Dua Puluh Tiga

3.8K 428 16
                                    

---

"Istrinya Om Wira kan sahabatan sama istri sahabatnya Om Wira. Terus--"

"Oke. Jujur gue mulai pusing nih sama omongan lo,"

Raka tertawa pelan. Ia lalu menghela napas lalu merunut satu persatu.

"Om Wira ini punya sahabat nih. Satunya Om Adrian, Dirut Sanjaya Hospital. Lo tau kan pasti?"

"Hm,"

"Nah satu lagi Om Bara. Yang punya B&B,"

"Okay. Yang kemarin kerja bareng kita,"

"Yes. Nah satu lagi namanya Om Christopher. Pengusaha juga. Kebanyakan hotel dan resort bagus dimana deh lo sebut rata-rata yang punya keluarga dia tuh. Nah Om Christ ini punya istri yang temenan sama istrinya Om Wira. Tante Clara. Lo inget dong?"

"Yaaa.."

"Nah mereka berdua ini punya yayasan gitu. Semacam panti asuhan untuk anak-anak terlantar deh. Berhubung Oma pengen bikin yayasan kanker, gue pikir kenapa enggak sekalian aja. Kayak kita punya satu payung besar nih untuk si yayasan ini, tapi nanti ada divisi-divisi gitu. Kebayang gak berapa banyak yang bisa kita bantu?"

Bianca yang kini sedang tiduran tersenyum dari layar ponsel melihat Raka yang tampak sangat sumringah.

"Yang mana yayasan ini dibawah Sanjaya Hospital?"

Raka mengangguk semangat. "Untuk kebutuhan kesehatan kita enggak perlu mikir banyak, Bi. Semakin banyaj fasilitas kita dibenahi kan semakin banyak yang bisa kita kasih ke mereka,"

"Tapi ini bukan bisnis. Gue yakin Oma lo mikir ini adalah charity,"

"I know. Itulah kenapa gue berpikir untuk membuat semua itu dalam satu payung yang sama. Untuk operasional yayasan mungkin berasal dari para donatur. Tapi itu gak akan cukup untuk pengobatan mereka, Bi. Untuk itu kan Sanjaya Hospital ada?"

Bianca tidak bisa tidak bangga. Ia tahu Raka adalah salah satu anak paling beruntung lahir dari keluarga konglomerat yang ternyata juga sangat baik hatinya.

"Gue makin ngefans deh sama Pak Tarendra dan istrinya,"

Raka langsung tertawa. "Yang punya ide kan gue,"

"Circle pertemanan Pak Wira juga keren banget. Kok bisa hebat-hebat banget semua gitu,"

Cowok itu merengut ketika Bianca tidak menanggapinya. Kebiasannya ketika kesal yang juga disenangi Bianca sehingga sering dijahilinya.

"Tapi Raka Sanjaya juga bikin bangga kok,"

Senyuman langsung terbit dari bibir Raka. Cowok itu terkekeh ketika menyadari tingkahnya yang kayak anak kecil.

"Tadi balik jam berapa?"

"Jam sembilan. Nada-nya juga gak bisa dijenguk lama-lama. Abis dari rumah sakit, kita makan terus langsung pulang deh,"

Raka mengangguk-angguk kecil mendengar penjelasan Bianca. Mata gadis itu sudah sayu dan hampir menutup karena kantuk.

"Yaudah tidur deh. Besok berangkatnya gue jemput,"

Bianca langsung membuka mata dan menggeleng pelan. "Gak usah. Gue izin setengah hari besok jagain Nada dulu. Kakaknya harus ngurus apa gitu,"

"Yaudah. Jam makan siang gue jemput,"

"Lo besok ada MR kan? Gak usah aneh-aneh. Ntar Sanjaya heboh lagi,"

Raka teringat sehari setelah mereka kembali masuk bekerja, Raka membuat kehebohan dengan mengirimkan banyak makanan dan minuman untuk lantai sembilan. Seluruh makanan dan minuman itu bergambar wajah Bianca yang tersenyum sangat manis dengan tulisan yang tidak kalah menjijikkannya. Karena tidak tahu kiriman itu berasal dari siapa, seluruh lantai sembilan langsung heboh dan mencari tahu siapa pacar Bianca. Apalagi ketika beberapa orang bertanya padanya, Raka lalu pura-pura patah hati karena ternyata gadis yang ia incar ternyata sudah punya pacar.

Tiga hari setelah itu, Raka yang akan rapat dengan para direksi tidak sengaja bertemu dengan OB yang biasa merokok dengannya dan mengobrol di lobby belakang. Kala itu keduanya tidak sadar bahwa Tarendra bersama direksi lainnya baru saja datang, dengan suara tegas dan tajam Tarendra memanggil nama lengkapnya yang membuat semua mata langsung tertuju pada mereka.

Paijo, sang kawan merokoknya masih tidak paham masih saling merangkul dengan Raka hingga suara tajam Tarendra mengejutkannya.

"Kenal dekat Mas Saepul?"

Raka meringis kecil.

"Lepaskan tangan kamu dari bahu cucu saya!"

Paijo tentu saja shock, ia baru tahu bahwa laki-laki yang selama ini mengobrol dan sering meminta rokoknya adalah pewaris tunggak pemilik perusahaan. Kenyataan itu tentu membuat Paijo langsung sungkan dan meminta maaf berkali-kali.

Tarendra yang sebenarnya tidak masalah Raka ingin bergaul dengan siapa saja, tapi melihat bagaimana kedekatan keduanya hingga bisa saling rangkul tentu membuat pemandangan yang agak janggal.

Kejadian itu langsung ramai dan heboh satu Sanjaya. Raka berkali-kali mencari Paijo tetapi selalu dihindari oleh laki-laki itu. Ia sedikit merasa bersalah dan tidak nyaman bagaimana kini laki-laki itu bersikap.

"Kasian Paijo,"

Bianca terkekeh pelan. Matanya kembali membuka.

"Makanya jangan suka aneh-aneh."

Raka tersenyum kecil. "Soalnya kalo dia tau nama asli gue, pasti gue gak ditawarin rokok lagi."

"Kan bisa beli sendiri,"

"Tapi kan gak ada temennya."

"Astaga!"

Raka kembali tertawa. "Yaudah tidur gih. Sleep tight, baby girl."

"Good night, Raka."

"Night, Bianca."

---

Love

--aku

Musim Yang Baik [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang