MORNING, GYU! - 10

733 127 6
                                    

/

CHAPTER SEPULUH

Beomgyu tengah sibuk mengangkat telepon, jadi pria itu agak menyingkir ke ruang tengah. Sementara Taehyun dan Gaeun kebagian tugas untuk menyiapkan minuman, membawa cola dan soda dari kulkas, kemudian memotong buah-buahan segar. Taehyun menggigit satu melon oranye kemudian tersenyum pada kakaknya.

"Bagaimana di kampus, Noona?" Taehyun jarang menghubungi Gaeun sesering itu. Apalagi, Taehyun langsung tidur setelah lelah di kampus, dan meskipun mereka satu kampus, jarak antara fakultas mereka tidaklah dekat.

"Um, baik. Kau?"

Taehyun mengangguk, mencomot satu potong melon lagi. "Baik juga. Mahasiswa sepintar aku tidak pernah mendapatkan masalah." Terlebih Jiyo pun jadi teman diskusi menyenangkan. Jika ada yang tak mereka pahami, profesor dengan sabar menjawab pertanyaan demi pertanyaan di akhir sesi matkul mereka.

Gaeun turut mengangguk. Tak lama, ibu dan ayah sibuk dengan panggangan. Ayah bertugas memanggang daging yang sudah diberi bumbu, sedangkan ibu memasak ayam goreng, serta nasi goreng kimchi kesukaan Taehyun.

Beruntung, malam ini cukup hangat. Taman belakang sudah disulap jadi tempat super nyaman dengan deretan kursi, kanopi kecil, serta makanan yang melimpah. Taehyun tak mengenakan jaket, hanya kaus dan celana pendek selutut. Mereka seperti berlibur di luar kota, menikmti alam, namun bedanya, semua tersedia di sini dan mudah untuk kembali ke rumah.

"Yah, aku mau bantu." Terdengar suara dari pintu dapur yang mengarah ke taman belakang. Ayah Taehyun tersenyum, meminta Beomgyu untuk memanggang sosis di panggangan yang lebih kecil.

Gaeun menyenggol bahu adiknya. "Suamimu itu sangat keren."

"Dia?"

Gaeun mengangguk, menahan senyum. "Astaga, kalau kau bosan dengannya, beritahu aku." Taehyun langsung melotot, yang dibalas kerlingan oleh Gaeun. "Bercanda, Dik."

Setelah memastikan buah-buahan sudah ditata di piring besar, Taehyun agak menyingkir dari hadapan sang kakak, lantas mendekati Beomgyu. Pria itu mengenakan kaus santai dan celana pendek pula. Rambutnya tersikap ke belakang, sedangkan dia sibuk membolak-balikkan sosis di panggangan hingga matang merata. Beomgyu tak sadar Taehyun sudah berdiri di dekatnya.

"Hyung."

"Eh, iya?" sahutnya terkejut. Beomgyu mengeratkan sarung tangannya, kemudian tersenyum. "Mau makan?"

Ia menggeleng. "Tadi ada apa?"

"Oh, hanya telepon dari bagian sekretariat fakultas. Ada data yang bermasalah di sistemnya padahal aku dan dosen lain sudah mengirimkan ke pusat. Mungkin hari Senin aku akan ke sana dan bertemu dengannya," jawab Beomgyu. Perlahan, Beomgyu menarik satu kursi. "Duduklah."

Taehyun terduduk, memperhatikan Beomgyu yang sibuk, sedangan dia masih ingin bertanya. Sebenarnya, tidak aneh melihat Beomgyu membaur dengan keluarganya. Apalagi saat Beomgyu masih tetangga, ibunya sudah menganggap Beomgyu seperti bagian dari keluarga, atau "Anak Sulungku" sehingga menyingkirkan Gaeun dari daftar atas keluarga, membuat Gaeun seolah punya abang baru. Tapi yah, status mereka sudah berubah sekarang. Melihat Beomgyu terus berhasil menyesuaikan diri, membaur dengan ayah, ibu dan Gaeun, Taehyun jadi merasa lega juga. Seperti yah, tak salah dia memilih pasangan karena keluarganya menyambut sangat baik.

"Hyung, biar aku saja," kata Taehyun sewaktu Beomgyu hendak mencari piring. Tak lama, Taehyun kembali dan menaruh piring di meja terdekat. Yah, semua terasa nyaman.

*

*

Duduk bersama, mengobrol, tertawa, dan terus meledek Gaeun. Pembahasan di meja panjang itu jadi lebih seru ketika mereka melakukannya sambil makan. Dagingnya enak, empuk dan bumbunya tak terlalu pedas. Beomgyu mengoper daging lain ke piring Taehyun, lantas tersenyum. "Makan yang banyak, Taehyun­-ah." Dia menyantap dagingnya pula.

MORNING, GYU! | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang