14. Herland

191 74 79
                                    

Saat aku sedang berada dalam keadaan yang begitu ketakutan ketika bersembunyi di belakang kelas, tiba-tiba saja ada seorang anak laki-laki yang datang menghampiriku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat aku sedang berada dalam keadaan yang begitu ketakutan ketika bersembunyi di belakang kelas, tiba-tiba saja ada seorang anak laki-laki yang datang menghampiriku. Dia sepertinya seumur denganku, seorang anak SD tetapi dia terlihat seperti orang luar negeri namun dia bisa berbahasa Indonesia.

"Hai, kamu kenapa ketakutan?" tanya anak itu sedang berdiri dan memegang kepalaku.

"A-aku takut soalnya di sana banyak hantu, mukanya seram banget aku enggak kuat liatnya," jawabku yang menutup mata dengan kedua tanganku.

"Udah kamu enggak perlu takut kan ada aku, lagi pula mereka semua udah pergi kamu boleh buka mata sekarang," katanya yang sedang menenangkanku.

Saat aku memberanikan diri untuk perlahan membuka mataku, ternyata benar seluruh hantu seram itu seketika menghilang, entah kenapa ini bisa terjadi.

"Makasih ya kamu udah bantuin aku, tapi kenapa mereka semua bisa hilang?" tanyaku kepada anak laki-laki itu.

"Karena mereka takut sama aku, rumah kamu di mana? Mau aku antar pulang?" ujarnya mengulurkan tangan.

"Nama kamu siapa? Kamu pindahan dari luar negeri ya?" tanyaku menatap ke arahnya.

"Aku Herland, mamaku orang belanda papaku indonesia dan aku sudah tinggal di sini dari dua tahun lalu," katanya.

"Oh salam kenal ya, nama aku Nara dan makasih juga kamu udah tolongin aku," ucapku memegang tangannya.

"Sama-sama,"

Saat Herland ingin mengantarku pulang kami melewati kuburan Belanda, di mana dulunya desa tempat tinggalku adalah kekuasaan orang Belanda dan saat sebuah peperangan terjadi ada banyak orang Belanda yang meninggal sehingga dikuburkan di tempat ini, dari situlah kuburan ini disebut kuburan Belanda isinya juga dipenuhi tanda salib sebagai pertanda kuburan mereka bukanlah orang muslim.

Tapi kami bukan hanya sekedar lewat saja, melainkan Herland juga mengajakku bermain di sana, karena katanya di kuburan Belanda ini sangat sepi dan tidak akan ada hantu seram.

"Kenapa kita ke sini? Bukannya kamu mau antar aku pulang ke rumah?" tanyaku melepaskan pegangan Herland.

"Kita main di sini yuk! Di sini tempatnya bagus enggak akan ada hantu di sini," jawab Herland kembali menarik tanganku.

"Enggak!! Kata ayah di sini banyak hantu, lagi pula aku harus cepat pulang, nanti ayah dengan ibu nyariin aku," kataku tetap menolak ajakan Herland.

"Sebentar aja, aku enggak ada teman main, enggak ada yang mau main sama aku, kamu maukan temenin aku main?!" kata Herland yang membuat hati kecilku luluh.

"Ya udah tapi bentar aja ya, aku enggak bisa lama-lama," ucapku yang kemudian masuk ke dalam kuburan Belanda itu dan bermain bersama Herland.

Dulu hatiku berkata kalau Herland adalah teman yang baik, memang aku benar. Tapi dia baik hanya di mataku saja, tidak di mata orang lain terutama nenek, nenek sangat tidak suka dengan Herland.

Saat hari sudah menjelang sore, kemudian Herland tersadar dan segera mengantarku pulang ke rumah nenek. Tapi saat aku sampai semua orang di rumah menungguku dan begitu mengkhawatirkan aku karena sampai sore aku belum pulang.

"Ayahh!" teriakku memanggil ayah sambil melambaikan tangan.

Nenek yang melihatku kemudian melarang ayah mendekat kepadaku.

"BERHENTI!!!" kata nenek dengan keras.

"Kenapa bu?" tanya ayah heran.

"Jangan dekat-dekat dengan Nara, dia membawa sesuatu yang tidak biasa," jawab nenek membuat semua orang panik.

"Kenapa nek? Nara salah apa?" tanyaku yang bingung dengan ucapan nenek.

"Kamu bawa siapa itu? Kamu harusnya enggak ajak dia pulang ke sini!" tegur nenek.

"Oh ini Herland nek, dia baik banget tadi di sekolah aku di bantuin waktu ada hantu, pulang sekolah aku juga di ajakin main," kataku dengan wajah biasa saja.

"Cepat masuk, dan KAMU! Jangan berani dekat-dekat dengan cucuku," kata nenek menunjuk ke arah Herland.

Aku berjalan masuk ke dalam rumah dan sesekali menoleh ke belakang, aku bingung sebenarnya apa yang terjadi, kenapa nenek bisa semarah itu. Dan tiba-tiba saja aku mendengar sesuatu di telingaku.

"Dasar wanita tua, dia tidak mengerti bahwa aku nyaman jika bersama Nara, kenapa dia malah melarangku untuk dekat dengannya. Sudah lah aku tidak peduli dengan segala perkataan wanita tua ini," suara itu terdengar begitu saja dari telingaku, namun aku tidak tahu dari mana sumber suara itu berasal.

Saat malam aku mengerjakan tugas sekolahku di dalam kamar sendirian sambil merenung, kenapa nenek tidak suka dengan Herland padahal kan Herland orangnya baik, atau ada sifat Herland yang tidak aku ketahui. Entahlah Nara kecil saat itu tidak berpikir begitu panjang sampi kesana, hanya berpikir tentang sekolah dan bermain sepanjang hari.

"Wih lagi ngapain nih adik aku tersayang?" ucap kak Reon duduk di atas kasur.

"Nara lagi bingung kak," kataku memutar arah kursi dan berhadapan dengan kakak.

"Bingung kenapa sih coba cerita," kata kak Reon yang ingin aku berbagi.

"Nara bingung kak, tadi waktu pulang sekolah kan udah sore soalnya Nara abis main sama Herland tapi nenek kayaknya marah dan enggak suka banget sama Herland, nah Nara bingungnya kenapa ya nenek enggak suka Herland, kakak tahu enggak kenapa?" kataku yang kemudian memberi pertanyaan.

"Mm kakak enggak tahu, emang Herland itu siapa? Kok kakak baru denger ya namanya," kata kak Reon yang sepertinya tidak tahu apa-apa.

"Herland itu temen Nara kak, tadi di sekolah Nara liat dan ketemu banyak banget hantu yang mukanya itu seram-seram banget, untung aja ada Herland yang bantuin Nara semua hantu itu pergi karena takut sama Herland, Nara juga suka di dekat Herland soalnya Nara jadi enggak ketemu Hantu lagi," kataku yang sedikit membingungkan.

"Hantu?, tapi kakak enggak tahu sih kenapa nenek bisa enggak suka sama teman kamu itu, maaf ya dek," kata kak Reon yang benar tidak tahu apa-apa.

"Ya udah mendingan sekarang kamu tidur aja ya besok kan sekolah kalau telat kakak enggak akan bangunin kamu lagi loh," lanjut kak Reon dengan pintahnya.

Kemudian aku langsung menaiki kasur, menarik selimut ke atas tubuhku dan memeluk erat bantal guling yang empuk, tidak lupa berdoa agar malam itu aku mendapatkan mimpi yang begitu indah, bukan mimpi buruk yang akan mengganggu malamku.

Aku berharap juga bahwa besok tidak akan ada hantu seram lagi di sekolah, kalau pun ada semoga Herland bisa membantuku lagi agar hantu-hantu seram itu pergi.

Hari itu adalah hari di mana pertama kalinya mata batinku terbuka, dan pertama kalinya aku sadar kalau aku bisa melihat mereka walau umurku masih sangat kecil waktu itu, saat-saat pertama aku melihat mereka memanglah begitu menyeramkan dan sulit bagiku untuk keluar rumah karena aku ketakutan, tapi seiring berjalannya waktu aku mulai terbiasa melihat mereka semua.

• • • • • 🌻Bersambung🌻 • • • • •

Putri IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang