/
CHAPTER TUJUH
"Eh, terima kasih."
Jiyo tersenyum dan mengangguk sewaktu membantu Taehyun membawa beberapa buku tebal yang diminta profesor mereka dari ruangannya. Jiyo berjalan di sisinya, masih terlihat berseri-seri. "Jadi, apakah kau sudah punya kelompok untuk tugas Sejarah Inggris? Aku belum bergabung dengan siapa pun."
"Ah, begitu. Kebetulan aku juga belom," jawab Taehyun. Jiyo agak berbeda dari teman sekelasnya. Jiyo cukup perhatian dan dia sangat ramah! Sekali dua kali Taehyun pikir, pemuda itu membantunya, seperti sekarang. Kadang juga mengajaknya mengobrol. Mereka bisa dibilang sudah berteman dekat sekarang. Namun terkadang, Jiyo masih memperhatikan cincin di jemari Taehyun, agak membuat Taehyun kikuk.
Setibanya di kelas, mereka menaruhnya di meja dosen. Setelah itu, Taehyun menempati satu kursi, diikuti Jiyo.
"Kau boleh keluar sehabis kuliah?"
"Ke mana?"
"Dekat sini saja. Mau ke restoran yang sedang ramai? Katanya makanannya lezat, kau suka apa?" tanya Jiyo lagi.
"Hm, entahlah. Aku tanya suamiku dahulu," kata Taehyun pelan. Tak berapa lama, profesor mereka masuk dan menyapa para mahasiswa yang juga sudah menunggu. Taehyun melirik Jiyo sebentar dan mulai meraih iPad miliknya.
*
*
Lima menit terakhir, Beomgyu terus mengganggunya. Jari panjang Beomgyu menekan-nekan sisi pipi Taehyun, sementara si empunya tengah sibuk dengan beberapa kertas. "Hyung!" katanya, mulai jengah. Dia memelotot, namun Beomgyu masih usil; menganggunya.
"Aku bosan. Semua tugasnya, bahkan e-mail yang harus kubalas nanti pun sudah kukerjakan." Beomgyu menggeser duduknya di atas karpet, kembali menekan-nekan pipi Taehyun yang terasa kenyal. Skinship masih terbilang jarang, tapi serius, Beomgyu sangat suka dengan kulit Taehyun yang lembut bagaikan bayi itu. Beomgyu tersenyum, melihat Taehyun masih melotot galak. Binar matanya seperti akan mencincang Beomgyu. Dan itu bagus! Taehyun memperhatikannya, padahal biasanya Taehyun cuek bebek.
"Hyung! Aku masih sibuk!"
"Yak! Kerjakan saja. Aku cuma duduk."
Taehyun cepat menangkap jari Beomgyu yang hendak menekan pipinya, seolah pipinya adalah adonan kue yang mengembang. "Kau mau aku pukul, ya?" Beomgyu langsung mengerjap di tempat. Uh, terakhir kali Taehyun berkata begitu, Beomgyu berakhir digigit di pergelangan tangan, sampai beberapa rekannya berpikir dia sudah memelihara kucing di rumah.
"Pak Gyu, kok bentuknya seperti gigi kucing?"
"Pak Gyu, kau baik-baik saja?"
Yah, kucing besar ini dalangnya! Beomgyu meringis, kemudian bertahan yakni duduk bersila di dekat Taehyun. "Kau belum mau bulan madu? Enak, lho. Tak ada tugas kuliah, tak ada notifikasi tugas, dan tidak perlu ke kampus!" Wajah Beomgyu terlihat semringah. "Dan paling penting, kau bersama orang tampan sedunia—aku. Hehe." Tawanya terdengar jelas.
"Tidak, ah!" katanya setengah merajuk. "Kau menyebalkan."
"Apa yang menyebalkan? Hei, di mana lagi kau dapat suami setampan, sepintar, sekeren, bahkan sehebat aku? Hah? Aku bahkan sangat sayang padamu." Beomgyu curi-curi kesempatan dengan mengusap-usap kepala Taehyun, begitu sayang. "Aku juga... ckck sangat dewasa."
"Oh ya?" Taehyun menatap, berkilat-kilat. "Menurutku, kau cuma tua!"
"Yak!" pekik Beomgyu. Dia bergeser, matanya terpancang pada Taehyun. "Aku tidak setua itu, tahu! Jangan membuatku merasa aku setua kakekmu, Kang Taehyun."
KAMU SEDANG MEMBACA
MORNING, GYU! | beomtae ✔
Fanfiction(SEQUEL of Peek A Gyu!) Kang Taehyun tidak berencana menikah muda. Ingin fokus kuliah dan bekerja di perusahaan besar, Taehyun belum mau mengikat diri dengan seseorang. Namun, Beomgyu, si tunangannya yang cerewet, terus mendesak Taehyun agar mereka...