"Jika suatu saat nanti kamu udah
gak mau sama putri Bapak, kamu
boleh mengembalikan Ameera
pada Bapak..."~ Forced Wedding ~
Sarapan pagi ini sudah tersaji di meja makan, Ameera dan Fatma bekerja sama untuk memasak di dapur. Itu sudah menjadi kebiasaan mereka saat di rumah, namun setelah Ameera menikah mereka jadi masak sendiri-sendiri. Sedih memang, jika kita memiliki kebiasaan yang sudah lama kita kerjakan namun tiba-tiba kebiasaan itu harus hilang.
Ameera, Fatma dan Ridwan sudah duduk manis di meja makan. Tinggal suaminya yang belum turun dari kamar. Bukan tanpa sebab Arya lama turun, suaminya itu tidur lagi setelah shalat shubuh berjama'ah di Masjid bersama Bapaknya. Jadi sekarang suaminya masih mandi, itu sih setahunya sebelum dia turun ke bawah.
"Ameera, suami kamu lagi ngapain sih di atas? Kamu panggil gih."
"Tadi sih lagi mandi, Pak. Bentar Ameera panggilin dulu, ya." Ujar Ameera, pasti Bapaknya sudah lapar. Kasihan jika terus menunggu suaminya yang lama sekali turunnya.
Namun belum sempat Ameera berdiri, sebuah kecupan singkat mendarat di kepalanya yang terbalut jilbab. Kepalanya mendongak, melihat Arya yang tersenyum manis kepadanya. Bibirnya ikut menyunggingkan senyuman. Jika saja ini tidak akting, Ameera pasti akan merasa sangat bersyukur.
"Pagi, Sayang. Pagi Pak, Bu." Sapanya ramah, lalu mengambil duduk di samping Ameera.
"Bapak senang melihat kalian selalu mesra. Semoga rumah tangga kalian selalu di lindungi oleh Allah."
"Aamiin."
Ucap mereka semua yang ada di meja makan, kecuali Arya. Bibirnya hanya tersenyum sambil mengangguk, lalu memilih mengambil nasi dan juga omlet toping telur dan mie.
Mereka semua makan dalam diam, sesekali Ridwan melirik Ameera dan Arya secara bergantian. Entah hanya perasaannya atau bukan, dia merasa seperti ada yang di sembunyikan oleh putri dan menantunya. Tapi apapun itu, Ridwan berharap semoga rumah tangga putrinya baik-baik saja.
"Arya."
"Iya, Pak?"
"Jika suatu saat nanti kamu udah gak mau sama putri Bapak, kamu boleh mengembalikan Ameera pada Bapak. Jika kamu menyakiti putri Bapak, maka Bapak sendiri yang akan mengambil Ameera dari kamu. Kamu menyakiti Ameera sama saja kamu menyakiti Bapak. Untuk itu Bapak tidak akan menahan putri Bapak berlama-lama sama kamu jika hal itu sampai terjadi."
Ucapan Bapaknya membuat Ameera terdiam, begitupun dengan Arya. Suasana di meja makan ini jadi mencekam, Arya tidak tahu harus merespons seperti apa. Bibirnya kelu seolah batu, namun dua detik kemudian hanya anggukan kepala yang bisa dia berikan.
Arya juga tidak tahu rumah tangga apa yang mereka jalani? Tidak ada cinta dan juga kehangatan. Hanya ada rasa ingin mengakhiri dan menyudahi kepura-puraan ini.
Terlepas nantinya dia yang mengembalikan Ameera kepada orang tuanya, atau orang tuanya yang mengambil Ameera sendiri darinya?
Arya tidak terlalu memikirkan itu, di pikirannya saat ini hanyalah bagaimana caranya supaya dia tidak jatuh dalam pesona Ameera. Wanita yang baru beberapa bulan ini masuk ke dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Wedding
General FictionAmeera Az-Zahra, demi tujuan yang baik dia mau membantu suaminya untuk bersatu dengan wanita yang di cintainya. Kuat? Tentu tidak. Siapa yang bisa kuat melihat suaminya mencintai wanita lain? Namun dengan hati yang ikhlas Ameera berusaha untuk mene...