---
Karena rapat yang berlangsung lama dan cukup alot, Raka baru kembali ke lantai lima sudah hampir pukul enam sore. Kantornya masih sangat ramai dan lengkap karena memang kebiasaan mereka yang memilih pulang sehabis maghrib.
"Parah banget ya mas?"
Raka mengangguk kecil menjawab pertanyaan Bayu. Ia membuka dasi dan satu kancing paling atas kemejanya dan mengambil tempat di sebuah sofa yang memang ada di depan ruangannya.
Steffi yang melihat bosnya begitu lelah mengulurkan sebotol minuman.
"Nih minum dulu!"
"Thank you, Mbak."
Walaupun secara jabatan ia lebih tinggi, Raka merasa masih butuh memanggil bawahannya yang lebih tua dengan panggilan Mbak atau Mas. Satu hal yang ia pelajari dari Wira karena dengan begitu mereka akan tetap merasa dihargai.
"Mau gak mau kerugiannya harus tetap kita tanggung. Meskipun memang mereka yang meminta, tapi kredibilitas Sanjaya jadi tercoreng juga. Pak Wira minta mereka yang terlibat langsung di pecat, gue kaget juga tadi waktu dia minta gitu."
Beberapa orang yang sempat menjadi tim Wira saling berpandangan sebelum meringis. Raka yang menangkap itu langsung mengangkat alis.
"Lo inget cerita anak Engineering waktu main basket maren gak, Mas?"
Raka terdiam sesaat sebelum membuka mulut pertanda bahwa ia ingat. Dan belum sempat menanyakan hal itu pada Wira dan Clara.
"Clara resign gara-gara di fitnah sama beberapa orang. Terus Mas Wira waktu itu langsung usut sampe tuntas masalahnya, sampe pelakunya di pecat dan ada yang di penjara juga beberapa bulan. Tanya Yola deh lengkapnya dia pasti inget banget,"
Yola yang ditunjuk Aji langsung merengut kesal. Pasalnya memang dia jadi kaki tangan Wira saat itu.
"Mas Wira tuh orang paling baik tapi juga paling profesional. Bukan cuman karena masalah Mbak Clara sih, tapi karena memang mereka juga ketahuan curang kan. Bikin rugi Sanjaya berapa banyak itu,"
Lalu semua cerita mengalir dari Yola, Aji dan Pandu ditambah oleh Steffi membuat Raka paham bahwa memang yang dilakukan Wira kali ini tidak ada apa-apanya dibandingkan kejadian-kejadian sebelumnya. Jika sudah merugikan dan mencoreng nama baik Sanjaya, laki-laki itu tidak segan menyingkirkan siapapun.
"Apalagi kalo kejadian melanggar SOP, udah membahayakan nyawa seseorang sih itu. Gue rasa Pak Dani juga setuju sama Pak Wira,"
Raka lalu mengangguk paham. Perlahan membuatnya sadar bahwa Sanjaya bukanlah tempat yang bisa ia jadikan taman bermain. Banyak sekali orang yang menggantungkan harapan dan hidup pada perusahaan ini.
Semua kejadian hari ini membuatnya tiba-tiba memikirkan Tarenda Sanjaya. Laki-laki yang ia pikir sangat egois karena selalu menempatkan Sanjaya EPC diatas segalanya.
---
Permintaan pertama.
Lo harus temenin gue makan malam hari ini.Raka tersenyum menatap seseorang sedang berjalan menuju mobilnya. Dari jauh ia tahu sekali bahwa wajah yang tertekuk itu kini sedang kesal padanya.
Tadi ketika Bayu berpamitan mau pulang, Raka dengan sengaja meminta kontak Bianca pada cowok itu dengan mengatakan bahwa ia ingin menagih utang kalah taruhan cewek itu beberapa hari yang lalu.
Permintaan pertamanya sehari setelah permainan badminton itu gagal dilakukan karena pekerjaan yang membuat keduanya sibuk dan tidak punya waktu yang cocok untuk bertemu. Walaupun sebenarnya Raka-lah yang tidak punya waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musim Yang Baik [FIN]
Chick-LitJIka menjadi baik tidak cukup membuat hidupnya tenang JIka berkelana bertahun-tahun justru membuatnya semakin kosong Bagian mana yang masih kurang dari usahanya memaafkan? Semua orang berkata bahwa waktu sepuluh tahun sudak lebih dari cukup Tapi men...