/
CHAPTER DELAPAN BELAS
"Kami akan mengabari kalian secepatnya jika ada perkembangan." Pak polisi muda itu tersenyum dan mempersilakan Beomgyu serta Taehyun beranjak dari kantor polisi itu. Malam ini agak dingin, jadi Beomgyu menggendong Ryu yang dibalut berlapis-lapis pakaian. Sepertinya bayi itu tak serewel sore tadi meski terlihat terus berusaha mengapai-gapai wajahnya terus membuat suara memekik seperti "oh!" atau "engg!" kemudian nadanya seperti hendak menangis.
Beomgyu berjalan bersisian dengan Taehyun. Di dekat mobil mereka, Taehyun membantu membukakan pintu untuk Beomgyu. "Trims."
"Ya."
Setelah berhasil duduk di balik kemudi, Taehyun mengenakan sabuk pengamannya seperti Beomgyu, kemudian menoleh kecil. "Jadi dia akan bersama kita?" Si Makhluk Kecil Ini?! Taehyun ingin menyuarakan sebutannya pada Beomgyu: "Kecil-Kecil Berisik" atau "Bayi Rewel Sedunia" tapi tak tega. Jadi dia berusaha sabar sekarang.
"Ya, begitulah. Kuharap dia bisa nyaman dengan kita."
"Ya, dan kuharap aku bisa lebih menerimanya." Jujur saja, Taehyun masih menjaga jarak dari si bayi. Bukan apa-apa, ini masih sangat baru untuknya. Menemukan bayi telantar, mengurusnya, bahkan hidup berdampingan dengan satu anggota baru di keluarga kecil mereka yang sebelumnya amat sepi karena hanya ada dirinya dan Gyu.
Taehyun mengarahkan mobil mereka keluar dari area parkir kantor polisi, lantas menuju jalan raya yang padat malam ini. Taehyun sesekali menoleh ke arah Beomgyu, namun melirik Ryu yang masih nyaman di gendongan Beomgyu. Untung saja mereka tak lama tadi, Taehyun bertaruh jika terlambat setengah jam saja, Ryu pasti mengamuk dan menangis kencang di kantor polisi.
"Dia sepertinya kedinginan," ujar Beomgyu kemudian mengambil selimut di kursi belakang dan menyampirkan di punggung mungil Ryu. Gendongan itu memuat Ryu terus menatap ke dalam mata Beomgyu, membuat Beomgyu tersenyum cerah. "Hai, Manis."
"Kau jadi makin aktif bicara juga, Hyung."
"Uh, anak manis anak manis. Anak ganteng anak ganteng..." Beomgyu membuat suara seimut mungkin dan mengecup sepasang pipi Ryu gemas. Beomgyu terlihat tak lelah seharian ini, dan Taehyun bertanya-tanya apakah besok pun demikian. Berani beratuh, dia juga akan lelah dengan bayi itu.
*
*
Beomgyu izin mandi sebentar. Usai mengganti pakaian Ryu dengan pakaian bersih dan lebih hangat, dia undur diri dari hadapan Taehyun yang diminta menjaga Ryu di kamar. "Hanya dua puluh menit, kok." Beomgyu mengedip seraya melesat keluar kamar Ryu.
Taehyun menatap bayi yang berada di boks itu dan balas menatapnya. "Apa kau lihat-lihat? Yah, kita terjebak bersama, Ryu. Sekarang tetap tenang dan tunggu Hyungie kembali. Paham?"
Ryu menggerakan kepalan tangannya ke udara, kemudian membuat suara tergelak khas bayi. Lucu, dih. Tapi Taehyun masih enggan menyentuhnya. Salah-salah yang ada Ryu mengamuk lagi. Taehyun paling malas jika Ryu dalam mode cengeng begitu.
"Dengar, anak manis harus tetap nyaman di situ, ya." Taehyun menirukan suara Beomgyu tiap kali menyebut Ryu sebagai "si anak manis" entah apa yang Beomgyu upayakan sampai keduanya jadi lebih akrab sekarang. Ryu sudah bergantung penuh pada Beomgyu sebelum Taehyun sempat sadari. Yah, pemegang takhta tertinggi di rumah ini sepertinya Ryu dibanding Taehyun (padahal sebelumnya Beomgyu hanya memperhatikan Taehyun!).
Beberapa menit menggantung begitu saja. Ryu punya bola mata lebar yang terang dan jernih. Dia tak henti menatap Taehyun seolah hendak mengatakan sesuatu tapi memang bayi, jadi Ryu hanya membuat suara-suara pelan kemudian menggerakkan tangan dan menendang-nendang udara dengan kaki-kaki mungil yang sudah berkaus kaki hangat itu.
"Apa? Dengar... aku masih tak mau menerimamu, tapi ya sudah. Beomgyu Hyung bilang kami harus menjagamu karena kau sendirian. Tapi ya, aku berharap orang tuamu datang. Jadi selama ini, mari bekerja sama dan jangan menyusahkan, oke?" Taehyun tersenyum dan coba mengulurkan tangannya. Baru kali ini dia begitu gugup, sampai bibirnya terasa kaku. Namun, Taehyun berhasil menggoyang-goyangkan kepalan tangan Ryu, kemudian tersenyum lagi.
Begini rasanya di dekat bayi mungil.
"Oke, cukup bermanis-manisnya. Pokoknya kalau mau menangis, aku takkan mau bicara denganmu."
"Tae, aku kembali."
Taehyun menoleh dan Beomgyu berjalan cepat seraya mengeringkan rambut dengan handuk. "Kalian sedang bicara? Pembicaraan bayi dengan bayi?" Taehyun berdecak. "Kau terlihat selucu bayi juga, Tae."
"Berhenti menggoda!"
Beomgyu terkekeh, kemudian menunduk untuk melihat Ryu. "Sepertinya dia mulai mengantuk." Sewaktu Beomgyu mengusap pipi gembulnya, Ryu seperti akan menguap, kemudian memejamkan matanya. "Tae, tolong ambilkan gendongan." Taehyun mengangguk dan menyerahkan dengan gesit. Tak lama, Beomgyu pun berhasil menimang-nimang Ryu. Pemandangan itu tak luput dari tatapan Taehyun.
Kalau begini, aku bisa-bisa makin jatuh cinta padanya.
Terlepas dari banyak kekacuan yang terjadi, Taehyun menemukan pemandangan itu cukup menyentuh hatinya. Dia tersenyum samar sewaktu Beomgyu telaten menggendong Ryu, meninabobokan Ryu, kemudian tersenyum. Sisi Beomgyu yang seperti ini belum pernah Taehyun lihat, dan dirinya setengah bersyukur karena kehadiran Ryu sekarang.
"Mau coba gendong juga?"
"Ti—tidak, trims," sahut Taehyun nampak enggan. "Aku nggak cocok gendong bayi."
"Cocoknya menemani aku di kamar, kan?"
Taehyun mendengus dan mencubit sisi pinggang Beomgyu yang disambut kekehan pria itu. "Hyung, kau sangat menyukai anak kecil, ya?"
Beomgyu melipat bibirnya dan menoleh "Aku juga baru tahu. Menurutku mereka seperti malaikat."
"Kau terlihat senang sekali Ryu di sini."
"Sejujurnya, dia memberikanku suntikan penyemangat. Aku jadi lebih gesit bangun pagi karena aku mau melihatnya, aku mau melakukan banyak hal agar dia baik-baik saja. Kupikir aku jadi punya semangat hidup yang solid."
Taehyun mencerna kalimat itu perlahan. Semangat hidup. Taehyun tak paham betul apa maksud Beomgyu tapi ya sudah dia jadi ikut senang jika Beomgyu senang.
"Hyung, kau sangat ... sangat baik."
"Ah, ini bukan apa-apa. Jika seseorang berada di posisi kita yaitu menemukan bayi telantar, mereka pasti akan melakukan hal yang sama." Beomgyu menatap Ryu. "Aku hanya melakukan tugas yang seharusnya."
Taehyun sulit berkata-kata lagi. Matanya seolah berkaca-kaca sedangkan dadanya berdebar. Aku menikahi orang dengan hati setulus ini. Tuhan pasti sangat menyayangiku karena mempertemukanku dengan orang sebaik Beomgyu Hyung. Taehyun menahan dirinya agar tak menangis haru sekarang. Entahlah, akhir-akhir ini dia jadi punya suasana hati yang ekstrem. Kesal-marah-namun mudah terpancing agar menangis begini. Ah, Taehyun masih punya gengsi, mana mungkin menangis sekarang? Beomgyu pun pasti akan mengoloknya.
"Hyung, pilih satu, ya. Mau peluk atau cium?"
"Hah?"
"Cepat pilih saja. Sebelum aku berubah pikiran."
"Pe—peluk?"
Taehyun mengangguk paham lantas melebarkan tangan, seraya menaruh kepalanya agar bersandar di sisi bahu Beomgyu. "Ini hadiah karena kau bekerja sangat keras menjaga Ryu. Kau yang terbaik, Hyung."
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
MORNING, GYU! | beomtae ✔
Fanfiction(SEQUEL of Peek A Gyu!) Kang Taehyun tidak berencana menikah muda. Ingin fokus kuliah dan bekerja di perusahaan besar, Taehyun belum mau mengikat diri dengan seseorang. Namun, Beomgyu, si tunangannya yang cerewet, terus mendesak Taehyun agar mereka...