Chapter: 4

3.1K 412 8
                                    

tubuhku masih terasa berat dan sulit digerakkan, meski aku sudah beristirahat semaksimal mungkin.

aku berterimakasih pada keempat sahabatku yang bergantian menjengukku dan memastikan aku baik-baik saja.

meski mereka kerap memaksa ingin menginap, tapi aku menolak dengan tegas.

aku tahu pekerjaan di rumah sakit sangat melelahkan, aku tidak mau menjadi beban bagi mereka.

saat ini, hanya keempat orang itu yang ku punya. aku bersyukur setidaknya di kehidupanku yang ke 34, aku bisa merasakan seperti apa pertemanan.

aku membalik badanku, menatap balkon yang sengaja ku buka lebar.

angin malam berhembus menyelimutiku yang hanya mengenakan tanktop dan hotpans hitam.

"rasanya begitu tenang...."

aku tidak ingat sudah berapa lama aku tidak merasa ketenangan ini.

setelah 33 kali merasakan kematian, aku menghabiskan waktu luang sembari menikirkan cara kematia ku di kehidupan sekarang.

dan fakta bahwa tubuhku memiliki batasan, menjadi satu lagi ketakutan terbesarku akan rengkarnasi.

perlahan mataku terasa berat, rasa kantuk yang amat sangat menyerangku hingga membuat pandanganku sayup-sayur.

"balkon... aku harus menutupnya."

.

aku terbangun saat mendengar suara ciutan burung dan sesuatu yang berjalan gusar di atas kepalaku.

begitu aku membuka mata, seekor burung gereja menatap bingung ke arahku sama seperti aku yang bingung kenapa dia bisa ada di atas kepalaku.

"halo?"

tak berapa lama ia terbang keluar melalui balkon yang terbuka lebar.

aku mendengus geli saat menyadari aku tertidur dengan balkon yang masih terbuka.

yah, mau bagaimana lagi. aku hanya tinggal seorang diri, tidak ada yang akan menutup balkon saat aku ketiduran atau mengganti kompresku ketika aku demam.

hari ini hari pertama aku kembali bekerja setelah mendapat izin cuti panjang.

ada rasa senang karena aku akan kembali menghabiskan waktu lebih lama dengan teman-temanku tapi tidak ku pungkiri ada pula ketakutan jika sewaktu-waktu aku bertemu dengan naruto lagi atau bahkan sasuke.

"ku harap mereka tidak pernah muncul kembali."

.

"kau yakin sudah kuat untuk kembali berdinas?"

meski dengan wajah jutek dan menyeramkan, tapi siapa sangka tanjiro-sensei sangat perhatian pada anak didiknya.

aku tersenyum simpul dan mengangguk pasti.

"sakura, kasus cakra yang hampir meledak sepertimu belum pernah terjadi sebelumnya. saat itu aku dan tim medis lainnya bahkan tidak mampu menetralkan aliran cakramu yang sangat kacau. tsunade-sama bahkan berkata jika kasus ini terulang kembali, dia tidak yakin bisa menetralkan aliran cakramu untuk yang ke dua kalinya."

ya... aku sudah mendengar penjelasan itu dari terumi dan tsunade-sama. tidak banyak info yang bisa ku temukan tapi tsunade berjanji akan menyelidiki fenomena ini lebih jauh.

apa yang bisa ku lakukan? tidak ada, hal ini terjadi karena tubuhku terus dipaksa bangkit dari kematian. tentu saja ini berimbas pada kerusakan aliran cakra bahkan fisikku sendiri.

"sebenarnya apa yang terjadi? kenapa kau bisa sampai seperti itu?"

aku terperanjat begitu mendengar pertanyaan tanjiro-sensei.

This Time I Will SurviveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang