/
CHAPTER TUJUH BELAS
Kabar baiknya: bayi itu cukup sehat.
Kabar buruknya: mereka akan serumah bertiga.
Kabar setengah baik dan buruk: Taehyun terjebak di tengah Beomgyu yang menjelma jadi suami siap siaga + jadi ayah sok perhatian dan bayi yang entah anak siapa tersebut. Taehyun setidaknya sudah memicingkan mata dua puluh kali pada bayi itu, dan setelah dari klinik, dia masih bersikap kurang suka. Astaga, bayi?! Apakah rumah mereka ini jadi semacam tempat penampungan? Maaf, itu agak kasar. Namun, Taehyun tak cocok memomong bayi, apalagi bayi orang lain yang entah dari mana ini. Taehyun bahkan ragu untuk menyentuhnya.
"Kita akan ke supermarket," umum Beomgyu, kemudian dia hendak menyerahkan bayi itu ke Taehyun. "Aku akan menyetir."
"Aku saja. Aku bisa."
"Serius? Kau tidak pernah mau."
Taehyun mendengus, kemudian mereka keluar, mengitari depan mobil dan akhirnya beres bertukar posisi. Taehyun melihat bayi itu lagi yang menatapnya tanpa bersuara. Syukurlah dia tak seberisik di rumah. "Aku tak mau menggendongnya."
Beomgyu menghela napas. "Apakah kau jadi antibayi sekarang? Lihatlah, dia mulai tenang dan menyukaimu." Taehyun melihat bayi itu mengerjap cepat, sudut bibirnya tertarik naik seolah hendak menangis lagi.
"Tidak, trims."
"Kau akan bisa menerimanya, Tae."
"Mengapa kau jadi seperti tukang paksa sekarang? Huh?" Taehyun menyahut pelan dan mulai tancap gas dari sana. Satu-satunya kabar baik sekarang adalah mungkin Taehyun dapat kabur setelah dia masuk kuliah lagi dan menjauh dari bayi ini.
*
*
Beomgyu mengenakan gendongan kuning itu dengan senyuman tipis. Si bayi tidak lagi rewel, justru mengangkat sedikit wajah dan bertemu tatap dengan Beomgyu yang juga menunduk lantas bercanda dengan pelan. Mereka menelesuri rak-rak berisikan susu-susu formula dalam kemasan kotak, ada mainan pula dan beberapa popok. Taehyun mendapat tugas mendorong kereta belanja. "Tae, lihat. Dia sepertinya mulai mengenaliku."
"Hish, cepat pilih saja dan kita pulang," katanya. Jujur, Taehyun belum mau berpapasan dengan teman sekampusnya di sini. Dengan bayi di tengah mereka. Oke, Taehyun jadi lebih sering menyebut "si bayi" atau "bayi itu" atau "ah, bayi ini" padahal dia tak bermaksud demikian. Hanya saja Taehyun terus mendapati dirinya jengkel dan bingung; mengapa sih ada orang yang membuang bayi mereka begitu saja? Apakah mereka tak berpikiran dahulu sebelum semua hal menyangkut hadirnya bayi ini terjadi? Maaf, deh. Tak bermaksud menghakimi, tapi Taehyun kan belum mau jadi tempat penampungan bayi-bayi tak berdosa yang jadi korban orang tua mereka yang abai itu. Oke, mungkin ada situasi tertentu, tapi tetap saja! Mereka menelantarkan bayi mereka!
Bahkan ibu kucing pun memikirkan bayi mereka sejenak, dan tak sampai hati mengangkut ana-anaknya ke tempat jauh dan meninggalkannya begitu saja. Mungkin ada. Tapi Taehyun selalu melihat ibu kucing menjilati dan menyusui bayi-bayi kucing mungilnya.
Taehyun mendapati bayi itu agak menoleh padanya. "Apa? Kau mau apa?"
Beomgyu tersenyum. "Kurasa dia mengenalimu juga, Tae." Taehyun balas memutar mata. Ada beberapa pilihan susu bayi, namun mereka mengikuti saran dokter kenalan Beomgyu, kemudian memasukkan ke trolley. Taehyun makin sadar, ternyata dia bisa bersikap sekaku ini bila menyangkut hal yang tak begitu dia sukai. Dan si bayi! Yah, itu yang utama sekarang.
"Taehyun, senyum, dong."
"Tak mau. Cepat urusi semuanya saja, aku mau pulang," sahutnya tak tertarik.
Beomgyu terus memasang wajah cemberut, lantas kembali memancing gelak tawa bayi di gendongannya. Sementara Taehyun mulai memandangi mereka. Beomgyu bisa jadi orang yang menyenangkan, mengesalkan dan sekarang terlihat akrab dengan anak kecil. Agak ganjil. Namun Taehyun terus memperhatikan tanpa berkomentar.
*
*
Ryu terlelap setelah diganti popoknya dan diberikan susu. Beomgyu menepuk-nepuk punggung Ryu sampai dia bersendawa lantas mulai membaringkan hati-hati. Mereka langsung membeli boks bayi, menyiapkan satu kamar kosong untuk Ryu. Meski mendumel, Taehyun turut membntu. Setelah beres, Ryu dibiarkan terlelap nyaman di boks barunya sedangkan Taehyun dan Beomgyu berjalan menuju dapur untuk mengisi perut.
"Dia bayi yang menggemaskan. Aku tak tahu aku bisa begitu menyukai bayi itu. Maksudku, dia anak yang manis dan kasihan sekali dibiarkan di depan gerbang rumah kita. Untung tak ada hal buruk menimpanya."
Pemuda di sebelahnya itu mengangguk. "Hyung, kalian terlihat akrab."
"Ya." Beomgyu terkekeh. "Aku jadi makin mahir mengurus anak."
Taehyun menawari Beomgyu akan memesan apa, dan mereka ingin makan rice noodle yang baru-baru ini menjadi kesukaan mereka, dari restoran yang cukup dekat dari sini. Setelah itu, Taehyun menyodorkan sekaleng soda untuk Beomgyu. Nampaknya Beomgyu agak letih seharian ini.
"Bagaimana kalau kita kembali ke kampus? Kau dan aku punya jadwal yang padat, kan."
"Aku akan minta ibuku mampir."
"Mengapa?" Taehyun mengeryit. "Dia akan sangat kaget nanti."
Beomgyu mendekap kaleng itu dengan kedua tangan. "Tapi aku tak mau melepasnya ke pengasuh mana pun, dan aku tak tega jika menitipkan dia yang masih sekecil itu ke tempat penitipan anak."
"Hyung, dengarkan aku. Kurasa kau mulai ingin menjaga anak itu lebih lama. Dengar, cepat atau lambat aku yakin ada kemungkinan orang tuanya datang lagi kemari." Taehyun membasahi bibirnya pahit. "Aku tak mau berkata yang manis-manis sekarang jadi aku mau kau paham. Bayi itu bukan anak kita, maka dari itu, kau harus siap jika suatu saat dia kembali kepada keluarganya."
Beomgyu mulai menatap Taehyun. Pembicaraan seserius ini jarang terjadi, apalagi dengan kemungkinan Beomgyu yang gemar menggoda atau meledek Taehyun. Sekarang momen langka itu tengah berlangsung, dan Beomgyu melihat Taehyun memasang wajah seserius itu, dan ucapan Taehyun membuatnya tersadar. Benar juga. Kami bukan siapa-siapa. Hanya dititipi. Dan mungkin sementara waktu.
"Baiklah, Tae."
"Terima kasih." Taehyun mulai menuangkan minum untuknya, kemudian menyadari bel berbunyi. Pesanan mereka sudah tiba! Taehyun bergegas keluar rumah. Sebenarnya dia tak tahan melihat Beomgyu yang mendadak menjadi muram, atau sedih begitu. Tapi mau bagaimana? Dia tak mungkin menahan-nahan diri padahal tahu sesegera mungkin mereka akan berpisah dari bayi tersebut. Dia bersyukur mungkin di waktu sesingkat ini, mereka berdua melakukan yang terbaik agar bayi itu tetap hangat, sehat dan terjaga di bawah pengasuhan mereka berdua (Beomgyu sih lebih tepatnya, karena sampai sekarang Taehyun masih enggan menggendong Ryu begitu saja) Serius, deh, mengapa sih bayi manusia itu sangat rewel? Tidak Ryu saja, tapi semuanya. Taehyun harus menyumpal telinga sepertinya nanti malam, kalau-kalau Ryu kembali merengek entah karena apa.
Oh ya, Taehyun sempat menghubungi Gaeun. Namun dia belum bercerita soal Ryu. Agak repot kalau Gaeun sampai heboh kemudian menyerahkan telepon ke ayah ibu Taehyun padahal sekarang yang Taehyun mau lakukan adalah misuh-misuh dan bukan mendengar ceramahan atau reaksi panik mereka karena ya ampun! Baru menikah beberapa waktu tapi kedatangan bayi! Tanpa asal-usul pula! Taehyun pening membayangkan ibunya yang menyerocos atau ayahnya yang terus menggali informasi darinya sebanyak mungkin, seolah Taehyun tahu saja harus menjawab apa.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
MORNING, GYU! | beomtae ✔
Fanfiction(SEQUEL of Peek A Gyu!) Kang Taehyun tidak berencana menikah muda. Ingin fokus kuliah dan bekerja di perusahaan besar, Taehyun belum mau mengikat diri dengan seseorang. Namun, Beomgyu, si tunangannya yang cerewet, terus mendesak Taehyun agar mereka...