Bagian Dua - Satu

4.4K 346 7
                                    

Hai.

---

Rumah sakit selalu menjadi tempat paling sibuk. Penuh haru sekaligus penuh pilu. Banyak orang yang tidak suka datang ke rumah sakit, tapi ada juga orang yang menggantungkan hidupnya di rumah sakit. Seperti halnya para dokter dan perawat yang memang sudah menjadi panggilan hatinya untuk bisa membantu sesama manusia.

Neysha baru saja selesai praktik hari ini. Ia baru saja akan bersiap pulang ketika pintu ruang praktiknya dibuka oleh asisten perawatnya diikuti oleh seorang laki-laki yang tampak tersenyum sangat lebar walaupun dengan wajah super lelah.

"Dokter, maaf sekali. Kami sudah menyampaikan bahwa jam praktik dokter sudah berakhir. Tapi ada pasien yang ngotot ingin konsultasi dengan dokter. Katanya gak mau sama dokter praktik selanjutnya,"

Dokter muda itu tahu bahwa itu hanya akal-akalan. Terlebih ketika tahu bahwa perawat yang mendampinginya ini masih baru sehingga tidak tahu siapa pasien yang ia sebutkan tadi.

"Nama pasiennya siapa, sus?"

Perawat itu gelagapan pertanda ia lupa menanyakan identitas sang pasien. Ia menoleh lalu bertanya dengan sopan.

"Maaf dengan bapak siapa?"

"Raka Sanjaya,"

"Maaf Bapak Raka Sanjaya, saya tidak bisa langsung--"

Perawat itu tampak terdiam sebelum akhirnya menatap Raka dengan horor. Setelah menyadari bahwa di hadapannya adalah pemilik rumah sakit, perawat itu langsung menundukkan badannya dengan hormat.

"Maaf, Pak Raka. Saya tidak tahu---"

"It's okay. Saya justru senang sekali diperlakukan seperti tadi, itu tandanya kamu sangat profesional."

Dipuji oleh seorang Raka Sanjaya tentu membuatnya salah tingkah. Neysha yang melihat gelagat usil Raka langsung berdiri dari kursinya dan menuju pintu tempat kedua orang itu masih berdiri.

"Suster boleh kembali ke ruangan, ya. Pak Rakanya biar saya yang handle,"

Perawat itu tampak linglung. "Gak apa-apa, Dok? Nanti kalo dokter butuh--"

Melihat Raka yang sudah melingkari tangannya di bahu Neysha membuat perawat itu kembali salah tingkah. Meski Neysha langsung melepaskan tangan Raka dari tubuhnya, cowok itu kembali mendekat hingga membuat perawat itu akhirnya undur diri setelah meminta maaf berkali-kali.

Pintu langsung di tutup Raka dan cowok itu langsung menuju kursi kerja Neysha dan menjatuhkan diri di sana.

"Bisa gak setiap kamu ke sini gak usah usilin staf-staf di sini? Atau bisa gak kamu berhenti dateng?"

Raka langsung cemberut. "Masa aku dilarang dateng ke rumah sakit sendiri?"

"Kalo cuman buat jahilin orang lebih baik kamu memanfaatkan waktu kamu ngelakuin hal yang lebih produktif,"

"Ini juga produktif, Ney."

"Produktif apanya? Kamu cuman akan jahilin staf dan bikin aku malu,"

"Produktif deketin kamu. Lagian aku gak pernah bikin kamu malu,"

Neysha menghela napas mendengar hal itu. "Minggu lalu kamu dateng seolah-olah habis perang. Pake pura-pura patah kaki lagi, patah beneran aja nangis."

"Aku gak pernah nangis, ya! Lagian itu kan biar aku bisa rangkul kamu sambil jalan,"

Ucapan itu tidak lagi di tanggapi oleh Neysha. Wanita itu lalu menggeser Raka yang menutupi layar monitornya. Setelah mematikan benda itu, Neysha lalu merapikan alat tulis di atas meja putih bersih itu sebelum merapikan bagian samping ruangannya.

Musim Yang Baik [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang