"Hati-hati ya nak, kalau ada waktu lagi jangan lupa liburan ke sini,"
"Iya Nek, Nara janji tapi enggak dalam waktu dekat soalnya Nara jugakan lagi kuliah," kataku sambil mencium tangan Nenek.
"Duh Om sama Tante pasti bakalan kangen lagi nih sama ponakan cantik satu ini," ucap Tante Dina menggodaku.
"Aduh jadi senang dipuji kayak gini,"
"Kia pulang dulu ya Nenek dadah," ucap Kia melambaikan tangannya yang sudah berada di dalam mobil.
"Pamit dulu semuanya," kata Wira.
Akhirnya aku kembali meninggalkan tempat lahirku, aku harap dilain waktu bisa main ke sana lagi.
Sekarang aku akan kembali menjalani hari-hariku seperti biasa, seperti orang polos dan sedang berpura-pura tidak tahu apapun di keramaian, padahal aku dapat melihat segala keramaian itu.
~Di Dalam Mobil
🎤🎤🎤
"Kia mau tamasya belkeliling-keliling kota,"
"Untuk melihat bumi,"
"Bumi yang sangat indah,"
"Indahnya kalena ada,"
"Ada Kia cantik di sini,"
"Lala-lala...-lala-lala-lalala"Sedikit tertawa aku mendengarkan si bocil itu bernyanyi dengan lirik yang lari dari lagu aslinya, namun begitu, lagunya menjadi unik dan lucu ketika dinyanyikan olehnya.
"Kia apaan sih lagunya salah tu," celah Wira yang tengah mengemudi.
"Bialin kak Wila, kan yang nyanyi Kia bukan kak Wila," saut Kia tidak terima.
"Iya, Kia enggak salah kok, kak Wira tuh yang banyak komen, ahahaha," kataku membela sepihak.
Brukkh...
Tiba-tiba putaran roda mobil terhenti dengan alasan yang tidak jelas, padahal mobil Wira sudah diisi bensin dan telah di cek segalanya sebelum kami berangkat dan semuanya aman, namun tiba-tiba saja mobil yang kami tumpangi ini terhenti.
Karena merasa tidak terjadi apa-apa, Wira terus saja menginjakkan kakinya pada pinjakan gas mobil, dan kemudian Wira berkata.
"Kok berat banget ya, rodanya di belakang gerak tapi enggak jalan, malah jadi mengikis tanah," kata Wira berbalik ke arahku.
"Aku juga enggak tau, coba aku cek keluar dulu," kataku membuka pintu secara perlahan.
Langkah kakiku mendekat dengan mobil pada bagian belakang, dan ternyata aku melihat seorang wanita dengan perut besarnya memegangi ban mobil belakang di sebelah kanan, wanita itu seperti kesusahan dengan berat badan yang ditampungnya namun aku menghiraikan itu.
"Astaga, LAGI??" ujar batinku mengeluh dengan apa yang aku lihat saat itu.
"Ada apa Nara?" tanya Wira yang mengeluarkan kepalanya dari jendela dan bertanya.
"Enggak ada apa-apa sih, mungkin ada batu yang nyangkut," kataku mengelak.
Aku tahu apa yang aku lihat bukanlah sesuatu yang bisa aku bagi, jadi biar saja aku sendiri yang lihat.
"Kak Wila, liat deh kenapa ibu itu pegang-pegang mobil kak Wila?" tanya Kia yang juga melihat wanita itu.
"Ibu yang mana? Kak Nara? Masa kak Nara udah jadi ibu-ibu sih," ujar Wira yang mengira Kia bercanda.
"Duh gimana caranya aku pulang ya kalau gini, pasti bakalan lama, aku ajakin ngobrol aja ya. Ah tapi nanti dia malah minta tolong lagi kayak hantu-hantu pada umumnya," batinku yang sedang berpikir.
- -
AUTHOR POV:Capek juga ya jadi Nara, tapi sumpah penasaran rasanya jadi Indigo itu gimana sih?
Bay the way mau nanya, ada anak Indigo gak di sini?
- -"Hey, kamu kenapa mengganggu perjalanan kami sih?" kataku yang terpaksa berbicara kepadanya.
"Kamu bisa lihat aku?" pertanyaan itu lagi, yang selalu kudengarkan tiap kali membuka mulut dan berbicara pada hantu.
"Tolong jangan ganggu kami, kamu bisa pergi sekarang kan?" kataku tidak banyak berbasa basi.
"Tolong Aku!" lagi-lagi kata itu.
Lelah rasanya, tidak ada sehari pun yang indah bagiku. Tiap harinya aku dikelilingi dan mataku tidak berhenti untuk melihat ini semua, kadang aku berharap untuk bisa berhenti menjadi seorang Putri Indigo.
Tapi bagaimana pun juga, ini adalah kelebihanku, tuhan mempercayakan kelebihan ini kepadaku untuk membantu makhluk mati yang belum selesai dengan kehidupan mereka.
Brumm..
Tiba-tiba mobil Wira yang tadinya diam tidak bergerak, seketika melambung jauh dan terhenti dengan kikisan ban mobil di tanah.
"Hey, apa yang kamu lakukan? Itu bisa membuat temanku cekala tau!!" kataku yang langsung berlari melihat kondisi Wira dan Kia.
* * *
"Wir, kamu enggak apa-apa kan?" tanyaku membuka pintu dan segera menggendong Kia.
Kepala Wira begitu parah, dipenuhi darah akibat terbentur dengan stir mobil, sementara Kia yang awalnya duduk di kursi aku dapati dia terjatuh dan kakinya keseleo.
"Kak Nala sakit," ujar Kia yang tengah aku gendong.
"Wira kepala kamu! Aduh enggak ada kendaraan yang lewat lagi," kataku sesekali melihat jalanan.
"Sepi banget sih, gimana nih Wir?" lanjutku dilanda kepanikan.
"Ya iyalah sepi orang ini di kuburan, liat sana, mana ada orang lewat di jalan ini," jawab Wira yang terlihat santai.
"Kayaknya di mobil aku ada kotak P3K deh, coba kamu cek," kata Wira membuatku tenang.
"Eh iya nih ada, aku obatin ya," kataku mempersiapkan obat merah.
"Enggak perlu, kamu obatin kaki Kia aja dulu soalnya itu darahnya kemana-mana, kalau kepalaku mah aku bisa sendiri kok," ucap Wira.
"Ya udah, Kia tahan sedikit ya, agak perih tapi ini juga biar cepat sembuh," imbuhku berharap Kia dapat menahan sakit.
Saat itu Wira dan Kia terlihat santai walau mereka dilumuri banyak darah, sementara aku yang lebih panik dari mereka. Aku tidak tahu apa maksud dari hantu wanita itu, tapi yang pasti aku tidak akan menolongnya jika caranya meminta tolong seperti ini.
Dia bukan hampir tapi sudah mencelakakan orang tersayangku, untung saja Wira dan Kia tidak ada luka yang serius. Aku hanya membersihkan darah pada kaki Kia dan memberinya sedikit pijatan agar otot kakinya tidak tegang.
Saat ini kami berada tepat di depan kuburan, bukan tujuan kami untuk singgah di sini, tapi wanita itu yang membuat kami terpaksa berhenti. Ditambah Wira juga tidak bisa berkendara dengan keadaan seperti itu.
Karena aku juga tidak bisa mengendarai mobil, jadi terpaksa kami berehat sejenak sembari aku berjalan mencari toko dan membeli beberapa makanan dan minuman, karena menguji nyali untuk duduk berdekatan dengan kuburan juga butuh asupan makanan.
"Kak Wila liat, itu ibu-ibu yang tadi nahan mobil kak Wila, tadi Kia liat dia tiba-tiba lepasin mobil kak Wila makanya kita bisa beldalah-dalah begini," ucap Kia.
"Pasti Kia lagi lihat sesuatu yang bisa dilihat oleh Nara, karena Kia dan Nara kan sama," guman batin Wira yang terdengar di telingaku walau kami berjarak sedikit jauh.
• • • • • 🌻Bersambung🌻 • • • • •
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Indigo
HorrorBukan cerita tentang Nara, novel ini mengisahkan tentang seorang anak kecil bernama Kia. Entah dari mana dia dapatkan mukjizat ini, atau mungkin dari Nara? Tapi bagaimana bisa, mereka saja tidak memiliki hubungan darah. Kia hanyalah adik dari teman...