Fajar itu indah, pelangi itu menawan, dan senja itu menenangkan. Sementara? Memang! Tak ada yang selamanya di dunia ini, namun akan selalu ada alasan dari setiap hilang yang terjadi. Fajar itu bagaikan cahaya penyelamat dari gelapnya malam, pelangi bagaikan bahagia yang datang setelah hujan badai, dan senja menjadi waktu paling pas untuk bersantai setelah lelahnya beraktivitas.
Tuhan menciptakan segalanya dengan begitu sempurna. Semesta dengan isinya, bulan dengan bintang, awan bersama langitnya, dan angkasa dengan segala keindahannya. Lantas bagaimana dengan diriku? Bisakah disebut sempurna saat diri ini menginginkan dirimu? Menginginkan seseorang yang bahkan dihatinya tak ada namaku?
Kadang diri ini berfikir, apakah pantas rasa ini selalu bersemayam saat ku tahu hatimu hanya tertuju untuknya. Ingin rasanya ku merebut, namun sadar bahwa semuanya adalah takdir. Takdir yang diberikan tuhan dengan persetujuanku.
Ikhlas adalah pilihan terakhir dalam fase mencintai sepihak ini. Berdoa pada tuhan agar memberikanku pelangi setelah sesuatu yang aku anggap badai ini berlalu. Layaknya pelangi yang ditunggu sehabis hujan.
Hingga rasa ikhlas ini membuahkan hasil, tepat saat tuhan menghadirkan dia sebagai pelangiku. Menghadirkan dia sebagai fajarku, dan menjadikannya sebagai senja untukku beristirahat atas segala luka yang telah kudapat. Bagiku dialah sempurna itu, sempurna bahkan dengan segala kekurangan yang dimilikinya.
Bagiku tak ada keluhan lagi setelah bertemu dengannya. Dialah bentuk terbaik dari cinta itu setelah ayahku.
~Andrea Zarani Atmaja.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
