PAPA GYU!

677 77 5
                                    

/

PAPA GYU!

"Telurnya jelek! Jelek banget!"

Taehyun menangkap suara merajuk khas anak kecil. Dari arah dekat buffet, dia sengaja membawa dan menaruh kotak bekal berbentuk kepala Doraemon dan tak menyangka suara putranya lah yang pertama dia dengar di dapur itu. Taehyun sontak melirik Beomgyu yang cemberut, memasang wajah masam. Bukan rahasia lagi, Ryu jadi lebih cerewet dan banyak mengomel sekarang. Ryu akan masuk sekolah! Dan dia makin cerewet untuk urusan bekal. Karena katanya, "teman-teman lain" punya kotak bekal yang bagus dan makanan yang terlihat cantik.

Beomgyu menaruh telur mata sapi yang agak gosong itu ke piring saji. "Tapi ini paling keren, mana ada telur seperti ini, Ryu-ya."

"Nggak mau! Jelek, Papa!" teriak bocah itu. Ryu masih setia memasang wajah gusar, kemudian menggigit sepotong rotinya dengan enggan. Memang pertengkaran antara Ryu dan Beomgyu tak pernah terhindarkan apalagi pagi-pagi begini.

Beomgyu melirik Taehyun. "Aku payah, ya?"

"Kita coba lagi, ya? Ini biar aku yang makan," kata pemuda itu, kemudian menggeser piring tadi untuknya. Dia menyentuh pipi Ryu lembut. "Nanti Papa buat yang baru dan lebih keren. Ryu jangan ngambek."

"Hm.."

Akhirnya, Beomgyu mulai menuangkan minyak ke wajan panas itu lagi, menghela napas dan mulai berdoa singkat. Telur mata sapi! Ayo telur mata sapi! Sepertinya dia lebih serius menyiapkan bekal Ryu daripada mengurus apa pun. Beomgyu komat-kamit, mulai memecahkan satu telur di tangannya ke ujung meja, kemudian mulai bersiap untuk membuka cangkang telur itu tepat di atas wajan. Beomgyu mulai terdiam tegang dan waktu menegangkan tiba; memecah cangkah itu di atas wajan dengan sempurna. Beomgyu terlihat cukup serius, alis tebalnya mengerut penuh antisipasi.

"Wah! Astaga!" Beomgyu mengembuskan napas lega sesaat telur itu terlihat cukup yah nggak jelek banget. Warna kuning dan putih terlihat, kuningnya bulat dan segar berkilau, putihnya terlihat meyakinkan. "Ryu! Lihat! Lihat!"

Anak itu agak mencebik, namun dari ekor matanya jelas dia tertarik. Beomgyu tersenyum puas, kemudian mulai memberikan sedikit garam dan tertawa.

"Papamu ini hebat, tahu!"

Ryu mendecih singkat, sedangkan Taehyun tersenyum kecil di tempatnya. Dia mulai menyendokkan nasi, menaruh sosis yang sudah dihias, kemudian tak lupa sumpit dan sendok untuk Ryu makan bekalnya di sekolah nanti.

*

*

Beomgyu melambai singkat di balik kemudi kala Ryu akhirnya turun, enggan diantar sampai kelas, dan hanya menggendong ranselnya kemudian menggeluyur pergi. "Dadah! Belajar yang pintar, anak papa!"

Di sebelahnya, Taehyun turus memperhatikan dan ikut melambaikan tangan. Untuk ukuran anak yang baru masuk sekolah, Ryu terbilang pemberani dan dia tak segan untuk menyebutkan nama, menyapa, kemudian mengobrol dengan teman-temannya. Di rapat terakhir kemarin, Taehyun mendengarkan dari wali kelas Ryu bahwa selama pelajaran, Ryu lebih aktif daripada teman-temannya dan tak pernah menangis seperti yang lain, ingin selalu didampingi.

"Kurasa dia makin tampan sepertiku," kata Beomgyu akhirnya menyalakan mesin mobil lagi. "Kau akan langsung ke kampus?"

"Hm sebenarnya sore nanti aku ada janji dengan profesorku."

Oh ya, tujuh tahun berlalu. Ryu mulai lebih beranjak menjadi anak pintar dan gesit, Beomgyu masih menjadi dosen namun lebih senior sekarang lebih sibuk dengan beberapa penelitian yang diadakan kampus, dan Taehyun tengah sibuk-sibuknya mengurus tesisnya. Dia sudah pernah cuti sebelumnya, waktu Ryu menginjak usia tiga tahun sampai lima tahun, dan karena desakan Beomgyu, Taehyun kembali berkuliah. Sebenarnya dia senang-senang saja, apalagi bertemu banyak teman. Jiyo pun sering bertemu dengannya mengingat mereka di kampus yang sama lagi.

MORNING, GYU! | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang