---
Raka mengangkat telunjuknya dan menekan pipi Bianca membuat gadis itu menoleh kaget. Tadi setelah selesai makan malam, Raka menawarkan diri untuk mengantarkannya pulang. Beruntung Deffa dan yang lain mendukung niatnya dan memaksa gadis itu ikut dengannya di mobil.
"Ngapain?"
"Gue penasaran. Katanya tubuh manusia itu ada listriknya, tapi kenapa kalo kita bersentuhan enggak nyentrum?"
Bianca terkekeh. "Ada kok yang nyentrum,"
"Ini---beneran?"
Hmm, Raka lo kemana aja selama ini. Rasa ingin tahu lo ternyata sangat rendah dan jauh jauh dibawah Levy.
"Banyak penyebab sih tapi salah satunya kulit kering. Itu gara-gara kalo kulit kering lebih mudah lepasin elektron yang jadinya muatan positif lebih banyak, terus waktu lo nyentuh orang orang yang muatan negatifnya lebih jadinya nyentrum deh,"
"Lo gak lagi boongin gue kan?"
Bianca langsung tertawa. "Udara dingin juga. Soalnya bikin atom ditubuh kita kehilangan keseimbangan jumlah proton sama elektron."
"Tapi waktu gue meluk lo di Cikole, kita enggak nyentrum,"
Bianca langsung menepuk dahinya gemas. "Ya gak selalu nyentrum juga, kalo terus-terusan mah manusia bisa jadi panel listrik. Reaksi gitu jarang terjadi tapi itu hal yang lazim kok,"
Raka mengangguk-angguk mengerti.
"Tapi kalo ada spesies dinosaurus lebih ganas dari T-Rex lo tau gak?"
Bianca memang aneh. Unik. Dan se-random itu.
"Dino tuh cuman makhluk khayalan, Bi."
"Ada fosilnya kok. Gue masih percaya mereka penghuni pertama planet ini,"
Raka tergelak. "Yang punah karena tabrakan meteor sama bumi?"
"Kejadian supernova! Tuh lo juga tau,"
"Jadi siapa yang lebih ganas dari T-Rex si raja dinosaurus?"
Bianca memutar tubuhnya semangat untuk menghadap Raka yang tengah menyetir. Gadis itu menatapnya dengan berbinar lalu mulai berceloteh panjang.
"Namanya Llukalkan aliocranianus artinya penyebab ketakutan. Gue baca di Science Alert katanya hidup di Late Cretaceous atau Zaman Kapur Akhir. Kebayang gak enam puluh enam juta yang lalu, kita bahkan belum direncanain untuk diciptakan,"
Raka menoleh dan mengangguk mendengarkan. Jika berhadapan dengan Levy, Raka yakin gadis ini akan lebih banyak memberikan jawaban dari pada dirinya.
"Dulu kan masih super benua yang belum kepisah kayak sekarang, masih nyatu, nah disana deh mereka dulu hidupnya. Gitu ya sejak jaman purba pun hidup ini tentang memakan dan dimakan, siapa yang lebih kuat dia yang menang,"
Raka mengangguk setuju. "Rantai makanan, kan?"
Bianca ikut mengangguk. "Tapi di jaman itu Thor udah ada belum ya?"
"Thor ada dalam mitologi skandinavia sih, jadi kayaknya menilik si kakeknya t-rex ini hidup 66 juta tahun yang lalu, gue rasa Thor belum lahir juga. Odin juga belum kayaknya,"
Bianca tertawa. Tidak juga percaya bahwa pertanyaaannya dijawab oleh Raka.
"Bi, nginep ditempat gue,"
"Ha?"
Raka mengusap rambutnya. Dalam hati ia mengumpat atas kebodohannya barusan. Bianca pasti sedang menatapnya aneh sekarang.
"Lo sehat?"
Pertanyaan Bianca justru membuatnya semakin meringis. Tapi ia juga tidak bisa menarik ucapannya lagi.
"Gue lagi gak pengen sendirian,"
Bianca lalu mengangguk pelan. "Gue cariin cewek di Tinder, mau?"
Giliran Raka yang melongo. Maksudnya tidak ingin sendirian juga bukan mengarah kesana sih, kenapa Bianca bisa mengatakan hal itu dengan amat santai?
"Well, kalo gue maunya lo gimana?"
Bianca tertawa pelan. "Lo samain gue sama cewek-cewek Tinder lo?"
Raka langsung menggeleng pelan. "Bukan gitu--"
"Kejadian di Bandung emang cukup absurd. Gue demam terus lo bantu jagain, tapi yang terjadi di luar kendali kita. Lo gak pengen itu terjadi begitu juga dengan gue. Jangan bikin ciuman itu jadi bikin canggung, okay?"
Raka tidak terima tentu saja. Bagaimana mungkin Bianca bisa biasa-biasa saja setelah ciuman mereka pagi itu disaat dirinya sampai curhat pada Sagara dan dipermalukan cowok itu.
"Thank you udah nganterin gue. Abis ini lo langsung balik terus mandi air dingin biar kepala lo ikut dingin. Besok lo akan menyesali permintaan lo tadi,"
Bianca dengan cepat turun dari mobil Raka dan segera melesat pergi. Melihat bagaimana Bianca dengan cepat melarikan diri membuat Raka terkekeh pelan.
Setelah Bianca hilang dari pandangannya, Raka lalu kembali menjalankan mobilnya menuju rumah. Sebuah rencana sudah tersusun matang dalam kepalanya.
---
Besoknya Raka kembali melanjutkan aksinya mengekor kemanapun Bianca melangkah di luar jam kerja.
Ketika istirahat, cowok itu sudah nangkring didepan ruangan Deffa sembari mengobrol dengan cowok itu. Niatnya sih hanya membuat Bianca tidak nyaman dengan tingkahnya hingga cewek itu menyerah.
Ketika pulang kantor, Raka yang berniat mengekori gadis itu jadi urung ketika Bianca sedang duduk di trotoar yang tidak jauh dari Sanjaya Tower.
Seperti yang pernah dilihat Raka sebelumnya, gadis itu duduk dengan beberapa anak jalanan yang membawa alat musik seadanya. Dari totebag yang dibawa Bianca muncul berbagai macam roti dan susu yang diterima oleh anak-anak itu dengan senyuman lebar.
Raka memutuskan untuk tidak mendekat. Ia hanya mengambil beberapa foto untuk ia simpan dan merekam senyum tawa gadis itu dalam ingatannya. Senyum yang membuat dada Raka menghangat dan berdebar pelan.
Apa yang dilakukan Bianca sekarang mungkin banyak dilakukan oleh orang lain diluar sana, tapi baru kali ini Raka memperhatikan interaksi itu dengan seksama. Selama ini jalanan tidak pernah menarik dimatanya, jalanan yang sesak, teriakan dan jeritan panjang akibat kemacetan biasanya hanya membuat Raka mengutuk jalanan.
Tapi pemandangan Bianca bersama anak-anak yang tampak bahagia itu membuatnya menyadari bahwa ada kehidupan lain di kerasnya jalanan Jakarta. Bahwa masih ada tawa diantara riuhnya kemacetan.
"Siapa lo sebenarnya, Bianca?"
---
Lucu banget gak sih Raka tuh?
Wkwk
Hallo, selamat pagi kamu.
Sebelum memulai hari yang mungkin akan sulit nanti, aku mau kamu diem dan berpikir sebentar.Kemarin juga hari yang sulit, tapi aki tahu kalo kamu berhasil lewatinnya. Jadi hari ini juga pasti akan bisa kamu lewati dengan jauh lebih keren.
Seperti semalam aku baru sampai kasur itu pukul setengah 2, dan sekarang udah duduk lagi di meja dan siap mengerjakan banyak hal lagi. Akan berat, akan lebih nyebelin dari hari kemarin. Tapi aku tahu bahwa nanti ketika pulang dan berbaring di kasur, aku tahu energiku akan di-charge lagi.
Jadi kita sama-sama semangat ya, jika motivasi itu enggak datang dari dalam diri kita sendiri. Ada beberapa orang yang hidupnya nanti mungkin bergantung sama apa yang kita lakuin hari ini.
Okay?
Love
--aku
KAMU SEDANG MEMBACA
Musim Yang Baik [FIN]
ChickLitJIka menjadi baik tidak cukup membuat hidupnya tenang JIka berkelana bertahun-tahun justru membuatnya semakin kosong Bagian mana yang masih kurang dari usahanya memaafkan? Semua orang berkata bahwa waktu sepuluh tahun sudak lebih dari cukup Tapi men...