadi makin berat. Menengoklah ia ke samping, ternyata pria itu tengah mencoba untuk berdiri tegap, sepasang mata legam milik pria itu tengah menatapnya dalam.

"Can I kiss you?" tanya Raskal parau.

Arleen menelan saliva yang sebenarnya tidak ada, jantungnya berdetak makin lama makin hebat, seolah kecepatannya diatur dari seberapa dekat Raskal dengannya saat ini. Perutnya bergejolak, seolah banyak burung merpati yang lepas kandang dan mengepak sayap riang. Kulitnya perlahan meleleh tatkala Raskal meraih dagunya dan menjalari pipinya dengan tangan besar dan hangat itu. Gila! Ia bisa gila!

Gerakan Raskal yang amat pelan dan hati-hati membuat pikiran Arleen berteriak, dan seolah ada yang mendorongnya dari dalam, gadis itu memajukan wajahnya terlebih dahulu, mencium Raskal untuk pertama kalinya.

Rasa bersalah memang perlahan muncul dalam dadanya, tetapi tidak bisa membuatnya membuka mata. Terlebih lagi, Raskal sama sekali tidak menolak ataupun mendadak tersadar, pria itu tersenyum dalam ciuman mereka.

Saat ini, hanya insting yang mereka punya, birahi menuntun keduanya menuju sebuah kamar terdekat. Masih berkutat dengan bibir satu sama lain, mereka sama-sama melangkah dan berusaha mendobrak pintu kamar melalui punggung Arleen. Terlanjur hanyut dalam cumbuan sampai debuman pintu pun terabaikan.

Tangan mereka menggerayang kemana-mana, mencoba melepas apa yang mereka kenakan sebab suhu panas yang begitu nikmat tak lagi tertahankan. Mereka sibuk terlena oleh rayuan setan, tak sadar bahwa di sela-sela pintu ada seseorang yang menyaksikan, dengan sekujur tubuh yang kaku, dada yang sesak, serta rasa mual hebat. Mereka tak tahu bahwa mereka sedang memperparah keadaan seseorang. Mereka juga tak punya ide bahwa apa yang mereka lakukan melempar orang itu ke jurang yang gelap dan menyeramkan.

I am (not) Into It (UNDER REVISION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang