BAB 30: You Grab The Wrong Side

24K 1.5K 149
                                    

***

BAB 30: You Grab The Wrong Side

.
.
.
.
.

Lengkungan lebar di wajah gadis itu biasanya menular, wajahnya yang enak dipandang kali ini terlihat sangat menjengkelkan. Entah bagi siapa, yang pasti bagi salah satu dari sepasang suami istri itu.

Gadis itu melangkah ke arah Raya dan Raskal yang berdiri di masing-masing sisi mobil, melompat-lompat riang. Kehadiran gadis itu tentu mengejutkan keduanya, namun dalam taraf yang berbeda. Raya terkejut karena ia sama sekali tak menyangka bahwa percakapannya dengan Raskal barusan akan benar-benar membuat orang yang mereka bicarakan datang dan berdiri di hadapannya seperti saat ini. Sementara Raskal terkejut, lantaran pesan yang dikirimkan Arleen padanya beberapa jam yang lalu, rupanya bukan sebuah gurauan belaka.

Gadis itu memang sempat mengirimkan Raskal pesan singkat, memberitahu bahwa ia penat dan butuh liburan, gadis itu juga mengatakan bahwa akan lebih seru jika ia pergi bersama Raskal dan Raya ke Hawaii, lalu melampirkan pesan singkat itu dengan sebuah gambar tangan terbalut perban dengan latar belakang jendela pesawat. Raskal kira, gadis itu pergi ke tempat lain yang jauh dari lokasi bulan madunya. Namun, ternyata ia salah sangka.

"Hai, Mbak. Hai, Mas."

Arleen memeluk Raya singkat, kemudian tersenyum manis pada Raskal. "Aku join, ya? Malas nih cari penginapan."

Raya tidak bisa berkata-kata, otaknya seolah dikosongkan dengan paksa. Sementara Raskal melirik Yohan yang menatapnya sambil menggelengkan kepala.

"Baru sampai?" tanya Raya yang berhasil memanggil kembali kesadarannya.

Arleen mengelus lengannya sendiri saat Raya tak bereaksi seperti yang seharusnya. Kakaknya itu tidak menarik rambutnya, mengusirnya pergi dari sini, atau pun melempar kalimat menusuk, perempuan itu sangat tenang, bahkan menyambutnya dengan ramah.

Apakah ini pertanda baik untuknya? Sebab, kakaknya itu terlihat sedang tidak akur dengan Raskal. Walaupun di matanya, mereka memang selalu tidak akur.

"Iya, Mbak," jawab Arleen.

"Jet lag, nggak?" tanya Raya, merangkul lengan Arleen dan membawa gadis itu menjauh dari halaman vila. "Kita jangan lama-lama di luar, dingin."

Raskal masih berdiri di tempatnya begitu Raya dan Arleen bersama-sama masuk ke dalam bangunan vila. Astaga, apa yang baru saja ia lihat?

"Mas, saya sudah mencegahnya, tap-"

"Tidak apa-apa, yang penting jangan sampai Mama tahu hal ini, biar dia jadi urusan saya," kata Raskal, kemudian ia meninggalkan Yohan, menyusul Raya dan Arleen.

Yohan menahan umpatan agar tidak keluar dari bibirnya sebelum Raskal benar-benar masuk ke dalam.

"Sial!" umpatnya kesal.

Benar-benar di luar dugaan, pikirnya.

***

Jujur, sebagai laki-laki yang tak punya banyak pengalaman mengenai perempuan, apalagi pernikahan dan cinta segitiga, Raskal tertumbuk akal. Ia sama sekali tidak punya ide harus berbuat apa dan bertanya pada siapa, membicarakan ini pada Yohan pun tidak ada gunanya, sebab asisten pribadinya itu lebih parah darinya. Belum lagi urusan terakhirnya dengan perempuan tidak berjalan dengan baik, bahkan bisa dibilang gagal. Ia bukanlah seorang buaya darat yang suka bermain dengan banyak wanita, sebab apa yang diajarkan oleh ayahnya tertanam dengan kuat di dalam kepalanya. Setia adalah tantangan, jika menang, kamu menang selamanya. Namun, untuk situasi seperti ini, ajaran itu sama sekali tidak membantunya, justru malah menekannya!

I am (not) Into It (UNDER REVISION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang