Chapter: 12

2.9K 388 24
                                    

kening naruto mengkerut melihat sakura yang kini duduk dengan tubuh kaku dan wajah yang tidak kalah kaku.

naruto bisa melihat bagaimana emerald itu bergetar, seolah sedang mencerna situasi ganjil yang sakura alami.

setelah mendapat roti yang sakura inginkan, sekarang keduanya berada di (lagi-lagi) kedai ichiraku.

tentu saja naruto terlebih dulu sudah meminta persetujuan sakura dan tidak asal menyeretnya seperti yang kemaren pernah ia lakukan.

melihat bagaimana sikap sakura yang masih takut padanya, membuat naruto mengusap lehernya.

kikuk? bingung? aneh? entah apa sebutan yang tepat untuk situasi mereka sekarang.

"aku minta maaf untuk kejadian kemarin."

sakura yang sejak tadi menundukkan wajahnya, kini menatap bingung naruto.

pria itu berusaha memasang ekspresi selembut yang ia bisa agar sakura tidak merasa terpojok olehnya, namun justru terlihat aneh di mata sakura.

"maaf karena sudah memaksamu kesana kemari tanpa persetujuanmu dan aku tidak bermaksud mendorongmu saat itu."

sensasi aneh menyeruak dalam benak naruto.

seolah ada lubang yang mendadak terbentuk di dadanya, perasana bersalah yang jauh lebih dalam dan berat.

apakah ini murni hanya karena dia memaksa sakura? atau memojokkannya? atau karena dia sempat mendorong sakura?

atau karena sikap kasarnya di masa lalu?

naruto tidak tahu jawaban akan perasaan bersalahnya itu, ia hanya mencoba memutus ikatan yang tiba-tiba saja menjerat dan membuatnya tidak nyaman.

setelah lama menanti bagaimana reaksi sakura, gadis itu hanya menatapnya dengan emerald yang terlihat tidak asing.

ada sesuatu.... seolah seperti nostalgia begitu saffirnya mengebor jauh ke dalam emerald gadis itu.

"aku.... tidak tahu harus mengatakan apa...."

respon singkat dan sangat naruto pahami.

gadis itu memilih kembali menunduk, memutus kontak mata dengan naruto.

senyum maklum terukir di sana, sayangnya sakura tidak bisa melihat senyuman pria itu.

"selama kau memaafkanku itu sudah cukup."

tidak ada percakapan lagi setelahnya, karena sakura memilih memperhatikan bagaimana naruto menyantap ramen porsi jumbonya dengan tenang.

.

perjalanan mereka diisi oleh kesunyian.

sakura yang sibuk tenggelam dalam pikiran sendiri dan naruto yang sejak tadi memikirkan topik menarik agar sakura mau bicara dengannya.

"kau suka roti?"

dan benar saja, sakura pun merespon dengan menoleh ke arahnya.

"begitulah. aku suka aroma roti yang baru keluar dari panggangan, membuatku nyaman."

mimik wajah sakura melembut ketika menjelaskan alasannya menyukai makanan ringan itu.

"pemilik toko roti itu keluargaku."

entah apa yang aneh dari perkataannya hingga membuat mulut sakura membulat.

"benarkah? itu toko roti paling terkenal di desa, kau beruntung sekali memiliki keluarga yang pintar membuat roti."

jemari-jemarinya saling bertaut.

sakura tidak menduga ternyata pemilik toko roti itu masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan naruto.

This Time I Will SurviveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang