MORNING, GYU! - 19

567 95 4
                                    

/

CHAPTER SEMBILAN BELAS

Taehyun masih mengantuk. Mengucek matanya, dia agak terhuyung memasuki kamar sebelah. Benar saja, Beomgyu tengah menenangkan Ryu yang sempat menangis. Astaga, ini bahkan masih pagi-pagi buta. Taehyun terdiam, menunggu. Beomgyu membaringkan Ryu setelah bayi itu berhenti menangis dan kembali tidur.

Ketika berbalik, Beomgyu agak berjengit kaget. "Lho? Kau bangun?"

"Hm, habisnya di ranjang sendirian. Dingin...." Taehyun otomatis mendekap Beomgyu dan mendusel pelan di depan dada Beomgyu. Taehyun tersenyum, matanya agak mengatup terpejam lagi. "Ayo ke kamar lagi, Hyung."

Beomgyu mengecup sisi kepala Taehyun seraya membimbing Taehyun kembali ke kamar mereka. Keduanya naik ke ranjang dan Taehyun masih betah bermanja-manja dengan Beomgyu. Bahkan cenderung posesif sewaktu mengatakan, "Hyung kan punya aku, Hyung harusnya cepat ke kamar kalau beres mengurus Ryu, ya? Nanti aku kesepian sendirian." Taehyun kedinginan, kemudian Beomgyu refleks menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua.

"Oke." Beomgyu tersenyum. Ada rasa menyenangkan tiap kali Taehyun merajuk seolah dia adalah sosok paling penting di hidup Taehyun. Beomgyu jadi berbangga diri bahwa sebagai suami Taehyun ya dia tak payah-payah banget. Apalagi Taehyun jadi semanja sekarang. Beomgyu mengusap rambut Taehyun dengan sayang, dan menarik Taehyun makin menempel.

"Taehyun, mau aku ninabobokan juga tidak? Atau mau peluk saja?"

"Peluk."

Beomgyu mengangguk. "Baik, peluk untuk Tuan Muda yang Manja." Beomgyu mengecup lagi Taehyun; ujung hidung, sudut bibir dan berakhir dahi Taehyun. Mereka sangat cocok berdampingan seperti sekarang. Tubuh Beomgyu menawarkan rasa nyaman, kekar dan besar yang dapat membungkus tubuh Taehyun yang lebih mungil namun cukup tangguh. Beomgyu merasa senang karena Taehyun sangat pas dalam dekapannya, begitu menggemaskan. Apalagi masih dengan mata terkantuk-kantuk dan bibir mengatup terbuka, seolah dia siap tidur lagi.

*

*

Giliran Beomgyu mandi. Kembali, Taehyun menemani Ryu yang beres mandi dan berpakaian lengkap. Oh ya, tadi Taehyun sempat melihat cara Beomgyu memandikan Ryu dengan air hangat. Bayi itu sepertinya tak terganggu dengan air bahkan cenderung senang. Taehyun tadinya hendak membantu, tapi kembali enggan kala melihat Ryu agak aktif di air. Bayi yang tak bisa ditebak. Sekarang dia berbaring di matras yang tebal, kemudian Taehyun duduk menemani.

Taehyun pernah dengar dari ibunya waktu dia bayi dia agak berisik juga, tapi Taehyun tahu pasti tak seberisik si Ryu ini. Meski begitu, Taehyun mulai paham. "Kau sangat nyaman di sini, hm?" Suaranya mulai terdengar, dan Taehyun sengaja menyentuh tangan Ryu. Sebenarnya hatinya mulai tersentuk sewaktu melihat Ryu yang begitu manis bersama Beomgyu. Taehyun masih punya hati, jadi tak tega. Meski di bibir atau di wajah dia terkesan "judes" sebenarnya dia agak peduli. Bahkan berkali-kali menegaskan pada Beomgyu soal kebutuhan Ryu atau ketika Ryu tak nyaman, dia meminta Beomgyu mengecek Ryu agar bayi itu tak hanya berhenti menangis tapi juga merasa nyaman.

"Kau tahu, kau membuat Hyungie banyak senyum sekarang. Jadi, kau harus menjai anak yang baik?"

Bayi itu membuat suara lucu.

Taehyun tersenyum. "Oke, kita bisa berteman, kok. Tapi kau janji jangan membuat susah, ya? Nanti aku akan belajar memberikan susumu dan juga memandikanmu. Tapi pelan-pelan saja." Taehyun tergerak, dia ingin membantu Beomgyu karena sendirian saja agak repot. Dan Beomgyu belum berani memanggil pengasuh karena dia begitu protektif. Jadi Taehyun saja yang tersisa.

"Dengar, Ryu. Aku bukannya galak, aku hanya belum terbiasa. Tapi aku sayang, kok, padamu." Taehyun memandang penuh binar si bayi itu. Taehyun tak pernah punya adik kecil, jadi sekarang dia merasa seolah jadi kakak untuk pertama kali. Rupanya ini yang Gaeun mungkin rasakan waktu aku lahir. Taehyun ingin bersimpuh pada Gaeun yang dengan sabar terus melindunginya dan mengajari Taehyun yang banyak ingin tahu ini pelan-pelan. Taehyun bersyukur dia punya Gaeun yang dapat diandalkan.

"Nanti kalau kau sudah agak besar, aku akan ajari banyak hal juga," kata Taehyun dan mengusap pelan pipi bulat Ryu dengan punggung jari telunjuknya. Lembut. Sangat lembut. Bayi itu melebarkan matanya amat gemas seolah paham saja apa yang Taehyun ucapkan padanya. Taehyun tersenyum.

*

*

Terburu-buru mereka menapaki koridor tersebut sampai akhirnya tiba di meja satu polisi yang mereka sudah kenali. Taehyun duduk duluan dan Beomgyu menyusul sambil menggendong Ryu. "Jadi? Ada info soal orang tua Ryu?" tanya Beomgyu tak sabar.

Tadi sore mereka dapat panggilan mendadak, jadi keduanya cepat melesat kemari. Orang tua Ryu datang ke polisi dan melaporkan anak mereka yang hilang pada kami. Taehyun terus berdebar, cemas entah mengapa. Beomgyu sepertinya cukup tegang sekarang.

"Yah, ini sejumlah berkas menyangkut Ryu." Ada sejumlah salinan akta kelahiran, foto-foto, kemudian Beomgyu meraih foto Ryu yang dicetak seukuran foto kecil. Beomgyu terus menatapnya, lantas mulai memandangi Ryu yang balas menatapnya.

"Mereka akan datang malam ini."

Taehyun menyenggol Beomgyu pelan. "Hyung, Ryu akan bertemu orang tuanya!"

"Ya.." Ada secuil rasa berat yang bersarang di hati Beomgyu tanpa bisa dicegah. Polisi membiarkan keduanya duduk dahulu sedangkan dia perlu mengurus satu hal sebentar bersama rekannya. Beomgyu terlihat sedih.

"Hyung, ini pasti berat..."

"Ya." Beomgyu tersenyum masam. "Tapi kita punya pilihan apa? Toh ini demi Ryu. Dia akan baik-baik saja."

Taehyun agak berbisik. "Tapi bukankah itu aneh? Maksudku? Bagaimana dengan surat yang kita temukan bersama Ryu? Bukankah cukup jelas mereka menelantarkan Ryu begitu saja?" Taehyun agak geram. "Maksudku, apa-apaan mereka itu? Sekarang mereka menyesal?" Taehyun mulai menahan nada bicaranya karena tak enak bicara keras-keras di sini. Beomgyu masih diam.

Taehyun beralih menatap Ryu. Tak dipungkiri meski dia tak sedekat itu dengan Ryu, tapi rasanya agak berbeda menyadari bahwa Ryu akan pergi dari hadapan mereka. "Aku pikir kita harus memastikannya sendiri apakah mereka orang tua Ryu atau bukan."

"Tapi buktinya jelas, Tae."

"Mungkin. Tapi aku pokoknya mau bertemu mereka dahulu!"

Polisi muda itu muncul dan duduk. Satu cup kopi ditaruh di dekatnya. "Nah, apakah ada pertanyaan?" Taehyun cepat menyahut di kursinya. Polisi itu agak terkejut dengan reaksi Taehyun, padahal terlihat sebelumnya Taehyun tak begitu tertarik.

"Apakah kami bisa menemui dan bicara dengan mereka juga? Bagaimanapun, aku punya pertanyaan khusus pada mereka. Kau tahu, Ryu sudah bersama kami selama beberapa waktu dan aku juga minta kau membiarkan kami menghabiskan beberapa jam bersamanya dahulu."

"Baik, aku akan mengabari mereka dan mengabari kalian soal jam pertemuannya."

Taehyun mengangguk lantas bangkit. "Ayo, Hyung. Kita pulang."

Beomgyu cepat bangkit mengikuti Taehyun, membungkuk seraya menggumamkan ucapan terima kasih. Ryu masih betah dan terus tenang bersamanya. Beomgyu merasa langkah kakinya jadi lebih berat sekarang. Meskipun dia ingin egois untuk tetap bersama Ryu, tapi jika orang tuanya ingin Ryu kembali apa boleh buat? Beomgyu menatap Ryu sekali lagi. Hatinya tercubit.

"Ryu, kau akan pulang pada orang tuamu."

"Hyung, apakah kira-kira mereka bisa berikan alasan yang logis? Ini anak manusia, lho. Masa dibuang di depan gerbang rumah orang lain! Bahkan mereka juga tak mengenal kita! Dan apakah mereka tahu kita tak ada di rumah di waktu-waktu tertentu? Untung saja kita sudah pulang dari Swiss, coba kalau belum? Bisa mati membeku Ryu di depan gerbang tanpa ada yang tahu! Itu tak dapat dibenarkan!" celoteh Taehyun sepanjang jalan menuju mobil mereka di depan kantor polisi itu. Taehyun masih tak habis pikir dan ingin terus mendumel sekarang.

[]

MORNING, GYU! | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang