22 (End)

30 10 0
                                    

22. Selamat jalan

" Pada akhirnya akan ada bab perpisahan dalam setiap pertemuan "

*

Skai membawa motornya dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lainnya. Terkadang memaki para petugas yang menegurnya karena kurang sopan. Skai si keras kepala, tentu tak peduli. Selama belum mendapatkan golongan darah yang sama. Skai tidak akan berhenti.

" Sialan! " Skai terduduk di trotoar setelah melempar helmnya.

" Sok sok an nyuruh gue sabar, lo belum tau rasnya jadi gue, bangsat! "

" Arggghh!! " Skai terus menggerutu, tak jelas.

Hingga helaan nafas kasarnya mulai terdengar. Begitupun dengan mata yang mulai berkaca kaca. Skai menampar dirinya sendiri, yang tak bisa mengendalikan emosi.

" Maafin gue, " lirihnya.

" Harusnya gue dateng lebih cepat, arrgggh Rafa sialan!! " teriaknya, kencang. Beruntung di sekitarnya sedang sepi.

Brak!!

Skai menendang pintu dengan sekali tendangan. Nafas pemuda itu masih terdengar jelas, pertanda bahwa dirinya sudah di puncak amarah.

Skai masuk di ikuti yang lainnya.

" Rafa setan! Keluar lo! Jangan macem macem sama cewek gue! " teriaknya. Namun, tak ada yang menyahut. Tempat itu sangat sunyi, seperti tidak ada orang lain lagi.

" Tempatnya udah sepi, atau Rafa pindah tempat lagi? " Rifqi bertanya.

" Gak deh kayanya, Lo pada ga liat di luar ada motornya Ajem? " jawab Bian sekaligus bertanya.

" Iya gue juga liat, tapi sekarang kenapa tempat ini sepi banget? udah kayak ga ada manusia selain kita, " sahut Saga.

" Atau jangan jangan- "

" Lo semua bisa pada diem gak sih?! Bacot tau gak! " Ramon langsung diam, saat Skai membentak.

" Yang sekarang perlu Lo pada pake tuh kaki sama mata! Lo jalan, cari cewek gue dimana dan pake tuh mata buat liat cewek gue! Paham?! " Semua mengangguk, paham.

Pada akhirnya mereka semua berpencar. Mencari Andrea sekaligus Ajem, dengan hati hati. Sedikit ngeri kalau harus bertemu dengan Rafa, atau mungkin anak buahnya.

Sekitar tiga puluh menit berlalu, dua anak manusia itu tak kunjung di temukan. Semua menunduk takut, saat Skai menatap tajam temannya satu persatu.

" Maaf Raka, tapi sampe detik ini gaada tanda tanda Andrea ataupun Ajem. " Bima menunduk, lemas.

" Kalian udah cek semuanya? Gaada yang terlewat, " tanya Skai yang langsung mendapat anggukan dari semuanya, keciali Ghani. Pemuda itu melotot, begitu mengingat sesuatu.

" Kita ngelewatin sesuatu! "

" Gak mungkin Ghan, kita udah cari ke semua sudut sampai lantai atas tapi tetep aja. " Ramon berfikir, mungkin saja Rafa membawa Andrea ke tempat lain lagi. Karena seingatnya, mereka sudah mencari ke segala penjuru ruangan.

Andrea Dan Buminya ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang