Dua Puluh Satu

4K 460 28
                                    

Aku lagi gila, jadi double update...

---
Setelah beberapa hari menghabiskan waktu bersama Sagara dan yang lainnya, Raka sudah kembali bergabung dengan rombongannya.

Hari ini mereka sudah mengunjungi banyak tempat wisata dan berakhir disebuah tempat hiburan malam. Tidak seperti yang lainnya yang sedang menikmati musik dengan menggoyangkan tubuh di lantai dansa, Raka hanya duduk di table yang mereka pesan seraya menyesap minuman yang ada di hadapannya.

Pikirannya berkecamuk setelah mengobrol bersama Sagara. Cowok yang kini tengah kembali sibuk syuting itu bercerita tentang ibunya yang kini sudah kembali ke keluarganya dan menjalani hidup bersama anak perempuannya yang notabene adalah adik kandung Sagara.

Perasaan rindu yang menjelma jadi benci yang menguasai Sagara selama ini sudah luntur sepenuhnya ketika bapaknya meninggal. Kematian yang cepat dan meninggalkan lubang dihati orang-orang entah kenapa justru membuat dirinya merasa jauh lebih lega. Bukan karena ia senang dengan kepergian bapaknya, tapi lebih pada perasaan menerima bahwa memang beginilah jalan hidupnya.

Perasaan yang belum menyapa Raka hingga saat ini, perasaan yang masih terpelihara dalam dadanya jauh lebih lama dan jauh lebih dalam dari perasaan yang dimiliki oleh Sagara.

Sagara sempat bertanya apakah Raka sudah bisa memaafkan orang-orang dulu menyakiti mereka termasuk Lika dan Raka tidak bisa menemukan jawaban yang tepat untuk menjawab itu.

"Gue gak benci dia, Ga. Tapi tiap liat muka dia atau denger namanya, gue selalu inget apa yang dia lakuin dulu sama kita. Sama gue, sama lo, sama Juna. Gue gak bisa lupa,"

Sagara mengangguk paham. "Tapi kejadian itu mengantarkan kita menemukan jawaban. Gue jadi kenal Om Wira dan itu mengantarkan kita pada Mbak Ara dan Mas Cakka. Karena kejadian itu kita punya keluarga sekarang, Ka."

Raka mengusap wajahnya dengan kasar mengingat perkataan Sagara. Ia kembali mengangkat gelas dan menyesapnya pelan. Membiarkan cairan itu membakar tenggorokannya yang kering.

Tiba-tiba seorang perempuan datang dan menjatuhkan tubuh disampingnya yang tak lama kemudian disusul oleh seorang laki-laki yang berusaha menarik tangan sang gadis, Bianca.

Raka langsung menarik Bianca dan membawa gadis itu ke pelukannya.

"Sorry, she's mine."

Laki-laki tadi lalu mengangkat alis sebelah sebelum akhirnya mengangguk kecil dan berlalu dari sana. Raka lalu membetulkan posisi Bianca yang kini justru semakin meringkuk dalam pelukannya.

"Yang lain dimana?"

Bianca menggeleng pelan. Wajah gadis itu sudah menyeruk dilehernya dan Raka langsung menegang ketika napas Bianca yang hangat menyapa kulitnya.

Posisi mereka yang menempel erat dan Bianca yang terlihat mabuk berat membuatnya mau tak mau menopang tubuh gadis itu untuk bersandar padanya. Ia menyelipkan tangan di lipatan kaki cewek itu untuk ia sandarkan pada pahanya membuat Bianca kini benar-benar berapa di pangkuannya.

"Mas--"

Panggilan dari Bayu membuat Raka mengangkat wajah. Tangannya masih melingkari tubuh Bianca agar gadis itu tidak merosot.

"Udah mau pulang?"

Bayu terlihat menimbang dalam kepalanya. Namun perasaan tidak enak tercetak jelas diwajah laki-laki itu.

"Kalo lo masih mau have fun di sini gak apa-apa, Bay. Gue balik duluan aja,"

Cowok itu langsung meringis. "Titip Bia gak apa-apa, Mas?"

Raka tertawa kecil lalu mengangguk. "Asal lo gak marah aja kalo besok pagi liat dia keluar dari kamar gue,"

Candaan Raka disambut hangat oleh Bayu yang membuatnya yakin bahwa tidak ada perasaan lebih dalam persahabatan mereka.

Musim Yang Baik [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang