Dua Puluh Empat

3.8K 464 37
                                    

---
Raka tersenyum melihat ekspresi kaget Bianca yang menunjukkan seolah-olah ia baru saja melihat hantu.

Saat ini keduanya sedang duduk di ruang tamu kediaman Raka, dengan Bianca yang sedari tadi tidak bisa duduk dengan santai.

"Santai aja, Bi. Mereka baik kok,"

Bianca menoleh dan berdecak sebal.

"Aku tahu mereka baik. Tapi ini Tarendra dan Diana Sanjaya. Siapa orang Indonesia yang gak kenal mereka sih?! Dan aku duduk di ruang tamu rumah mereka!"

Raka terkekeh pelan. Selama ini Bianca benar-benar melihat dan memperlakukannya sebagai Raka tanpa embel-embel Sanjaya selama ini. Dan sikap Bianca malam ini membuar Raka yakin bahwa Bianca tidak seperti yang lainnya.

"Rumahku juga, btw."

Bianca menghela napas berat. "Aku bahkan lupa kalo kamu seorang Sanjaya hanya karena kelakuanmu yang aneh itu,"

"Berar--"

Belum selesai ucapan Raka, Bianca sudah mengangkat tubuh dan berdiri tegang menyambut sepasang suami istri yang kini tengah berjalan menuju mereka.

Dari pakaian, cara berjalan dan senyuman yang terpatri di wajah keduanya membuat Bianca sadar bahwa mereka keluarga ini sangat berbeda dengan lingkungannya.

Raka mendekat untuk memeluk keduanya dan memberikan kecupan di pipi kanan wanita yang kini tersenyum sangat ramah.

Bianca mengulurkan tangannya pada Tarendra yang disambut dengan genggaman kuat oleh pria itu lalu bianca juga menjabat tangan Diana yang justru sangat lembut dan penuh senyuman.

"Jadi ini yang bikin heboh karena Raka beli apartemen kecil itu?"

Bianca meringis kecil sedangkan Raka tersenyum sangat lebar.

"Enggak kecil, Oma. Tapi sederhana. Kan Opa yang nyuruh aku buat belajar mandiri dan sederhana,"

"Halah itu cuman akal-akalan kamu aja,"

Raka tertawa dengan bahagia. Dengan penuh perasaan ia merangkul Diana dengan tangan kanannya lalu membawa perempuan itu menuju ruang makan.

Di belakang keduanya, Bianca berjalan beriringan dengan Tarendra yang kini menatapnya dengan tatapan yang Bianca sendiri tidak mengerti maksudnya.

"Kalo kamu mengharapkan semua yang dia punya, saya akan dengan senang hari memberikan asal cucu saya bahagia. Dengan syarat kamu gak akan menghilang dari hidupnya."

Bianca tidak banyak mengerti maksud Tarenda. Sesaat yang muncul dalam kepalanya adalah Tarendra yang berpikiran bahwa dirinya hanya mengincar harta yang dimiliki oleh keluarga ini.

Ketika matanya bertemu dengan milik Tarendra, Bianca tidak bisa tidak terhenyak. Banyak sekali luka di sana.

"Kamu tahu kan sudah berapa banyak kehilangan yang dia alami?"

---

Raka tidak bisa menahan senyum ketika matanya menemukan Paijo yang kini terlihat sungkan padanya. Setelah kejadian beberapa minggu lalu, Raka memang baru bisa kembali duduk di tempat persembunyiannya di bagian belakang gedung Sanjaya. Bukan karena identitasnya yang diketahui semua orang, tetapi karena memang ia sedang banyak sekali pekerjaan dan sering keluar kota menemani Dani, Direktur Keuangan Sanjaya EPC.

"Gue masih saepul kali, Mas. Gak usah sungkan gitu. Kan lo yang ngomong jangan lihat orang dari baju yang dia pakai,"

Paijo meringis kecil. "Sampeyan memang ngeselin ternyata mas. Gosip tentang cucu Pak Tarendra yang suka bikin pusing itu beneran ya ternyata,"

Musim Yang Baik [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang