Bab XII - Prophet

1.2K 156 23
                                    

Seminggu telah berlalu, baik Hermione dan teman – temannya telah berhati – hati. Sangat hati – hati, sampai pagi ini emosi Hermione naik ke ubun – ubun, ia bersumpah akan menjebak animagus Rita Skeeter lagi ke dalam gelas, kali ini untuk selama – lamanya dan tidak pernah melepaskannya.

Hermione membaca halaman utama Prophet pagi itu,

"War Heroine Hermione Granger Kembali Ke Inggris Bersama Sang Buah Hati; New Malfoy Heir Publicity."

Dan sebuah gambar besar, berisi Hermione yang sedang menggandeng Leo menuju ke flat mereka, dua kepala brunette yang saling bercengkrama, terlihat bahagia. Mata cokelat madunya membaca baris demi baris keseluruhan isi artikel, dan Hermione tak bisa menahan umpatannya,

"This bitch---"

"Mum?" sebuah suara mengagetkannya, Hermione mendongak dan menatap putranya yang sudah rapih dengan pakaiannya.

Hermione menarik napasnya, menarik tongkat dan menggumamkan 'Incendio' kemudian Daily Prophet di tangannya berterbangan menjadi abu, "Ready for school, honey?" tanya Hermione manis.

Leo menaikkan alis pirangnya, "Ada apa, Mum? You okay?" tanya Leo, menyadari senyum ibunya yang tidak lebar dan auranya yang kurang baik.

"Perfectly fine, my darling." Sahut Hermione buru – buru.

"Baiklah, kalau begitu, kapan aku bisa mengunjungi Hogwarts, Mum? Aku sangat bosan!" Leo mengerutkan bibirnya, nada merajuk andalannya ia keluarkan.

"Leo bosan? Kebetulan setelah pulang sekolah hari ini, Leo bisa bermain ke The Burrow, sayang. Meet Lily there." Jawab Hermione.

Leo semakin mengerutkan wajahnya, sadar ibunya tidak mau menuruti kemauannya, "I don't wanna meet Lily! I wanna see Hogwarts!" tantrumnya keras kepala.

"Mum akan mengajakmu ke Hogwarts bila waktunya pas, sayang. Sekarang---"

"Mum pergi ke Hogwarts tiap hari! Aku mau melihat Hogmeade!" jawab Leo kini menaikkan suaranya 1 oktaf.

Hermione menatap Leo kesal, "Do not speak to your mother like that, Leonard." Tegas Hermione, menolak lemah dengan mata abu – abu Leo yang kini penuh bendungan air mata.

Benar saja, beberapa detik kemudian Leo berbalik, berlari menuju kamarnya untuk menangis, keras kepala untuk tidak menunjukkan emosinya di hadapan ibunya. Ia kesal, dan jika ia meneruskan, ia akan menyakiti ibunya dengan ketajaman lidahnya, jadi Leo memilih menghentikannya dan menangis di kamarnya.

Sedangkan Hermione ditempatnya mengusap kepalanya yang terasa berdenyut, ia memang tadinya akan mengajak Leo ke Hogwarts besok, namun setelah Prophet yang dipenuhi wajah mereka, Hermione menjadi tidak yakin. Itu akan sangat merepotkan, pasti akan banyak pers yang menantikan klarifikasinya, spekulasi publik membludak tentang mengapa selama ini Leo tak pernah terlihat dan yang lain – lain.

Hermione tidak bisa mengambil resiko pada putranya, Leo belum tentu nyaman dengan keadaan banyak pers yang akan memburunya, dan itu bukan tindakan yang bijak apabila mengajak Leo ke kawasan publik disaat wajah bocah itu menghiasi koran – koran magical.

Terkutuklah Rita Skeeter dan Hermione benar – benar akan membuat hidup penyihir itu seperti di dalam neraka setelah ini.

Suara saluran floo yang aktif menyadarkan Hermione, dan kepala Ginny muncul dari api perapiannya.

"Apa kau sudah melihat Prophet?"

Hermione membuang napasnya kasar, "That bitch is crawling to my skin, Merlin. Leo merajuk karena aku tidak bisa membawanya ke Hogwarts, Gin, sekarang ia dikamar dan mungkin sedang menangis."

Espoir (D.M&H.G)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang