4. Kia Jadi Teman Hantu Chelse!

350 138 76
                                    

Saat keluar dari gerbang kampus aku menunggu tukang ojek lewat ditemani dengan hantu pengantin ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat keluar dari gerbang kampus aku menunggu tukang ojek lewat ditemani dengan hantu pengantin ini. Tapi tidak perlu menunggu lama tiba-tiba Wira datang menjemputku hingga membuat uangku tidak perlu keluar untuk membayar ojek lagi.

Di dalam mobil Wira
"Siang anak orang," sapa Wira ketika aku masuk ke mobilnya.

"Apaan sih, terus kamu pikir kamu sendiri bukan anak orang?" Kataku yang kesal di ejeknya.

"Iya-iya maaf deh," ucapnya kembali.

"Kak Nala bawa teman ya," ucap Kia menoleh kearah sampingnya, melihat si hantu pengantin itu duduk di dekatnya.

"Emang kamu bawa teman? Mana, suruh ikut kita aja," kata Wira yang membalikkan badan ke arah Kia dan mencari temanku.

"Bukan manusia Wir, dia hantu." Kataku yang membuat Wira terkaget.

"Hahh? Hantu? Tapi kok..?" Ucap Wira yang menatap Kia heran.

"Aku juga enggak tahu sejak kapan Kia bisa liat hal kayak gini, aku pikir cuma aku doang," kataku yang sekiranya menjawab pertanyaan yang belum di ucapkan Wira.

"Kamu udah tahu? Sejak kapan? Kok enggak ngasih tahu aku sih?" Wira yang masih merasa bingung akan kelebihan aneh adiknya yang sama persis denganku.

"Kamu inget enggak waktu kita makan bakso di warung bu Mami? Dia sempat bilang kan kalau ada orang jelek yang manjat pohon? Nah dari situ aku sudah sadar kalau Kia bisa melihat hal serupa dengaku," jawabku membalas pertanyaan Wira.

"Emang yang dia liat apaan Nar?" Ucap Wira yang banyak tanya.

"Pocong, udah ayo jalan, aku mau pulang ada urusan penting nih," jawabku yang langsung menyuruh Wira menghidupkan mobilnya.

Sesampainya aku di rumah, Kia terus saja berbicara dengan hantu pengantin itu.

Di teras rumahku
"Mm kakak olang mana? Kok sepeltinya bukan olang indonesia?" Tanya Kia sambil memegang baju hantu itu.

"Apaan sih, aku ini hantu indonesia tahu, kamu aja yang enggak ngerti. Ini tuh namanya baju pengantin," jawab hantu itu dengan nge-gas.

"Ohh, belalti kakak temannya kak Nala ya?" Ucap Kia yang terus saja memegangi baju si hantu.

"Oh namanya Nala ya? Aku sama dia baru aja jadi teman, soalnya dia bisa lihat aku dan dia juga mau bantu aku," jawab si hantu.

"Bukan Nala, tapi Nala!" Ucap Kia.

"Iya Nala kan?" Kata si hantu dengan bingung.

"Aduh bukan l, tapi l. Kakak Nalaa!!" Kata Kia emosi karena hantu itu mengucapkan namaku dengan salah.

"Ohhh aku paham, maksud kamu Nara?" Tanya si hantu.

"Iya ini balu benel," jawab Kia masuk ke dalam rumahku.

- - -

Wira yang tengah duduk di kursi sofa ruang tamuku mengeluarkan laptopnya dan menyelesaikan beberapa pekerjaan kantornya, sembari aku yang berada di dapur menyiapkan minuman untuk Wira dan Kia.

"Nih minum dulu, ohiya kamu enggak akan titip Kia di aku kan hari ini?" Tanyaku yang sedang menyajikan minuman di atas meja.

"Loh, emangnya kamu ada urusan ya?" Tanya balik Wira yang belum manjawabku.

"Iya, rencananya aku mau pergi, mau bantuin si.." kataku yang terpotong.

"Eh nama kamu siapa?," tanyaku kepada hantu pengantin yang berdiri di dekatku.

"Aku Chelse, nama calon suamiku Hito Akari," jawab hantu Chelse.

"Oh, okey"

"Aku mau keluar bentar, soalnya aku mau bantuin hantu Chelse buat nyari calon suaminya, dia meninggal gara-gara dibunuh dan calon suaminya kira kalau dia itu kabur dari pernikahan," ucapku yang kembali berbicara kepada Wira.

"Oh yaudah deh, nanti aku titip di Om Hasrul sama Tante Rita aja," kata Wira yang lanjut memainkan laptopnya.

"Apa enggak ngerepotin? Kan tante Rita lagi hamil tua," kataku yang ragu menitipkan Kia di sana.

"Enggak apa-apa nanti aku izin dulu, lagi pula Kia juga kan anaknya pintar dan aku enggak akan lama, paling cuma tiga jam abis itu aku jemput lagi," jawab Wira yang masih sibuk dengan laptopnya.

Sembari aku mengobrol dengan Wira, Kia malah sibuk mengobrol dengan hantu Chelse.

"Kenapa bajunya jelek kakak silsi?" Tanya Kia yang belepotan mengucapkan nama hantu Chelse.

"Dia kayaknya enggak bisa ngomong dengan baik ya Nara?" Tanya hantu Chelse.

"Iya, namanya juga anak-anak," jawabku.

"Kak Silsi enggak mau gantu baju? Kak Nala punya banyak baju bagus loh," tawaran Kia.

"Enggak usah, lagi pula bajunya Nara enggak cocok sama aku dia kan manusia," jawab hantu Chelse.

"Ohiya kak Silsi, mau enggak jadi temannya Kia?" Tanya Kia dengan polosnya.

"Teman kamu? Masa aku temenan sama bocah sih," ujar hantu Chelse.

"Yee emangnya kenapa kalau Kia masih kecil, yang penting kan Kia anak baik," kata Kia yang membangga diri.

"Yaudah iya aku mau jadi teman kamu, lagi pula cuma kamu sama Nara doang kan yang bisa liat aku," ucap hantu Chelse merasa senang, karena akhirnya dia tidak sendiri lagi sekarang.

"Yee mau juga kan akhilnya jadi teman Kia," kata Kia yang mengsipitkan matanya.

Berbeda dengan Wira, dia justru malah merasa tidak nyaman melihat aku dan Kia yang mengobrol dengan tembok, ya karena Wira tidak bisa melihat hantu Chelse itu.

"Aku kok ngerasa aneh banget ya liat kamu sama Kia ngobrol sendiri gini," ucap Wira yang membaringkan badannya di sofa.

"Ya mau gimana lagi, nanti juga kamu bakalan terbiasa liat Kia ngobrol kayak gini, apa lagi nanti kalau dia udah besar kayak aku," kataku yang bersenyum manis.

"Mm oh iya kapan kamu mau perginya?" Tanya Wira melihatku.

"Tungguin kamu pergi aja, biar Kia ada temannya dulu," jawabku.

"Yaudah kalau gitu aku selesaikan ini dulu ya," kata Wira yang langsung terbagun dan melanjutkan pekerjaannya.

"Bentar kak Nala mau kemana?" Tanya Kia yang langsung duduk di pangkuanku.

"Ih kepo banget, Nara bentar mau pergi sama aku," jawab hantu Chelse menyerocos.

"Olang Kia tanya Kak Nala wlee," ucap Kia kesal dan mengeluarkan lidahnya.

"Iya, bantar kak Nara mau pergi sama kak Chelse, kamu nanti di rumah om Hasrul jangan nakal-nakal ya jangan ngerepotin tante Rita, kasian soalnya dia udah mau punya dede bayi," kataku menasehati Kia sambil menatap matanya.

Kia pun langsung mengangguk mengerti dengan apa yang aku ucapkan.

"Eh udah nih, kalau gitu kayaknya aku langsung pergi aja ya, soalnya aku mau ke kantor," kata Wira membereskan barang-barangnya.

"Oh yaudah, kamu hati-hati di jalan ya," kataku sambil menurunkan Kia dari pangkuanku.

"Aku pergi dulu ya, bye." Kata Wira langsung memegang tangan Kia.

Sebenarnya Wira sedikit khawatir waktu dia baru saja tahu kalau Kia memiliki kelebihan yang sama denganku, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa mempercayakan Kia kepadaku dan aku tidak akan mengecewakan Wira, aku akan menjaga Kia agar tidak kenapa-kenapa.

• • • • • 🌻Bersambung🌻 • • • • •

Putri IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang