/
CHAPTER TIGA BELAS
Taehyun memaksakan matanya terbuka. Sesaat dia menengok jam beker, jarum jam masih menunjuk tepat pukul dua dini hari. Dia hendak masuk kembali ke selimut karena ini masih terlalu awal untuk bangun. Namun Beomgyu yang berada di sisinya membuat Taehyun mengurungkan niat dan justru memperhatikan wajah letih Beomgyu.
"Meskipun kelihatannya dia tegar dan baik-baik saja, Beomgyu punya banyak kekhawatiran yang tak pernah dia bagi pada siapa pun, Nak. Dia hanya berusaha tegar untuk orang yang dia sayangi. Dia seperti kotak yang terkunci rapat."
Taehyun tak sampai hati mendesak Beomgyu bercerita kalau akhirnya Beomgyu merasa tertekan. Jadi dia berusaha menunggu waktu sampai Beomgyu mau membuka mulut dan mencurahkan apa-apa saja yang menganggu. Sejauh ini, Taehyun belum dengar banyak hal.
"Hyung, kau itu sok sekali. Mengapa tetap berusaha memendamnya sendirian? Aku tahu kau sangat takut, lebih daripada yang kau perlihatkan." Tanpa disadari, Taehyun sudah mengusap rambut Beomgyu, menyingkirkan sedikit helainya yang menutupi dahi Beomgyu. Perlahan Taehyun mengusap hati-hati, membelai lembut menuruni sepanjang tulang pipi Beomgyu. Taehyun tercenung.
Suamiku yang tegar.
Taehyun bergeser, bergabung dalam selimut yang sama dengan Beomgyu. Matanya naik sedikit, mendapati bulu mata yang menghiasi mata Beomgyu, lalu beralih ke bibir Beomgyu, dagu Beomgyu, kemudian Taehyun melebarkan tangan untuk mendekap Beomgyu. Hangat.
"Hyung, aku akan selalu di sisimu." Taehyun masuk ke alam mimpi. Tarikan napasnya mulai teratur, sementara Beomgyu mulai balas mendekap Taehyun agar lebih rapat dengan tubuhnya.
*
*
Pagi itu, Beomgyu sudah duduk menyantap sarapan. Taehyun membuatkannya sayap ayam dengan bumbu kering dan berbau lemon. Enak, meski Beomgyu agak kaget awalnya. Setelah itu, Taehyun mengepak makan siang untuk mereka berdua. "Nanti makan buahnya juga. Kalau kau sisakan, aku akan mengamuk," ancamnya seraya memasukkan ke tas kecil. Dua buah. Satu tempat bekal berisi lauk dan nasi, satu bekal berisi buah segar seperti melon dan jeruk. Milik Taehyun pun sama, namun ditambah dengan satu botol air minum. Beomgyu punya botol air minum di ruangannya dan dispenser khusus.
"Oke." Beomgyu memandangi Taehyun yang mulai duduk untuk sarapan pula. "Hm, kau mau kujemput lagi? Maksudku, kita bisa pulang bersama dan—"
"Ya."
Beomgyu mengangguk. "Mau mampir ke tempat makan?"
"Sebaiknya kau bicara dengan bagian sekretariat dahulu sebelum pulang nanti." Karena ucapan itu, Beomgyu menaikkan sebelah asli. Taehyun melanjutkan, "Kau kan butuh izin cuti pula. Jangan lupa kabari dekan, ketua jurusan, dan kurasa kau harus bicara dengan mahasiswamu perihal jadwal."
"Uh? Apakah terjadi sesuatu?"
"Kita akan pergi bulan madu."
Mendengar itu, Beomgyu seperti patung. Bu—bulan madu? Dia meneguk minumnya dan menatap Taehyun lekat. "Apakah.. kau tak bercanda? Maksudku, mengapa—"
"Ingin saja. Sudah ya, aku nanti telat." Taehyun bergegas menyantap habis sayap miliknya, menaruh di bak cuci dan mencucinya seraya menghindari tatapan penuh penasaran Beomgyu. Namun, namanya bukan Beomgyu kalau tak penasaran. Jadi saja, pria itu mendekat, membuat Taehyun bergegas bergeser dan menatap galak. "Mau apa?"
"Aku tak salah dengar, kan? Tae?"
"Tidak, kok. Mau aku batalkan, nih?" sahutnya.
Beomgyu menggeleng cepat. "Jangan, dong, Sayang." Dia langsung tersenyum, kemudian memeluk Taehyun dari samping. Taehyun memprotes namun bergeming. Sementara Beomgyu mengecup pipi Taehyun manja. "Apakah semalam terjadi sesuatu sampai kau berubah pikiran?"
"Banyak tanya! Aku bilang, aku ingin saja." Taehyun mulai membilas tangannya usai mencuci piring lain yang turut dibawakan Beomgyu barusan. "Memang tidak boleh?"
"Tentu saja boleh! Ini sangat bagus." Beomgyu mengecup lagi pipi Taehyun hingga Taehyun merasa pipinya merona.
*
*
Namju memenuhi janjinya; mengamodokasi tiket pesawat, hotel dan lainnya. Serius, mengapa ada orang sebaik itu? Namun dipikir lagi, Taehyun merasa mungkin itu cara Namju agar hubungannya dan Beomgyu tetap terjalin. Apalagi dengan ketegangan yang berlangsung yaitu menyangkut Sonna, yang seriuslah, meski sudah jadi masa lalu tetap menjadi satu bahasan yang cukup mengganjal di tengah keduanya, dengan hadiah ini mereka cukup yah akrab.
Namju memastikan semuanya siap sampai keberangkatan. Taehyun sudah pamit pada orang tuanya dan orang tua Beomgyu. Ibu Beomgyu bahkan menginap dahulu selama dua hari agar memastikan semua perlengkapan untuk pergi itu diangkut tanpa ada yang tertinggal. "selama di sana jangan sampai sakit. Ada vitamin dan yang lainnya," katanya dengan senyum.
Taehyun bersyukur punya mertua seperhatian itu. Ibu dan ayahnya pun turut memberikan nasihat agar mereka saling menjaga dan Beomgyu langsung menyanggupi dengan percaya diri. Ayah Beomgyu juga mengatakan bahwa mereka jangan sampai terpisah dan tetap berkomunikasi dengan keluarga di sini.
Yah, sekitar dua sampai tiga minggu mereka akan berada di Swiss. Jauh dari semuanya. Jauh dari rutinitas. Jauh dari kepenatan. Taehyun turut lega ternyata dia bisa lepas sejenak dari himpitan tugas dan yang lainnya. Begitupun Beomgyu. Raut bahagia terus terpancar di wajah tampannya.
Beomgyu tak berhenti bersenandung sewaktu memasukkan muatan mereka ke bahagi taksi. Setelah beres, mereka pun mengunci rumah. Yang lain sudah berpamitan tadi pagi. "Beres? Siap berangkat?"
"Siap!"
Di dalam taksi tersebut, Beomgyu terus menggenggam tangan Taehyun dan bercerita soal liburan terakhirnya. "Aku jarang ke luar negeri. Terakhir kali mungkin waktu aku masih studi S1 dan itu tak begitu berkesan. Sekarang aku sudah bersuami dan bersamamu. Aku sangat senang." Beomgyu dengan nada seceria itu cukup membuat Taehyun ikut senang.
"Aku juga jarang ke luar negeri."
"Sekarang kita berbulan madu," ujarnya genit, kemudian menyenggol bahu Taehyun.
"Dasar genit!" Kekehan keduanya terdengar. Taehyun memperhatikan wajah Beomgyu dari samping, kemudian tersenyum. Hyung, kau tampan setiap kali tertawa.
"Nanti.." Beomgyu terdiam kala menyadari Taehyun rupanya sudah menancapkan perhatian sejak tadi padanya. Ia balas tersenyum miring. "Memandangiku terus, eh?"
"Hm, tidak kok!"
"Mengaku saja, Sayang," sahut Beomgyu usil. "Kau boleh miliki aku selama mungkin selama di sana. Pokoknya aku mau kita bersenang-senang dan hm, mungkin, apakah kita akan berhubungan badan—" Taehyun langsung membekap mulut Beomgyu dengan satu tangan lantas melotot. "Um?"
"Jangan berpikiran sejauh itu!"
Beomgyu melepaskan tangan Taehyun dari mulutnya. Ia cemberut begitu lucu. "Mengapa? Kau tidak tergoda?"
"Tidak! Aku tak mau tidur denganmu! Kau nanti makin manja!"
Beomgyu hendak memprotes, namun Taehyun menjulurkan lidah tanda meledek kemudian fokus melihat gedung-gedung sepanjang perjalanan. Taehyun melirik kecil Beomgyu yang masih cemberut. "Kecuali kalau kau cukup romantis."
"Eh?"
"Ah, tidak, deh! Nanti kau macam-macam!" pekik Taehyun, kemudian memalingkan wajah. Debaran di jantungnya tak terkendali, sedangkan Beomgyu kembali membungkus tangan kecilnya dalam genggaman amat erat.
"Aku sangat romantis, Tae. Percayalah," bisik Beomgyu mengantarkan gelitikan aneh di sepanjang tengkuk sampai merambati pipi Taehyun.
"Hm, jangan coba-coba!"
Beomgyu mengerling singkat sewaktu Taehyun menoleh lagi. Ratusan rencana sepertinya tersusun di kepala pria mesum tersebut. Huh! Dasar! Tak bisa lengah sedikit saja!
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
MORNING, GYU! | beomtae ✔
Fanfic(SEQUEL of Peek A Gyu!) Kang Taehyun tidak berencana menikah muda. Ingin fokus kuliah dan bekerja di perusahaan besar, Taehyun belum mau mengikat diri dengan seseorang. Namun, Beomgyu, si tunangannya yang cerewet, terus mendesak Taehyun agar mereka...