2

124 125 118
                                        

2. Kehidupan sehari-hari.

" Ada yang pahit, tapi bukan kopi "

Setelah selesai makan malam, gadis itu memilih langsung ke kamarnya. Bukan tanpa alasan ia hanya ingin melanjutkan acara belajarnya.  Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sangat disenangi Andrea, karena dengan matematika ia bisa mengalihkan fokus dan perhatiannya hanya pada tugas tugasnya itu.

Sebuah ketukan di pintu membuat Andrea mengalihkan perhatiannya. Dilihatnya sang kakak yang tengah berdiri di pintu kamarnya.

" Abang boleh masuk? " tanya Rafa yang di balas anggukan oleh Andrea.

" Gimana sekolahnya? " ujar Rafa sembari duduk di kasur.

" Biasa aja. "

" Rencananya mau kuliah di mana entar? Kan bentar lagi kamu lulus "

" Belum kefikiran. " Rafa pun membulatkan bibirnya.

" Oh ya dek, gimana sama Zein?. " Cowok dengan hidung mancung itu benar benar kepo, fikir Andrea.

" Ck!  Apaan sih bang. " Andrea menatap kakaknya itu malas. Selalu saja Zein yang dibahas, ya memang Andrea suka. Namun sekarang semuanya sudah berbeda, karena Zein itu milik Sindi. Hanya Sindi.

" Kamu masih suka kan sama dia? " ujar Rafa.

" Bukan urusan Abang!. "

" Yeeeu Galak banget sih neng!. " Rafa yang melihat ponsel genggam milik Andrea yang berada di atas meja belajar pun langsung mengambilnya, membuat sang pemilik mendengus kesal.

" Abang balikin Hpnya Rea!. " Oke! Sepertinya kini gadis itu benar benar kesal. Andrea berusaha mengambil ponselnya, namun postur tubuh Rafa yang lebih tinggi membuat Andrea susah untuk mengambil ponsel itu.

" Cieee Ini kontaknya Zein kok ada emot love nya!, " goda Rafa ketika melihat nama kontak Zein di ponsel adiknya.

" Iiiiih jangan buka Hp Andrea bang!!. " Dengan kasar dia menarik tangan Rafa kemudian mengambil ponsel itu. Nafasnya memburu, menandakan seberapa kesal dirinya saat ini. Rafa yang diperlakukan seperti itu hanya mengerjapkan matanya beberapa kali.

" Ga sopan tau gak?!. " Andrea meletakkan ponselnya di meja dengan kasar.

" Dek- "

" Maaf " ujar Andrea lirih. Bahkan gadis itu menunduk.

Menghela nafasnya pelan, Rafa ikut duduk di samping Andrea. Perlahan cowok itu mengelus surai lembut sang adik. " Kenapa? Hmm, ada masalah sama Zein?. " Lagi lagi nama Zein yang Rafa sebut.

" Bang?. " Andrea menggenggam tangan sang kakak, membuat pergerakan di kepalanya terhenti.

" Hmm?. "

" Bisa gak sih, stop sebut sebut Zein?. "

" Kenapa gitu? Kamu ada masalah sama dia? Atau Zein nyakitin kamu? Wah parah tu anak, bisa bisanya nyakitin hati adik jelitanya bang Rafa yang ganteng ini. Liat aja abang samperin ke rumahnya sekarang juga!. " Rafa bertingkah seperti emak emak yang akan melabrak pelakor. Gayanya persis emak emak.

Andrea Dan Buminya ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang