Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Andrea mengumpat saat Bintang memutuskan sambungan telfon begitu saja. Cowok itu seakan tak pernah di ajarkan sopan santun. Andrea heran, mengapa manusia seperti itu bisa menjadi seorang ketua osis.
" Dasar manusia mines akhlak. " Andrea memandang layar ponselnya yang sudah mati.
Cewek itu terduduk di kasurnya. Hri ini hari minggu, membuat sekolah di liburkan. Andrea sudah merencanakan hari liburnya untuk istirahat di rumah, tetapi Bintang malah mengacaukannya. Cowok itu memaksanya untuk balapan bersamanya.
" Pokoknya lo harus mau! Kalo engga, sahabat lo si Sindi ini bakalan abis di tangan gue! "
Andai saja bukan Sindi orangnya, Andrea pasti tak akan peduli. Walaupun, hubungannya dengan Sindi sedang bermasalah. Namun, tetap saja cewek itu yang selalu menemaninya dulu. Saat Andrea terpuruk.
Menghela nafas, Andrea menyambar jaket kulitnya. Cewek itu juga mengantongi kunci motornya, sebelum akhirnya meninggalkan kamar. Ah! Selamat tinggal libur yang menyenangkan. Ingatkan Andrea untuk istirahat saat pulang nanti.
" Re! Mau kemana? " Baru saja turun, Andrea langsung di sapa kakak perempuannya. Yurika.
" Ada urusan, " jawab Andrea singkat. Cewek itu melirik pada Rafa, abangnya. Terlihat sedang fokus dengan makanannya. Namun, Andrea yakin bahwa laki laki itu melihatnya.
" Makan dulu yuk, kakak ga liat kamu makan dari pagi. " Yurika membujuk Andrea untuk makan bersama mereka.
" Andrea bisa makan di luar, kayaknya ga ada yang mau liat aku gabung. " Andrea melirik kakeknya, sekilas. Lelaki tua itu menghentikan pergerakannya. Beralih, memandang Andrea dengan sinis.
" Baguslah kalau kamu sadar diri. "
" Ma ... udah dong, " ucap Yurika pada Marina, yang terlihat tak suka akan kehadiran Andrea.
Andrea tak peduli apa kata mereka, toh dirinya juga tidak lapar. Makan bukanlah hal yang terlalu penting bagi Andrea. Perlahan, cewek itu berjalan mendekati meja makan. Tentu bukan untuk bergabung, melainkan menghampiri sang abang.
" Bang, " panggil nya.
" Iya sayang? " Andrea terkekeh mendengar panggilan dari Rafa. Cewek itu lantas memukul bahu abangnya.
" Mau mamam bareng abang? " tanya cowok itu yang di balas gelengan kepala dari Andrea.
" Mau peluk! " Rafa terdiam sesaat, lalu geleng geleng kepala tak habis fikir. Namun, tetap saja cowok itu berdiri lalu memeluk Andrea dengan erat.
" Rea sayang banget sama abang, " bisik Andrea di telinga sang kakak.
" Lebay ah. "
" Bilang sayang Rea juga dong! "
" Iya iya bawel, abang sayang Andrea jugaa! " Terakhir, cowok itu mencium kening Andrea.
Sebelum pergi, Andrea menyempatkan diri untuk berbisik pada Rafa. " Doain Rea biar menang tawuran yah. " Rafa melotot di tempatnya.