3. Andrea Dan kebencian.
" Yang sedekat nadi bisa lebih jauh daripada dua orang asing. "
Gadis itu masih betah mengurung diri dikamarnya. Ia duduk di balkon, menikmati indahnya malam kota Jakarta. Matanya melihat penampakan kota, namun fikirannya entah kemana. Andrea benar benar masih kesal pada Marina. Itu juga alasan, mengapa Andrea tak turun untuk makan malam.
" Kemana aja kamu baru pulang jam segini, mobil kamu juga kemana, terus belanjaannya kok agak basah,ngapain aja kamu?!. " Marina benar benar tak membiarkan Andrea berbicara.
Andrea bukanlah gadis penyabar, dia juga bukan anak perempuan yang sopan. " Ga liat hujan di luar? Mobil masuk bengkel jadi Rea harus nunggu taxi. " Namun sebisa mungkin, Andrea mencoba tuk bersabar. Bagaimanapun Marina itu ibu kandungnya.
" Ya ampun!! Lama lama saya muak sama tingkah kamu, itu mobil baru keluar dari bengkel sekarang udah masuk lagi?! Kamu tu ya emang nggak pernah becus!. Dan sekarang kamu menjadikan Hujan sebagai alasan!. " Andrea muak, dengan amarah gadis itu membanting belanjaannya ke lantai.
" Mar! Mobil gue masuk bengkel gara gara di sabotase sama Bintang, dan gue udah bela belain ke supermarket cuman buat beli titipan lo! Bisa enggak sih lo hargain gue dikit aja. " Andrea memang bisa sekurang ajar itu pada sang ibu ketika emosinya memuncak.
" Halaah! Alesan aja kamu, temen temen kamu enggak akan lakuin apapun ke kamu kalo kamu enggak kayak preman. Huh! Sekarang sekalian aja buang tuh belanjaan!. " Marina setega itu, tanpa menghargai usaha Andrea.
Kesal, Andrea pun pergi meninggalkan Marina. Gadis itu pergi dengan raut wajah menyeramkannya.
" Kurang ajar ya kamu sama saya! MAU JADI ANAK DURHAKA KAMU HUH?!!. "
Andrea memandang Marina remeh. Gadis itu menyeringai. " Gue bukan anak lo!. "
Andrea mengusap wajahnya kasar. Gadis itu menghirup dalam dalam udara malam ini. Kapan semua ini akan berakhir? Kapan akan ada kedamaian di rumah ini. Andrea rindu saat saat dimana ayahnya masih ada.
Nada dering ponsel-nya membuat Andrea keluar dari fikirannya. " Halo apaan sih telfon telfon segala?!. "
" Abang boleh masuk?. "
" Ck! Kayak siapa aja, kalo mau masuk ya masuk aja gitu kok ribet sih!. "
" Gimana abang mau masuk kalo pintunya aja kamu konci. "Andrea menggaruk pelilisnya, yang tak gatal sama sekali.
" Yaudah si gausah ngegas, bentar!. "
Rafa menatap ponselnya ngeri. Dia yang ketus, tapi malah dirinya yang dikatai. " Sabar Raf, dia adek lo!. " Cowok itu mengelus dadanya, sabar.
" Kamu abis berantem sama Mama?. " Tanya Rafa ketika sudah berada di dalam kamar Andrea.
" Gue berantem sama Marina, ga ada tuh yang namanya Mama. " Rafa paham akan posisi sang adik. Cowok atletis itu hanya tersenyum tipis saat Andrea menyebut nama Marina.
" Kamu gakpapa kan?. " Andrea terkekeh.
" Ya jelas lah, ya kali gue kenapa napa. "
![](https://img.wattpad.com/cover/295176440-288-k972887.jpg)