MORNING, GYU! - 9

640 130 5
                                    

/

CHAPTER SEMBILAN

Dalam perjalanan, tak ada yang membuka mulut.

Dua jam lalu, Byeongho sudah datang di rumah mereka dan menjelaskan. Wajah pria itu tertunduk menyesal dan dia berusaha menjelaskan sedetail mungkin bahwa semuanya salah paham. Beomgyu agak terbawa emosi, namun dia membiarkan pria itu menjelaskan sampai Taehyun paham. Setelah mengucapkan kata maaf setidaknya dua puluh lima kali! Barulah, Byeongho pamit. Si Tuan B itu tidak sadar ada bencana apa yang timbul karena ulahnya. Jelas, Taehyun masih terlalu kesal sekarang dan kaget. Semuanya terjadi begitu saja.

"Hyung, kalau benar kau selingkuh atau seperti Tuan B... kau tahu akan berakhir di mana." Dengan ujung bibir, Taehyun menunjuk satu set pisau dapur yang terlihat baru. Beomgyu sontak meneguk ludahnya dalam. "Aku akan memotong milikmu sampai tak bersisa."

Itu adalah ancaman paling mengerikan yang pernah Beomgyu dengar. Seumur hidup. Itu keluar dari bibir suaminya sendiri, tanpa ragu, tanpa terlihat gentar, dan Taehyun adalah manusia paling Beomgyu takuti sekarang—membayangkan Taehyun mendekatinya dengan satu pisau daging cukup membuat jantung Beomgyu hampir melorot ke lantai.

Masa belum juga merasakan indahnya bulan madu, sudah hendak dipotong sampai habis! Oleh Taehyun pula! Tanpa belas kasih!

Beomgyu fokus menyetir, meski dia masih berkeringat dingin. Sesekali dia melirik ke kursi sebelahnya dan mendapati Taehyun sibuk dengan radio, sesekali dia mengerang bosan, dan kembali mencari saluran yang menurutnya cukup seru.

"Taehyun, semuanya sudah... clear, kan? Maksudku, semuanya hanya salah paham. Soal Hee dan hotel atau apa pun yang menganggu pikiranmu," kata Beomgyu memberikan diri. Nyalinya sudah di ujung kuku, tak terasa lagi kala Taehyun menoleh. Sepasang matanya yang tajam bak kucing itu langsung membidik Beomgyu. "Ya? Sayang? Kau tidak marah?"

"Hm."

"Syukurlah," kata Beomgyu seraya tersenyum. "Aku cukup lega."

"Tapi aku serius." Ia melipat tangan di depan dada. "Kalau kau berani berbuat seperti yang temanmu lakukan—menyewa penari striptease dan sebagainya di hotel secara diam-diam—kau akan habis di tanganku." Taehyun tidak main-main.

*

*

Gaeun menyambut mereka. Seulas senyum menghiasi bibir Gaeun begitu awet. Tak pernah dia merasa merindukan Taehyun sampai seperti ini. Baru melihat mobil mereka saja, Gaeun sudah berlari mendekati mobil yang baru berhenti. "Adikku!" katanya, kemudian Taehyun keluar. Gaeun pun melirik kursi sebelah, tempat Beomgyu berada. "Hai, Pak Gyu! Ayo masuk!"

Taehyun berjalan dengan Gaeun mengamit lengannya, seraya bercerita soal rumah. Termasuk renovasi dadakan ide ayahnya. "Katanya dia ingin membuat kamar tamu di lantai dua, tapi serius, siapa sih tamu selain kalian? Toh kalian tidak butuh kamar terpisah."

"Benar."

Beomgyu membongkar bagasi dahulu untuk mengeluarkan sejumlah bahan makanan untuk dimasak, termasuk untuk nanti malam yaitu pesta barbekyu di taman belakang. Beomgyu menutup bagasi, seraya menyusul masuk ke dalam rumah. Pulang ke rumah Taehyun selalu membuatnya senang. Apalagi mertuanya pun menyambut hangat.

"Gyu, kau terlihat sehat sekali."

"Bu, kau juga makin cantik." Beomgyu tersenyum. Tak lama dia melihat ayah Taehyun turun dari tangga dan mendekapnya. Beomgyu memandangi pria itu. "Ayah, kau juga terlihat menakjubkan."

"Astaga, bisa saja," kekehnya. Akhirnya, dia mengajak Beomgyu untuk duduk dan mengobrol bersamanya. Sementara itu, Beomgyu sempat melihat Gaeun dan Taehyun masih mengobrol seru di dekat dapur, namun mereka naik ke lantai atas. Taehyun tak melihat ke arah Beomgyu sama sekali.

Dia benar-benar tidak marah, kan?

Beomgyu melihat ekspresi datar Taehyun waktu mereka dekat rumah. Taehyun tak mengatakan apa pun lagi, seolah sengaja mengunci mulutnya. Beomgyu tersentak waktu ibu Taehyun menepuk bahunya. Beliiau menarik senyum.

"Jadi bagaimana kampus? Semuanya baik? Di rumah semuanya baik? Taehyunie tidak menyusahkan atau membuat masalah atau semacamnya? Jujur saja, Ibu ingin menengok kalian, sangat. Tapi ada urusan di sini."

"Hm, semua sangat baik, Bu. Tak apa, kami juga akan mampir lebih sering."

Ayah Taehyun mengangguk. "Tapi kalian juga harus menghabiskan waktu bersama. Baru menikah saja sudah siabuk dengan kampus." Ayah Taehyun melirik istrinya. "Taehyunie bahkan cerita pada Gaeun katanya dia giat belajar untuk semester ini tanpa pernah ada jeda. Maksudku, nanti dia sakit. Dia juga harus mengurus rumah bersama Beomgyu, kan."

Beliau mengangguk. Ia memandangi menantunya. "Gyu, tolong ingatkan Taehyunie kalau dia belajar terlalu keras. Terkadang dia jadi tak kenal waktu, dan sakit."

"Tentu saja, Bu, Yah. Jangan khawatir."

Beomgyu mulai dipandu menuju taman belakang. Keduanya menjelaskan baru memasang atap teras jadi lebih luas. Ibu Taehyun bahkan membeli kursi-kursi santai baru. "Aku senang kalian datang. Jadi aku siapkan semuanya sesempurna mungkin," katanya. Melihat antusias ibu Taehyun, Beomgyu mau tak mau jadi ingat ibunya. Terakhir kali mereka menelepon dua hari lalu dan ibu cerita dia masih gesit senam sampai dia akan ditunjuk jdi ketua. Serta, beliau juga sedang senang berlatih renang. Astaga, ibunya sangat gesit akhir-akhir ini.

*

*

Beomgyu masuk ke kamar. Masih ada waktu satu jam lagi sebelum mereka turun. Matahari sudah tergelincir dan ayah Taehyun sudah memanasi pemanggang. Gaeun dan ibu Taehyun sibuk di dapur menyiapkan daging dan hidangan lain. Taehyun agak menyingkir karena perlu mandi, begitupun Beomgyu yang terkejut mendapati Taehyun ada di kamar. Padahal dia kira Taehyun ada di taman pula, mungkin membantu ayahnya.

"Hei."

Taehyun mengangkat sedikit wajah. "Ya, Hyung? Aku dengar dari Appa katanya kalia banyak berbicara. Apa yang kalian bicarakan?" tanyanya penasaran. Melihat binar itu, Beomgyu jadi lega. Taehyun mulai bersikap seperti biasa. Syukurlah.

"Hanya beberapa hal termasuk urusan kampus saja. Dia juga bertanya soal ayah dan ibuku."

Taehyun mengangguk. Dia menyerahkan satu handuk yang masih terbungkus ke depan Beomgyu. "Kau mandi lebih dahulu. Aku akan ke bawah sebentar."

"Tunggu."

Taehyun mengeryit dan menjawab "ya?" kemudian menatap Beomgyu.

"Aku menyesal membuatmu merasa kesal. Maksudku, semuanya terjadi begitu saja. Byeongho sudah minta maaf, err, aku juga turut bersalah." Beomgyu menggaruk tengkuknya. Dia balas memandangi Taehyun. "Aku tidak mau membuatmu cemburu begitu."

"Hyung, tak masalah."

Beomgyu menggeleng. "Aku mau kita sama terbuka sekarang. Maksudku, tak ada yang ditutupi. Aku sejujurnya tidak pernah sampai berpikir sejauh itu. Aku tahu batasan dan aku takkan mungkin menyakiti perasaanmu, Tae." Ia memberanikan diri mengenggam tangan Taehyun. Dingin. Beomgyu membungkus tangan mungil Taehyun dengan tangannya yang lebih besar. "Aku akan menjaga perasaanmu."

"Hyung, kau tak perlau berpikiran begitu. Aku baik-baik saja. Maaf juga bersikap berlebihan," katanya. Taehyun pun tersenyum. Satu senyum pertama di hari ini, yang sempat hilang karena insiden di rumah tadi. "Kau tak salah apa pun."

"Aku tetap merasa harus meminta maaf."

Selanjutnya, Taehyun cepat memeluk tubuh Beomgyu. Ia sangat suka menghirup parfum Beomgyu dan merasa hangat karena tubuh Beomgyu. "Aku sadar aku kadang kekanakan, aku akan berusaha lebih baik."

"Tidak, tidak."

"Ya, ya. Aku masih seperti remaja labil. Ckckck, ini kebiasaan yang sulit hilang." Taehyun mendekap Beomgyu lebih erat. "Mohon bersabar denganku." Beomgyu otomatis menarik wajahnya, kemudian mengusap pipi Taehyun lembut. Taehyun sangat cantik dari jarak sedekat ini. Beomgyu terus merasa beruntung menjadi pria yang dipercayai untuk menjaga Taehyun seumur hidup, sepanjang dia bernapas, dan sepanjang mereka bersama.

"Tae."

"Ya?"

"Aku mencintaimu."

[]

MORNING, GYU! | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang