PROLOG

1.9K 177 18
                                    

/

PROLOG

Gaeun agak memaafkanku. Oke, dia masih sering marah tiap aku curhat soal Beomgyu—menurutnya aku merebut Beomgyu!—tapi sejauh ini, kakakku cukup suportif bahkan dia yang menjelaskan pada orangtuaku pada awalnya mengapa aku dan Beomgyu serumah.

"Kau berutang nyawa padaku."

"Bu—bukannya berutang budi?"

Gaeun menggeleng. "Berutang budi terlalu rendah, kau berutang nyawa! Appa dan Eomma tadinya mau menentang keras ide itu, tapi apa? Aku berjuang keras agar mereka luluh, jadi jelas, kau berutang nyawa padaku. Tolong carikan pacar untukku, yang setampan Pak Gyu, semenarik dan sepintar dia. Oh ya, yang bisa romantis pula seperti Pak Gyu." Pak Gyu, Pak Gyu, Pak Gyu—nama itu terus berdendang di telin Taehyun.

"Um."

"Um apa?"

"Akan aku usahakan, tapi sebenarnya, aku mau berutang nyawa lagi padamu."

Sontak kakakku melebarkan matanya. Jika dilihat-lihat, kami makin mirip saja—sama-sama punya mata bulat lucu yang terus aktif—Gaeun mulai membuka mulutnya, makin mirip kucing yang penasaran. "Apa lagi ini?"

"Aku dan Beomgyu akan menikah. Dua bulan lagi," sahutku.

.

.

THE DAY

Oh yeah, sekarang semua orang jadi tahu siapa pemeran utamanya.

Taehyun merasa gugup bukan main. Bukan saja dia akan tampil rapi, tampan dan wangi—padahal ke kampus pun jarang mandi!—tapi juga dia akan lihat Beomgyu tampil, rapi, tampan dan wangi, jelas menggodanya untuk mendekat. Oke, tidak boleh, mereka harus menunggu sampai di gereja nanti.

"Um, boleh minta caramel macchiato?" tanyanya pada ibunya.

"Taehyun, kau sudah sudah minta itu berapa kali? Jangan berlebihan, Nak," kata ibunya khawatir. Beliau jadi manusia superribet setelah tahu anak bungsunya akan melangkah ke altar. Jelas, dia juga jadi serba cemas. "Jangan minum terus, ya? Nanti kau sulit tidur padahal besok pagi harus datang tepat waktu."

Taehyun pun mengangguk. Bukan hanya dia saja yang gugup, semua anggota keluarganya juga. Bahkan keluarga jauh pun datang demi menyaksikan hari bersejarah itu.

Taehyun biasanya jarang gugup, dan jarang bertemu mereka. Hari ini jadi lebih ramai dan ... yah, makin gugup saja. Bagaimana kalau tiba-tiba dia pusing? Bagaimana kalau dia mendadak mau muntah sewaktu mereka bertemu di hadapan pendeta? Taehyun belum mau membayangkannya.

Heh, bandit kecil! Tidur yang nyenyak supaya besok bisa lebih segar! Pesan Beomgyu tidak romantis sama sekali. Justru terkesan mengoloknya, apalagi yah, bulan lalu saat berbelanja kebutuhan pernikahan, Taehyun memang mengeruk dalam tabungan Beomgyu. Jadi sebutan "Bandit Kecil" makin awet saja tiap harinya.

Berisik kau, Pak Tua. Urus saja punggung lemahmu itu dan tidur yang cukup juga!

Heh! Sekali lagi kau panggil aku Pak Tua, kau akan rasakan akibatnya.

Taehyun mengulum senyum, sedangkan di sebelahnya Gaeun sudah berdiri penuh selidik. Taehyun terhenyak waktu Gaeun menyenggol lengannya, membuatnya lepas dari ponsel. "Apa?"

"Selamat ya. Aku tidak tahu kau justru menikah lebih cepat daripada aku." Ada nada ketus dalam suaranya. "Dengan Pak Gyu pula!" Wajah gadis itu memerah, agak sebal. "Aku ikut bahagia."

MORNING, GYU! | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang