Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" Kita lihat, seberapa besar cinta itu. "
Andrea benar benar akan mengutuk Skai. Cowok itu benar benar menyebalkan. Tidak bisakah sehari saja, Skai tak menghantui fikirannya. Andrea kesal, mengapa wajah tampan itu selalu masuk dalam fikirannya. Dan karena hal itu, Andrea sampai terlambat. Berakhir dengan dirinya yang kini berdiri di tengah tengah lapangan. Miris sekali.
" Selamat pagi cantik. " Andrea mengenali suara itu, siapa lagi kalau bukan Skai Rakabumi Dirgantara. Cowok menyebalkan yang berhasil masuk ke dalam kehidupan Andrea.
Andrea diam, tak membalas ataupun menengok ke arah cowok itu. Tangannya fokus melaksanakan tugas, hormat bendera. " Cantik cantik kok budeg, ga campur bisu kan?. "
'Dasar menyebalkan'
Tak berhenti di situ saja. Skai mengkode teman temannya yang lain untuk ikut berdiri di lapangan. Tentu saja anggota pegasus, mana mau murid lain mengikuti perintah Skai. Apalagi cowok itu berstatus siswa baru. Siswa baru yang kejam, maksudnya.
" Buruan baris yang rapi, " titahnya.
Andrea hanya menghela nafasnya. Di belakangnya ada beberapa anggota pegasus yang memang bersekolah di SMA ANAK BANGSA. Tak lupa pula ketujuh anggota inti juga berdiri disana.
" Bisa diem ga sih?!. " Andrea sedikit kesal dengan Skai. Cowok itu terus saja berbicara. Membuat telinganya panas saja.
" Engga bisaaaaa. " Andrea mendelik kemudian berbalik. Menatap satu persatu cowok yang ikut berbaris dengannya.
" Lo semua masuk ke kelas se.ka.rang!, " perintahnya dengan penekanan. Namun, bukannya menuruti Andrea. Dua puluh orang di belakangnya justru beralih memandang sang ketua, Skai.
" Yaah bu ketuanya nyuruh pergi nih, gimana bos?, " tanya salah satu anggota inti pegasus. Muhammad Ajem Perkasa. Satu satunya inti pegasus yang paling sering tertawa.
" Udah ngikut aja deeh, lagian disini juga panas banget. " Itu suara Ramon Aditya Wijaya, kelakuannya sebelas dua belas dengan Ajem.
" Cabut!. " Semuanya langsung meninggalkan lapangan, begitu mendengar titah sang ketua. Dalam hati mereka bersyukur, tidak harus berpanas panas ria dilapangan.
" Kok lo masih disini sih?!. " Andrea menatap tajam.
" Lo kalo marah lucu deh, kaya ibu ... " Andrea menaikkan sebelah alisnya. Ibu? Apa maksud Skai itu bunda Serli?. 'Tapi kan bunda ga suka marah marah' fikirnya.