6. Menginap di Rumahku

316 126 68
                                    

Saat malam hari tiba, aku masuk ke dapur dengan niatan memasak sesuatu agar aku bisa makan, ternyata bahan masakanku telah habis dan aku lupa membelinya siang tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat malam hari tiba, aku masuk ke dapur dengan niatan memasak sesuatu agar aku bisa makan, ternyata bahan masakanku telah habis dan aku lupa membelinya siang tadi. Sepertinya malam ini harus keluar lagi ke warung untuk beli mie instan, karena warung terdekat dari rumahku tidak menjual sayuran.

"Hei mau kemana?" Tanya hantu Chelse yang sedang menyisir rambutnya.

"Mau ke warung, kamu di sini saja yah tolong jagain rumahku," kataku langsung bergegas pergi sebelum benar-benar larut malam.

"Huft, padahal niatku memang mau ikut, tapi malah di suruh tinggal di rumahnya sendirian," gumam hantu Chelse.

Sembari berjalan menuju warung aku melihat-lihat dan menikmati pemandangan sejuk di malam hari, rasanya cukup lelah setelah seharian beraktivitas. Warung yang ingin aku kunjungi ini tepat di samping rumah Om Hasrul dan Tante Rita.

~ Di Warung Bang Dadang
"Permisi bang, aku mau beli mie instan," kataku yang tengah berdiri.

"Mau beli berapa bungkus mbak Nara?" Tanya bang Dadang kepadaku.

"5 bungkus mie kuah, 5 bungkus lagi mie goreng," ucapku menjawab pertanyaan itu.

"Baik, ini mbak belanjaannya," kata bang Dadang memberiku kantong plastik berwarna hitam.

"Eh sekalian sama snack deh bang, kerupuk, permen sama wafer biskuit aja," kataku seketika mengingat Kia.

"Ini mbak, saya masukin ke kantongnya yah," kata bang Dadang mengambil uang yang ada di tanganku.

"Makasih ya bang, aku permisi dulu," kataku bembalikkan badan dan berjalan.

Saat berjalan pulang, aku menoleh ke arah rumah om Hasrul dan aku melihat Kia yang sedang bermain dengan tante Rita.

~ Teras Rumah Om Hasrul
"Eh Kia ada di sini ya?" Kataku yang langsung menerobos masuk.

"Iya Nara, tadi sore Wira datang ke sini nitipin Kia," kata tante Rita yang sedang terduduk di kursi dan mengelus perut besarnya.

"Waduh ngerepotin dong tante, kalau misalnya tante kewalahan enggak apa-apa biar Kia pulang ke rumahku saja, soalnya aku juga kan sendiri di rumah," kataku yang tersenyum sedang duduk di teras.

"Iya mau, Kia hali ini belum main sama kakak Nala, Kia juga kangen banget loh sama temen kak Nala, hmm siapa ya namanya Kia lupa," ucap Kia menoleh keatas dan mengerutkan dahinya sedang berpikir.

"Kak Chelse," Kataku membantu ingatan Kia.

"Nah iya benel, kak Silsi yang mukanya jelek," ucap Kia tertawa puas.

"Kia enggak boleh gitu, kok temannya kak Nara dibilang jelek sih," ucap tante Rita yang ikut tertawa kecil.

"Iya soalnya kakak Silsi itu mukanya banyak melah-melah telus bajunya kotol, kan jelek ante," ucap Kia belepotan.

"Oh, itu beneran Nara?" Tanya tante Rita heran.

"Iya tante, tapi Chelse itu bukan manusia. Dia hantu tante," ucapku membuat tante Rita terkejut.

"Aah? Kia juga bisa liat kayak kamu?" Tanya tante Rita lagi.

"Iya tante, aku juga awalnya enggak tahu, tapi pas aku merhatiin dia ngelihat apa yang aku liat aku baru sadar kalau ternyata Kia sama kayak aku. Wira juga udah tahu, pas Kia ngobrol sama Chelse dan dikiranya Wira, Kia ngomong sendiri jadi aku ngasih tahu ke Wira," kataku menjelaskan semuanya.

"Kak Nala ayo pulang! Kia cape main telus!" Ucap Kia mengeluh.

"Eh udah mau pulang?" Tanya tante Rita.

"Iya tante, yaudah Kia ayo pulang sama kak Nara ya. Hmm nanti biar aku yang ngasih tahu Wira kalau Kia ada di rumahku ya tante, aku pulang dulu," kataku tersenyum dan berjalan selangkah demi selangkah sambil menggandeng tangan Kia.

Kembali berjalan pulang, sambil berjalan Kia terus bercerita tentang apa yang terjadi hari ini. Kia menceritakan begitu banyak hal tentang keseruannya di rumah om Hasrul dan tante Rita.

~ Rumahku
"Yeyeye akhilnya kita sampai, huft Kia cape," ucap Kia menghelai nafasnya.

"Lama banget sih Nara, kemana aja?" Tanya hantu Chelse memperlihatkan wajah kesalnya.

"Iya maaf, aku habis ke rumah om hasrul jemput Kia dulu," ucapku menoleh kearah Kia.

Saat di dapur, aku sedang merebus air untuk membuat mie kuah agar dapat kumakan bersama Kia, dan teringat akan Wira langsung saja aku mengirimkannya pesan.

Nara Cantik
Halo Wira Kia ada di rumahku yah,
Dia merengek untuk ikut pas aku lewat di depan rumah om Hasrul.
Jadi nanti kamu jemput di sini

Wira Jelek
Iya bawel, bentar lagi aku pulang
Pasti kamu kan yang ngajak Kia pulang?
Biar aku bisa mampir di rumahmu, yakan?

Nara Cantik
Idih sok tahu banget sih

Wira Jelek
Emang aku tahu yaa hahaha
/Read
Yah di read doang, bales lah
/Read
Hmm pasti ngambek, yaudah aku pulang cepat deh buat kamu hihihi
/Read

Aku begitu malas ketika Wira mengejekku jadi aku tidak membalas pesan dari Wira melainkan hanya di baca saja, setelah memberi kabar ke Wira air yang aku rebus pun telah mendidih dan langsung aku sajikan untuk membuat mie.

~ Ruang Tamu
"Kia!! Ini mienya udah jadi," ucapku memanggil Kia.

"Iya kak Nala, Kia lagi main sama kak Silsi,"

"Ini Kia makan dulu, udah kak Nara buatin mie," ucapku sambil menyajikan piring dan nasi.

"Oke kak Nala,"

Beberapa menit setelah makan, Kia langsung tertidur pulas di atas sofa sambil memeluk bantal guling dari kamarku. Akhirnya Wira pun datang menjemput Kia di tengah malam.

"Assalamualaikum Nar--" ucap Wira terpotong.

"Waalaikumussalam Suttt..," kataku sambil berbisik.

"Diam, Kia lagi tidur kasian dia kayaknya kecapean," lanjutku berbisik.

"Udah lama dia tidurnya?" Tanya Wira mengelus kepala Kia.

"Baru aja, tadi dia abis makan mungkin kekenyangan jadi ketiduran," jawabku menjelaskan.

"Oh yaudah Kia nginep di sini aja ya, kasian dia kalau harus dibangunin, besok pagi-pagi aku jemput dia," kata Wira.

"Oke, tapi kamu bantuin aku gendong Kia ke kamarku yah, takutnya nanti badan Kia jadi sakit kalau tidur di sofa," kataku meminta tolong.

"Oke, bantalnya kamu bawain ya," ucap Wira langsung menggendong Kia.

Setelah menggendong Kia ke kamarku, Wira langsung pamit untuk pulang ke rumahnya. Kia adalah adik kandung Wira, tetapi aku begitu akrab dengan Kia seolah akupun kakak kandungnya.

Saat aku hendak masuk ke kamar, aku melihat penampakan lagi di dapur rumahku, seperti sosok wanita yang beterbangan di daerah dapur. Tapi saat aku memperhatikannya dengan jelas, dia terlihat sedang bermain dan menghibur anak kecil yang sedang digendongnya dengan satu tangan.

Hanya satu tangan karena tangan bagian kanannya terputus dan aku melihat tangannya itu bergeletak di lantai dengan kaki kirinya penuh darah yang ternyata juga terputus dari tubuhnya, aku merasa kematiannya sangat mengerikan. Tiba-tiba dia melihat ke arahku, tapi aku langsung masuk kamar karena tidak ingin kalau dia tahu aku bisa melihatnya.

• • • • • 🌻Bersambung🌻 • • • • •

Putri IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang