16. Saat Musibah Itu Datang

184 64 122
                                    

Sudah beberapa bulan kami tinggal di rumah baru Ayah, mulai terlihat adanya ganjalan-ganjalan aneh pada setiap anggota keluargaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah beberapa bulan kami tinggal di rumah baru Ayah, mulai terlihat adanya ganjalan-ganjalan aneh pada setiap anggota keluargaku. Awalnya aku tidak tahu apa-apa karena saat itu aku masih berumur 7 tahun, semuanya terjadi dengan cepat menimpah keluargaku.

"Uhuk... uhuk... uhukk..." terdengar suara yang begitu keras dari kamar kak Reon, karena penasaran aku bangun dan segera masuk ke dalam kamar kak Reon.

"Kak?" sautku yang perlahan membuka pintu kamar.

"Nar, tolong panggilin ibu, uhuk-uhukk... tolong Nar," ucap kak Reon yang terus batuk dan terduduk lemah di lantai.

"I-iya kak, bentar ya,"

"Ibuu, bu, ayaah,"teriakku langsung membuka suatu pintu kamar.

"Nara! Kenapa nak? Kok panik gitu sih?" tanya Ayah yang kaget melihatku dengan wajah pucat.

"Nara sakit ya?" tanya Ibu.

"Enggak bu, tapi kak Reon, dia batuk-batuk kenceng banget! Terus kak Reon minta Nara panggilin ibu, ayo bu cepetan!!" kataku yang kemudian langsung berlari ke arah kamar kak Reon.

Saat aku berada di kamar kak Reon, sesuatu yang tidak biasa terjadi, kak Reon terus saja batuk hingga batuknya itu berdarah. Kami sekeluarga panik melihat tangan kak Reon yang dipenuhi darah itu, sampai berserakan tissue berwarna merah di lantai kamar kak Reon.

"Kak Reon!! Kenapa kak? Nara ambilin minum ya!?" kataku panik dan tidak berfikir jernih saat itu.

"Sayang, kamu kenapa nak?" tanya ibu yang langsung ikut duduk di lantai dan mengelus pundak kak Reon.

"Ibu, dadaku sakit banget kayak ditusuk-tusuk, tenggorokan aku juga sakit buu!" jawab kak Reon yang sesekali meneteskan air matanya.

"Bu, jangain Reon sebentar Ayah mau siapin mobil dulu, kita ke dokter sekarang," ujar Ayah bergegas keluar.

"Kak, ini Nara bawain minum, kakak minum dulu biar enggak batuk lagi," kataku memegang sebuah gelas berisi air putih hangat, tapi tiba-tiba kak Reon melempar gelas itu dari tanganku dan mulai bertingkah aneh.

Kak Reon terlihat berbeda, dia begitu kasar dan tidak dapat mengendalikan dirinya. Saat itu tiba-tiba saja jendela kamar kak Reon terbuka lebar, dan aku melihat sosok yang sebelumnya sempat aku lihat, dia adalah Lulun.

"Hei!! Mau apa kamu? Cepat pergi dari sini!!" teriakku dengan keras yang membuat Ibu semakin stres, dan Ayah tiba-tiba datang dengan cepatnya.

"Bu ayo cepat, kita bawa Reon ke rumah sakit, Nara kamu ke sebelah ya di rumah nenek!" pintah Ayah dengan bergegas menggendong kak Reon yang lemah.

Saat mereka semua hendak kaluar dari rumah, aku melihat Lulun itu mengikuti ayah yang tengah menggendong kak Reon, dengan wajah seramnya dia memeluk tubuh kak Reon, seolah dialah yang mengendalikan tubuh kakakku.

Putri IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang